HORMON-HORMON REPRODUKSI


BAB V. HORMON-HORMON REPRODUKSI

5.1 Pendahuluan

5.1.1 Deskripsi
Pada bab “Hormon-hormon Reproduksi” ini akan dibahas tentang (1) definisi, klasifikasi, dan fungsi hormon-hormon reproduksi; (2) pengaturan sekresi hormon-hormon reproduksi.

5.1.2 Relevansi
            Proses reproduksi merupakan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu makhluk hidup. Fungsi reproduksi baru bisa berlangsung sesudah hewan ternak mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkannya. Hampir pada semua individu,  peristiwa reproduksi merupakan mata rantai yang saling tergantung serta merupakan reaksi-reaksi yang siklik dan saling mengontrol. Suatu peristiwa pada siklus reproduksi merupakan produk seluruh fenomena yang semuanya harus terjadi dalam rentetan waktu yang tepat. Untuk dapat memahami tentang pengaruh hormon yang kompleks maka diharuskan untuk berpikir dengan pola rantai peristiwa-peristiwa yang membuahkan suatu hasil dan bukan peristiwa-peristiwa tunggal yang membuat rantai.

5.1.3 Tujuan intruksional khusus
            Setelah membaca keseluruhan bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
(1)               mendefinisikan pengertian hormon reproduksi;
(2)               membandingkan macam-macam kelenjae endoktrin dan fungsi hormon yang dihasilkan pada proses reproduksi;
(3)               menerangkan cara kerja setiap hormon reproduksi dalam proses reproduksi.



5.2 Definisi, Klasifikasi, dan Sifat-sifat Hormon Reproduksi

5.2.1 Definisi Hormon
            Untuk memberikan definisi hormon yang tepat tidaklah begitu mudah. Hormon merupakan zat yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin. Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah sebuah zat organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat didefinisikan sebagai zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi. Hormon merupakan suatu substansi organik yang berdifusi atau dingkut kesuatu lokasi dalam organisme dan dapat menyebabkan penyesuaian untuk mengintegrasikan bagian-bagian dan fungsi komponen dalam tubuh.

5.2.2  Klasifikasi hormon
            Pada prinsipnya, semua hormon mamalia berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi. Partisipasi ini mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan internal yang menjamin keberhasilan reproduksi atau pengaruh tidak langsung. Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu hormon-hormon reproduksi primer (Tabel 1), hormon-hormon reproduksi sekunder (Tabel 2), dan hormon-hormon pelepas (Tabel 3).
            Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi berbagai aspek reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi, pengangkutan ovum, implantasi, kelangsungan kebuntingan, kelahiran, laktasi dan tingkah laku induk.
            Hormon-hormon reproduksi sekunder berfungsi untuk mempertahankan keadaan fisiologik yang memungkinkan terjadinya proses reproduksi. Kelompok keadaan yang kedua ini pada umumnya berfungsi pada pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme yang berarti bahwa hormon-hormon ini memprtahankan keadaan metabolik dan fisiologik yang normal.

Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer
Kelenjar
Hormon
Beberapa fungsi
Adenohipofisis
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
spermatogenesis, pertumbuhan folikel
Luteinizing Hormon (LH)
ovulasi, pelepasan estrogen, pelepasan progesteron
Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
Stimulasi sel-sel interstitial leydig, pelepasan testosteron
Prolaktin/Luteotropic Hormone  (LTH)
Pelepasan progesteron, laktasi
Neurohipofisis
Oksitosin
Kontraksi uterus, kelahiran, penurunan (let down) susu
Testis
Testosteron
Spermatogenesis, mempertahankan sistem kelamin jantan dan sifat-sifat kelamin sekunder, kelakuan kelamin jantan.
Ovarium
Estrogen/estradiol
Mempertahankan sistem saluran kelamin betina dan sifat-sifat kelamin sekunder, tanda-tanda birahi/ekstrus, kelakuan kelamin betina, stimulasi kelenjar susu, mobilisasi Ca, dan lemak pada unggas
Progesteron
Implantasi, mempertahankan kebuntingan, stimulasi kelenjar susu
Relaxin
Relaksasi serviks uteri, kontraksi uterus, pemisahan simfisis pubis
Plasenta
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)
Seperti LH (LH-like)
Pegnan Mare Serum Gonadotrophin (PMSG)
Seperti FSH (FSH-like)
Estradiol
Lihat ovarium
Progesteron
Lihat ovarium
Relaxin
Lihat ovarium
Prostaglandin
Luteolisis (melisiskan korpus luteum)

Dengan demikian, akan memberikan pengaruh positif terhadap kerja hormon-hormon reproduksi primer. Oleh karena itu, reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin terhadap organ sasaran dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh.
            Kelompok ketiga dari hormon-hormon reproduksi terdapat di dalam  hipotalamus dan kelompok hormon ini disebut sebagai faktor-faktor pelepas (releasing factors). Substansi-substansi ini di sekresikan oleh hipotalamus dan mengatur aktivitas adenohipofisis dan bekerja sebagai faktor-faktor pelepas khusus yang menstimulirsintesis serta pelepasan berbagai hormon adenohipofisis, satu pengecualian adalah faktor penghambat prolaktin (prolactin inhibiting factor, PIF).
Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder
Kelenjar
Hormon
Beberapa fungsi
Adenohipofisis
Somatotropic Hormone (STH)
Pertumbuhan, sintesa protein
Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Stimulasi kelenjar tyroid, pelepasan tiroksin, dan pengikatan iodium oleh thyroid
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH)
Stimulasi korteks adrenal, pelepasan kortikoid adrenal
Neurohipofisis
Vasopressin (Antidiuretic Hormone, ADH)
Pertumbuhan tubuh, perkembangan dan pematangan, oksidasi zat makanan
Tri-iodothyronin
Sama dengan atas
Thyrocalcitonin
Metabolisme kalsium
Pankreas
Aldosteron
Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid
Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Parathyroid
Insulin
Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Parathormon
Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)
Faktor (Hormon)
Fungsi
Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH)
Stimulasi pelepasan gonadotropin (FSH dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH)
Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF)
Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF)
Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore (STH-RH)
Stimulasi pelepasan STH

A.   Hormon-hormon reproduksi primer
Kelenjar Hipofisis
            Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang dikenal sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-hormon, beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan reproduksi ( Tabel 1) dan yang lain tidak langsung (Tabel 2).  Disamping itu, hormon-hormon lain seperti Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga disekresikan oleh kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan penyebaran melanin sedangkan Vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan air dalam tubuh.
            Kelenjar hipofisis secara embriologik berkembang dari ektoderm saluran pencernaan pada atap mulut dan ektoderm neural pada hipotalamus yang sedang berkembang. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi dua bagian yaitu adenohipofisis dan neurohipofisis.
            Adenohipofisis terdiri dari pars distalis dan pars tuberalis. Neurohipofisis terdiri atas pars intermedia dan pars nervosa. Tangkai hipofisis terutama terdiri dari tangkai neural yang menghubungkan neurohipofisis dengan hipotalamus. Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisis dan mengandung sel-sel kelenjar yang mensekresikan STH, ACTH, TSH, FSH, LH dan LTH.

Hormon-hormon gonadotropin
            Kelenjar adenohipofisis mensekresikan tiga hormon gonadotropin yaitu, FSH, LH dan LTH. Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan testis untuk produksi ova dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon gonadal yaitu testosteron, estradiol, dan progesteron. Disamping itu, LTH mempunyai pengaruh langsung terhadap jaringan-jaringan perifer seperti kelenjar susu pada mamalia dan tembolok pada burung.
            Follicle Stimulating Hormone (FSH) adalah suatu glikoprotein dengan erat molekul sekitar 67.000. hormon ini larut dalam air dan stabil pada Ph 4 sampai 11. FSH mempunyai titik isoelektrik pada pH4,5 dan mengandung heksosamine, heksose, nitrogen, nitrogen dan sulfur.
            Fungsi utama FSH adalah stimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel deGraaf di dalam ovarium dan spermatogenesis di dalam tubuli semeniferi testis. FSH murni menstimulir pertumbuhan folikel pada hewan betina yang dihipofisektomi tetapi tidak menyebabkan ovulasi, luteinisasi, atau stimulasi terhadap jaringan interstistial ovarium. Pada hewan jantan yang dihipofisektomi, FSH murni menyebabkan pembesaran testikuler karena stimulasi tubuli semeniferi tetapi tidak ada indikasi terhadap pelepasan androgen. Sekresi FSH dihambat oleh progesteron, testosteron, atau estrogen. Pada hewan-hewan jantan yang dikebiri dan pada wanita-wanita sesudah masa monopause, kadar FSH dan LH dalam darah cukup tinggi.
            Luteinizing Hormon (LH). Hormon LH berbeda-beda menurut sifat-sifat kimiawi dan fisik pada jenis hewan yang berbeda. Berat molekulnya mencapai 30.000 pada domba dan 100.000 pada babi. LH adalah suatu glikoprotein tetapi unsur hidrat arang tidak penting bagi aktifitas biologiknya karena pengrusakan atau penyingkiran bagian hidrat arang dari molekul tidak menghilangkan aktivitas LH.
            LH bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir pematangan folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH menyebabkan ovulasi dengan menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan ovum. LH mungkin juga ikut berpengaruh terhadap pembentukan korpus luteum yang berasal dari folikel yang sudah pecah. Sekresi LH yang terus menerus mungkin penting untuk mempertahankan korpus luteum dan sekresi progesteron untuk kelanjutan kebuntingan pada sapi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa LH bersifat luteotropic adalah prolaktin atau LTH.
            LH menstimulir sel-sel interstitial  Leydig pada testis hewan jantan sebagai akibat pelepasan testosteron (hormon kelamin betina). Oleh karena itu, pada hewan jantan, LH disebut Interstistial Cell Stimulating Hormone (ICSH). Jadi secara tidak langsung melalui testosteron yang mempengaruhi pelepasannya. LH menyebabkan stimulasi sifat-sifat kelamin sekunder dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap.
            FSH dan LH bersifat sinergistik dalam pengaruhnya terhadap gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang berimbang sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari berbagai jenis hewan. Potensi relatif FSH dan LH pada berbagai ternak mungkin bertanggug jawab atas perbedaan-perbedaan spesies dalam lamanya estrus, waktu ovulasi, dan kejadian ovulasi tenang atau birahi tenang (silent heat).
            Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolaktin. Hormon ini merupakan hormon protein dengan berat molekul 22.000 sampai 35.000. prolaktin yang berasal dari domba dan sapi tampaknya terdiri dari satu rantai peptida tunggal dengan suatu konfigurasi siklis dan mengandung jembatan-jembatan disulfida.
            Prolaktin harus dipandang sebagai hormon reproduksi karena kesanggupannya merangsang laktasi pada mamalia dan pertumbuhan tembolok burung merpati. Jadi prolaktin sangat esensial untuk pemberian makanan pada anak-anak spesies tersebut. Disamping itu juga, prolaktin juga memelihara aktivitas fungsional korpus luteum pada jenis-jenis tikus dan mencit. Prolaktin juga menstimulir tingkah laku maternal (keibuan) seperti mengeram dan kelakuan pemberian makanan pada anaknya dalam bentuk bubur menggunakan makanan yang telah pada unggas. Prolaktin dikatakan mempunyai aktivitas metabolik terutama pada unggas yaitu untuk meningkatkan konsumsi makanan, bobot tubuh, dan ukuran alat-alat dalam (visceral).
            Oksitosin. Hormon ini masih dianggap sebagai hormon neurohipofisa walaupun kenyataannya hormon tersebut disintesis dalam inti-inti supraoptik dan paraventrikulus hipotalamus. Neurohipofisa hanya merupakan tempat penyimpanan. Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu tirosin, leusin, isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin.
            Aktifitas oksitosin adalah kontraksi uterus dan let down atau penurunan air susu. Dalam kedua hal ini, hormon tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian sewaktu kopulasi, kelahiran dan pemberian makanan postpartum kepada anak. Kontraksi uterus yang meningkat sebagai akibat pengaruh okitosin mempermudah pengangkutan spermatozoa dalam saluran kelamin betina setelah kopulasi.
            Secara klinis, oksitosin telah lama dipakai untuk membantu induksi partus dengan menstimulir kontraksi uterus, sekarang telah banyak diakui bahwa oksitosin merupakan hormon yang menginduksi pengeluaran fetus dada akhir masa kebuntingan. Kenyataan yang membuktikan halitu adalah (a) oksitosin dapat menyebabkan kelahiran prematur, (b) oksitosin menimbulkan kontraksi pada uterus yang diestrogenisasikan (uterus berada di bawah pengaruh estrogen), dan (c) oksitosin dibebaskan selama kelahiran normal.
            Efek let down susu disebabkan oleh kerja oksitosin terhadap sel-sel mioepitel kelenjar susu. Sel-sel tersebut mengandung elemen-elemen kontraktil dan berkontraksi bila dirangsang oleh oksitosin dengan akiat peninggian tekanan air susu dalam kelenjar susu.

Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis  pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina sebagai organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin jantan dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin. Pada umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan organ=organ kelamin pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder. Sifat-sifat kelamin sekunder adalah manifestasi luar seksualitas seperti kelenjar susu, modifikasi pelvis, konfigurasi atau bentuk tubuh, distribusi bulu, suara, dan tanduk. Sifat-sifat itu umumnya baru nyata sesudah hewan mencapai pubertas pada waktu hormon-hormon gonadal sudah mulai diproduksi dan sudah mulai berfungsi.  Selain itu,  hormon-hormon gonadal betina berfungsi untuk mempertahankan kebuntingan. Ovariektomi (penghilangan ovum) pada jenis-jenis hewan seperti kelinci, tikus, mencit,kambing, sapi, dan babi kecuali pada kebuntingan tua akan menyebabkan abortus atau keguguran. Sedangkan pada spesies lain seperti mamalia, marmot, dan kuda, plasenta mengeluarkan hormon gonadal dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan kebuntingan sehingga ovariektomi tidak mengganggu kebuntingan.
            Hormon-hormon kelamin jantan dan betina terdapat pada kedua jenis kelamin tersebut, artinya hewan jantan mengandung estrogen tetapi dalam jumlah kecil dan hewan betina mengandung sedikit androgen di dalam tubuhnya. Namun demikian. Maskulinisasi terhadap hewan betina dan feminisasi pada hewan jantan tidak terlihat kecuali pada keadaan abnormal.
            Androgen. Androgen  atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan diproduksi di dalam testis dan  sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen,  testis juga menghasilkan sejumlah kecil estrogen.
            Testosteron dan testis berfungsi untuk:
a.         Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis kedalam skrotum pada fetus yang baru lahir,
b.        Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari praeputium, serta pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,
c.         Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin untuk menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,
d.        Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta ejakulasi,
e.         Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan jantan, misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada pinggul, jengger ayam dan perubahan suara,
f.         Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli eferentes, epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,
g.        Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan spermatozoa didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang umur sperma di dalam epididimis, dan
h.        Aktifitas metabolik  terhadap protein.

Kastrasi (penghilangan testis) yang dilakukan sebelum pubertas akan menghambat perkembangan , fungsi, dan aktivitas organ-organ yang memerlukan testosteron. Apabila kastrasi dilakukan sesudah pubertas maka akan menyebabkan atropi organ-organ reproduksi dan terhentinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat dipulihkan kembali dengan penyuntikan preparat-preparat  testosteron. Pada saat ini, sudah banyak preparat-preparat testosteron yang dijual di pasaran untuk keperluan veteriner.
Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birah pada hewan betins. Estrogen merupakan salah satu dari tiga hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Kedua hormon yang lain adalah progesteron dan relaksin. Estrogen dan progesteron merupakan hormon-hormon kelamin betina yang tergolong dalam hormon steroid.
Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan folikel de Graaf. Jaringan ini kaya akan estrogen dan memperlihatkan aktivitas yang maksimum selama fase estrogenik dan siklus birahi. Pada mamalia, sedikitnya telah ditemukan 8 macam estrogen yaitu estradiol, estron, episteriol, hidroksestrone, equilin, equilenin, dan hippulin.
Estradiol dan estron adalah steroid estrogenik alamiah disekresikan oleh sel-sel theca interna folikel de Graaf atau oleh plasma.  Estrogen tidak disimpan di dalam tubuh tetapi disingkirkan melalui inaktivasi dan eliminasi dalam urin dan feses.
Estradiol dan folikel de Graaf menimbulkan gejala-gejala klinis dan syaraf kelakuan birahi. Geala-gejala berikut meliputi pertumbuhan dan keratinisasi epitel vagina, peninggian vaskularis, oedema, pertumbuhan endometrium, uterus dan  serviks, serta peninggian sensitivitas dan amplitudo kontraksi urat-urat daging uterus. Dibawah pengaruh estradiol, serviks mengendur dan membuka, sel-sel goblet pada serviks dan vagina bagian kranial mensekrsikan sejumlah besar mucus kental dan transparans pada sapi dan sejumlah kecil pada beberapa spesies, vulva mengendor, dan oedematus. Estrogen meninggikan aktivitas bakterisid pada uterus selama estrus. Jadi, saluran kelamin betina yang disensitiviser oleh estrogen berada dalam suatu keadaan siap untuk kopulasi yang selanjutnya akan menstimuler pelepasan oksitosin. Peninggian kontraksi uterus oleh oksitosin dan lendir birahi yang khas mempercepat pengangkutan spermatozoa ke ampula tuba fallopii yang mempertinggi daya tahan hidup sperma selama di dalam kelamin betina.
Estrogen bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada hewan betina. Hormon ini menggertak pertumbuhan sistem saluran kelenjar susu, mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh, serta mempercepat ossifikasi epifise tulang. Estrogen menstimulir perkembangan liku-liku konfigurasi tubuh, menyebabkan pendewasaan kartilago, menghambat pertumuhan tulang-tulang panjang, berperan dalam metabolisme mineral yaitu dengan menstimulir retesi air, antrium, kalium, nitrogen, dan fosfor.
Estrogen disekresikan dalam jumlah yang semakin banyak ke dalam urin kuda betina sesudah 100 sampai 120 hari masa kebuntingan sebagai estron dan esteriol serta bentuk-bentuk lain. Estrogen utama yang diekskresikan melalui urin pada sapi adalah estradiol. Selama kebuntingan, estrogen dalam kadar fisiologik yang rendah bekerja terhadap hipofisis dan mungkin perlu untuk mempertahankan korpus luteum dengan menstimulir pelepasan LH.
Ada dua macam estrogen yang tersedia secara komersial yaitu estrogen alamiah seperti estradiol, estron, esteriol yang dihasilkan dari sumber alamiah seperti urn kuda bunting atau wanita hamil serta dari plasenta dan cairan amnion manusia. Estrogen yng kedua adalah stibesterol atau dietthylstibestrol yang disintesis dari berbagai derivat dan steroid lain.
Progesteron. Progesteron merupakan progesteron alamiah terpenting yang di ekskresikan oleh sel-sel lutein korpus luteum. Hormon ini juga di hasilkan oleh plasenta. Sebagaimana steroid-steroid lainnya, progesteron tidak disimpan di dalam tubuh tetapi dipakai secara tepat atau diekskresikan dan hanya terdapat dalam konsentrasi rendah di dalam jaringan-jaringan tubuh.
Fungsi progesteron sulit dipisahkan dari hormon-hormon lsin seperti estrogen. Hal ini disebabkan progesteron secara normal bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid lainnya yang menghasilkan hanya sedikit pengaruh-pengaruh khusus jika berdiri sendiri. Beberapa pengaruh progesteron dapat disebut sebagai berikut:
a.         Menstimulir pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang telah disensitifkan oleh estrogen. Endometrium sekretris ini ditandai oleh penebalan mucosa, pertambahan jumlah liku-liku kelenjar, adanya butiran-butiran glikogen di dalam sel-sel glanduler yang kesemuanya penting untuk makanan ovum, dan imlantasi embrio,
b.        Mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan endometrial yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan embrio,
c.         Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan atau menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,
d.        Dengan menghambat produksi FSH dan LH, progesteron mencegah terjadinya estrus, ovulasi dan siklus strus,
e.         Bekerjasama dengan estrogen untuk menstimulir ovulasi dengan menggertak LH, apabila disuntikkan dalam jumlah kecil selama permulaan estrus pada sapi, progesteron akan mempercepat terjadinya ovulasi, dan
f.         Bekerjasama dengan estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sistem alveolar kelenjar mammae.
Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa kebuntingan. Plasenta dan uterus mensekresikan relaxin pada beberapa spesies hewan. Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:
a.         Menstimulir pemisahan simfisis pubis pada marmot dan mencit sesudah pemberian estrogen. Fungsi ini mempermudah keluarnya fetus pada waktu partus,
b.        Menghambat aktivitas miometrium yaitu menghambat kontraksi uterus,
c.         Menurunkan kadar air dalam uterus,
d.        Bersama estrogen menyebabkan pertambahab pertumuhan uterus, dan
e.         Meningkatkan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama estrogen dan progesteron.

Hormon-hormon plasenta
            Gonadotropin  telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus. Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin.
            Pada manusia, hormon gonaadotropin dihasilkan oleh korion pada wanita hamil 30 sampai 60 hari masa kebuntingan,  diekskresikan melalui urin dan disebut Human Chorionic Gonadotrophin ((HCG). Secara fisiologik, HCG mempunyai sifat-sifat seperti LH (LH-like). Hormon ini tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan folikel tetapi menstimulasi terjadinya ovulasi.
            Pada kuda, hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda bunting kira-kira 40 sampai 120 hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan melalui urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga disebut Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG). Secara fisiologik, PMSG sangat efektif menyebabkan pertumbuhan folikuler dan sedikit luteinisasi. Jadi, PMSG lebih bersifat FSH (FSH-like) dan selikit LH.


Hormon-hormon uterus
Protaglandin (PGF 2α) merupakan hormon yang diproduksi didalam uterus. Hormon ini merupakan hormon luteolitik uterus utama pada jenis-jenis hewan. Selama masa kebuntingan, fetus  mungkin menghambat sekresi PGF 2α oleh uterus sehingga korpus luteum tetap dipertahankan. Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena fisiologik seperti kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi, kelahiran dan turun susu, menstimulasi kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus luteum.

B.     Hormon-hormon reproduksi sekunder
Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endoktrin dengan aktivitas metabolik yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan memungkinkan berlangsungnya proses-proses reproduksi.
Hormon-hormon hipofisis STH, TSH, ACTH. Telah dikemukakan bahwa hormon STH menstimulir pertumbuhan tubuh pada umumnya dan diperlukan selama periode reproduktif hewan yang bersangkutan. Beberapa indikasi menunjukkan adanya peningkatan pelepasan STH selama kebuntingan. Secara langsung, STH menstimulir pertumbuhan uterus tetapi tidak langsung menstimulir ovarium. Dalam hal ini, STH bekerjasama dengan estradiol dan LH. Aktivitas TSH dan ACTH terhadap reproduksi adalah secara tidak langsung yaitu melalui hormon-hormon organ sasarannya tiroksin dann kortikoid adrenal.
Tiroksin. Kelancaran sekresi  kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal. Hypothyroidismus (penghilangan kelenjar thyroid) akan menyebabkan kekerdilan dengan penundaan masa pubertas an kegagalan perkembangan gonad dan siste saluran reprodukssi.
Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi dinyatakan oleh (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid kelamin, dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup hewan dan fungsi reproduksi
Pankreas. Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas) akan menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau pemberhentian siklus estrus dan kelambatan masa pubertas. Berat ovarium tikus diabetik yang berumur 50 hari hanya setengah dari berat ovarium tikus normal pada umur yang sama.
Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi menimulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.

Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian yang diencefalon yang membentuk dasar dan bagian dari dinding lateral ventrikel ketiga pada otak. Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang terjadi secara otomatis, seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu tuuh, tingkah laku kawin, serta aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus merupaakan pusat pengolahan dan integrasi informasi yang diterima kemudian menterjemahkan kepada neurohumoral untuk memberikan respon secara fisiologis.
Beberapa hormon penting dihasilkan oleh hipotalamus yang berguna untuk pengaturan proses reproduksi. Hormon-hormon tersebut adalah GnRH, ACTH, dan PIF. Hipotalamus juga menghasilkan oksitosin dan vasopresin.

5.3 Pengaturan Sekresi Hormon
            Pengaturan sekresi hormon sangat berbeda-beda dan dapat meliputi beberap mekanisme. Pengaturan pertama adalah mekanisme umpan balik (negative feedback mechanism); kedua, mekanisme melalui sistem syaraf pusat; ketiga, pengaturan melalui metabolit-metabolit yang khas.


Gambar 10. Diagram skematik peranan hormon-hormon reproduksi primer pada
        hewan jantan
keterangan:
Garis putus-putus menunjukkan “mekanisme umpan-balik negatif”
            Pengaturan melalui sistem umpan balik negatif terutama meliputi hormon-hormon tropik dari kelenjar hipofisis dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar sasaran, adanya rangsangan akan menyebabkan hipotalamus dengan faktor-faktor pelepas (GnRH) menstimulasi adenohipofisis untuk mensekresikan FSH dan LH. Kedua hormon terakhir menstimuli testes untuk membebeskan testosteron dan memacu terjadinya proses spermatogenesis (pembentukan sel-sel spermatozoa). Hormon testosteron jga bertanggung jawab terhadap perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder, menstimulasi organ-organ kelamin pelengkap (kelenjar assesori), dan berperan dalam tinkah laku seksual (libido) pejntan, seperti terlihat pada Gambar 10.



Gambar 11. Diagram skematik peranan hormon-hormon reproduksi primer pada
        hewan betina
keterangan:
Garis putus-putus menunjukksn “meksnisme umpan balik negatif”
            Pengaturan sistem umpan balik negatif juga terlihat pada mekanisme pelepasan hormon-hormon reproduksi primer pada wanita seperti pada Gambar 11. Adanya rangsangan akan menstimulasi hipotalamus untuk membebaskan hormon FSH yang berfungsi untuk pertumbuhan folikel. Folikel yang sudah masak (folikel de Graaf) akan menghasilkan estrogen yang berperan dalam tingkah laku seksual hewan betina (estrus).
            Cara pengaturan  pelepasan hormon melalui sistem saraf terlihat pada kelinci yang akan melepaskan LH setelah terjadi kopulasi atau rangsangan pada serviks uteri. Dalam halini pelepasan LH oleh adenohipofisis melalui gertakan pada saraf pusat.
            Metabolit-metabolit yang khas dapat mengatur pelepasan hormon melalui kadar sirkulasi metabolit tersebut.  Peningkatan kadar parathormon bekerja untuk mempertinggi kadar kalsium darah, apabila kadar kalsium darah sudah tinggi pelepasan parathormon akan berhenti dengan sendirinya sampai kadar kalsium dalam darah yang konstans dalam keadaan fisiologik normal.

5.4 Ringkasan
            Pengontrolan hormonal terhadap fungsi reproduksi merupakan suatu rangkaian pengaturan yang sangat kompleks dan berimbang. Berbagai hormon saling menstimulir atau menghambat sehingga mencapai suatu keselarasan fungsi  dan pengaruh terhadap organ-organ reproduksi. Hormon-hormon reproduksi memegang peranan penting dalam inisiasi dan regulasi siklus birahi, ovulasi, fertilisasi, mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang telah dibuahi, melindungi, mengamankan, dan mempertahankan kebuntingan, menginisiasi kelahiran, serta perkembangan kelenjar susu, dan laktasi.
            Dalam pengaruhnya, hormon-hormon reproduksi setiap mamalia tidak khas bagi satu jenis hewan. Semua hormon bersifat khas dan selektif dan pengaruhnya terhadap organ sasaran yang ditenukan secara genetik. Organ sasaran akan segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu untuk menghasilkan zat atau perubahan-perubahan yang tertentu. Perbedaan-perbedaan dalam jumlah hormon yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengaruh-pengaruh khusus terdapat di antara jenis hewan tetapi pengaruh dasarnya sama.

5.5 Latihan
1. Sebutkan organ-organ penghasil hormon reproduksi!
2. Sebutkan macam-macam hormon reproduksi primer!
3. Sebutkan macam-macam hormon dari hipofisis beserta fungsinya!
4. Jelaskan fungsi hormon-hormon pelepas!
5. Jelaskan apa yang akan terjadi apabila seekor betina yang sedang bunting muda diambil ovariumnya, berikan penjelasan mengapa hal tersebut dapat terjadi !
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hormon-hormon reproduksi sekunder !

5.6 Daftar Pustaka
Bearden, H.J. and J.W. Fuquay. 1990. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing Company, Inc. Reston
Hafez, E.S.E. 1995. Reproduction in Farm Animal. Lea and fiberger. Philadelphia
Mc Donald, L.E. 1980. Veterinary Endoktrinology and Reproduction. Lea and Fiberger. Philadelphia
Nalbandow, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Diterjemahkan oleh: Soenarjo Keman. Penerbit. Universitas Indonesia. Jakarta
Salysbury, G.W dan N.L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Diterjemahkan oleh: Djanuar. Gajah Mada University press. Yogyakarta
Toelihere, M.R. 1995. Fisiologi Reoroduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung

Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

BIOSECURITY DAN LAYOUT KANDANG