KONTROL HORMONAL PADA PERTUMBUHAN KELENJAR SUSU
KONTROL HORMONAL PADA
PERTUMBUHAN
KELENJAR SUSU
Beberapa hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan kelenjar
susu sama dengan yang berperanan pada reproduksi. Ini sangat jelas terutama
pada hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Perkembangan kelenjar susu merupakan
hasil samping dari proses reproduksi itu sendiri, perkembangan kelenjar susu
diawali dalam rangka persiapan untuk memelihara / merawat anaknya.
Observasi yang paling awal pada kelenjar susu, menunjukkan bahwa
perkembangan kelenjar susu mengikuti proses reproduksi. Ovariektomi akan
menyebabkan terjadinya regresi kelenjar susu, selama kebuntingan maupun selama
laktasi. Hasil ini menunjukkan bahwa hormon-hormon pituitaria dan ovarium juga
bertanggung jawab terhadap perkembangan kelenjar susu.
Disamping itu juga diketahui bahwa estrogen terutama berperan
pada perkembangan saluran susu dan progesteron bertanggung jawab pada
perkembangan lobulo-alveolar.
1. Estrogen dan Progesteron.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa kombinasi estrogen
dan progesteron mempengaruhi kelenjar susu, estrogen terutama mempengaruhi
pertumbuhan saluran susu sedangkan progesteron berpengaruh terhadap
perkembangan lobulo-alveolar. Dilain pihak ternyata injeksi estrogen dan
progesteron tidak mampu menghasilkan pertumbuhan sebanyak yang dihasilkan dari
proses kebuntingan.
Pemberian preparat hormon estrogen dan progesteron mempunyai
nilai ekonomis pada ternak perah, apabila diberikan pada sapi dara yang steril
ini dapat mempengaruhi perkembangan kelenjar susu secara penuh sampai laktasi. Pemberian preparat hormon tersebut dapat dalam bentuk pelet yang
di-implantasi-kan atau dengan cara injeksi. Injeksi estrogen saja pada
ruminansia menyebabkan pertumbuhan saluran susu secara meluas dan pertumbuhan
lobuloalveolar tertentu
saja. Namun jaringan lobulo-alveolar menunjukkan adanya abnormalitas, termasuk
adanya alveolus cystic, epithel yang padat, dan alveolus yang tidak sempurna.,
disamping jumlah luas permukaan alveolus yang dihasilkan sangat kurang. Dengan penambahan pemberian hormon
progesteron dapat menghilangkan abnormalitas tersebut. Produksi susu dari hasil
rekayasa dengan pfemberian hormon-hormon estrogen dan progesteron pada ternak hanya dapat menghasilkan
susu kurang dari setengah jumlah yang dapat dihasilkan karena proses kebuntingan
normal.
Pengaruh injeksi hormon-hormon estrogen dan progesteron
memberikan hasil yang terbaik kalau diberikan pada ternak yang sebelumnya telah
mengalami kebuntingan.
Estrogen dan progesteron hanya dapat menyebabkan pertumbuhan
kelenjar susu sedikit sekali atau tidak ada sama sekali apabila diberikan pada
hewan yang dihypophysectomi. Hormon-hormon kelenjar pituitaria anterior diperlukan
se-bagai tambahan pada estrogen dan progesteron. Hormon steroid gonade berperan
secara tidak langsung pada perkembangan kelenjar susu, dengan cara merangsang
sekresi hormon prolaktin dan somatotrophin oleh kelenjar pituitaria anterior.
Ternyata hormon-hormon estrogen, somatotrophin (STH) dan deoxycortico-sterone
berperanan dalam perkembangan saluran susu pada tikus yang mengalami
hypo-physectomi-ovariectomi dan adrenalectomi, sedangkan penambahan progesteron
dan prolaktin diperlukan untuk mengasilkan perkembangan jaringan
sekretori lobulo-alveolar yang sempurna..
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh placenta juga berperanan
dalam proses perkembangan kelenjar susu. Telah dibuktikan dengan perlakuan
hyphophysectomi pada beberapa hewan selama kebuntingan ternyata tidak
menyebabkan terjadinya kemunduran perkembangan kelenjar susu, ini menunjukkan
bahwa kemungkinan hormon-hormon yang dihasilkan placenta dapat mengambil alih
fungsi hormon-hormon yang dihasilkan oleh pituitaria untuk memacu perkembangan
kelenjar susu. Hormon-hormon yang lain
khususnya adrenal corticoid dan insulin, tampak berperanan langsung dalam
menjaga metabolisme normal pada hewan yang mengalami hypophysectomi, tetapi
mereka mempunyai pengaruh yang langsung pada proliferasi kelenjar susu dan
sekresinya. Pada kultur organ, sel-sel epithel pertama-tama mengadakan
pembelahan sel sebelum melakukan sintesis casein sebagai respon terhadap
prolaktin Pembelahan sel dibawah pengaruh insulin; karena itu sel tersebut harus
mengadakan proliferasi dalam keadaan tersedianya hydrocortisone untuk
mensisntesis casein dalam suasana tersedianya prolaktin.
2. Perubahan Histologis
Perubahan histologis terjadi selama proses inisiasi, terutama
berhubungan dengan perubahan yang disebabkan karena adanya akumulasi cairan
dalam lumen alveolus. Ini menyebabkan terjadi peningkatan ukuran alveolus,
sel-sel epithel menjadi pipih, dan jumlah sel dalam satuan luas menjadi lebih
sedikit. Sel-sel epithel juga menjadi penuh oleh perkembangan endoplasmic
reticulum dengan ribosome yang menempel dan ditandai dengan peningkatan jumlah mitochondria.
Nucleoli juga menjadi lebih berbeda selama sekresi.
Comments
Post a Comment