ANATOMI DAN FUNGSI ORGAN REPRODUKSI MAMALIA JANTAN
BAB III
ANATOMI
DAN FUNGSI
ORGAN
REPRODUKSI MAMALIA JANTAN
3.1
Pendahuluan
3.1.1
Deskripsi
Dalam bab ini akan dibahas tentang anatomi dan fungsi
dari (a) organ kelamin primer yaitu gonad jantan atau testis; (b) sekelompok
kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar Vesikularis, Prostata, dan Cowper,
beserta saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens; (c) alat
kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis.
3.1.2
Relevansi
Fungsi alamiah yang penting bagi seekor hewan jantan
adalah menghasilkan spermatozoa dan meletakkannya secara sempurna ke dalam
saluran reproduksi hewan betina. Proses fisiologis yang menunjang produksi dan
kelangsungan hidup spermatozoa terletak pada organ reproduksi dan
saluran-salurannya, sedangkan yang berfungsi untuk meletakkan ke dalam saluran
reproduksi hewan betina dilakukan oleh penis.
3.1.3 Tujuan
instruksional khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu:
(1)
menyebutkan
komponen organ reproduksi mamalia jantan.
(2)
menerangkan
fungsi organ-organ mamalia jantan.
3.2
Komponen Organ Reproduksi Mamalia Jantan
Organ reproduksi hewan jantan dapat
dibagi atas 3 komponen yaitu :
a). organ
kelamin primer
Organ kelamin primer pada hewan jantan
yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testikulus (jamak = testes) disebut
juga orchis atau didymos.
b). sekelompok
kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap dan saluran-saluran
Kelenjar kelamin yang biasa terdapat
pada hewan jantan terdiri dari: kelenjar Vesikularis, kelenjar Prostata, dan
kelenjar Cowper, sedangkan saluran salurannya terdiri dari epididimis, vas
deferens, dan uretra.
c). alat kelamin
bagian luar atau organ kopulatoris (bagian yang digunakan saat intromisi) yaitu
penis.
Gambar
3. Organ-organ reproduksi sapi jantan
3.2.1 Testis
Organ kelamin primer atau testis
berjumlah dua buah dan pada ternak mamalia secara normal terdapat di dalam
suatu kantong luar, disebut skrotum. Testis terletak pada daerah prepubis,
terbungkus kantong skrotum digantung oleh funiculus
spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testis dalam
perpindahannya dari cavum abdominalis
melalui canalis inguinalis ke dalam
skrotum.
Pada sapi jantan testis berbentuk
oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertikal di dalam skrotum,
panjangnya mencapai 12--16 cm dengan diameter 6--8 cm. Setiap testis mempunyai
berat 300--500 g, namun tergantung pada umur, berat badan, dan bangsa sapi.
Secara histologi, testis dibungkus oleh tunica
albugenia. Pada tepi proksimal testis, suatu penebalan dari tunica albugenia berjalan memasuki masa
testis disebut mediastinum. Dari mediastinum dilepaskan sekat-sekat (septula testis) yang masuk ke dalam substansi
testis dan membagi substansi tersebut menjadi beberapa lobuli (lobuli testis).
Gambar
4. Gambaran skematis sistem tubuler
testis
Keterangan :
A. testis;
B. kaput epididimis; C. korpus epididimis; D. kauda epididimis; E. vas deferens;
F. tempat ligamientum testis; 1. Lobuli dengan tubuli seminiferi; 2. Tubulus
rectus; 3-4. rete testis; 5. ductus deferens; 9. ductus epididimis;
6,7,8,10,11,12,13. saluran-saluran buntu dan rudimen-rudimen duktus
Substansi
atau parenkim testis yang terdapat di dalam lobuli testis terdiri dari
saluran-saluran kecil bergulung-gulung (tubuli
seminiferi) yang menghasilkan spermatozoa. Di antara tubuli, di dalam
jaringan interstitial terdapat sel-sel datar dan poligonal yang disebut sel-sel
interstitial dari Leydig, yang menghasilkan androgen, hormon-hormon kelamin jantan terutama testosteron.
Setiap
tubulus mempunyai selaput dasar (membrana basalis) terdiri dari jaringan ikat.
Dengan permukaan membrana basalis sebagai dasarnya, terletak 2 macam sel,
yaitu: 1) sel-sel bundar dan besar disebut spermatogonia (spermatophore, spermospore)
atau bakal sel-sel kelamin jantan; 2) sel-sel Sertoli atau sel-sel Sustentaculer
yang menjurus ke arah centrum tubulus dan disebut sel-sel penunjang. Selain
untuk nutrisi, sel-sel sertoli dianggap memegang peranan penting dalam
pertumbuhan ekor spermatozoa.
Testis
sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi, yaitu: 1) menghasilkan
spermatozoa; 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa
dihasilkan di dalam tubuli seminiferi atas pengaruh Follicle Stimulating Hormone (FSH), sedangkan testosteron
diproduksi oleh sel-sel interstitial dari Leydig atas pengaruh Interstitial Cell Stimulating Hormone
(ICSH).
Spermatozoa
dihasilkan dari spermatogonia epitel germinalis di dalam tubuli seminiferi. Sel
spermatogonia akan melepaskan diri dari sel sekitarnya dan berubah bentuk dan
ciri-cirinya, kemudian melekat pada sel induk yang disebut sel Sertoli.
Spermatozoa akan melepaskan diri dari sel induk dan bebas berada dalam saluran
tubuli menuju ke saluran-saluran pengumpul.
Spermatozoa
akan dialirkan dari tubuli seminiferi ke rete testis dan vasa eferentia oleh
tekanan di dalam tubuli ke epididimis, kemudian akan mendewasakan diri di dalam
epididimis. Adanya kontraksi di dalam epididimis mengakibatkan sperma akan
dialirkan ke kauda epididimis dan sperma mulai dapat bergerak dan mempunyai
daya untuk membuahi ovum. Spermatozoa diejakulasikan karena kontraksi otot,
diawali dari vasa eferentia dan diikuti seluruh saluran yang menuju keluar dan
kelenjar pelengkap.
Hormon
kelamin jantan bertanggung jawab untuk keinginan kelamin (libido) dan
perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder. Pada sapi jantan terlihat pada
tanduk yang berat, bentuk badan depan, suara, dan sifat-sifat luar yang lain. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan intergritas otot tunika dartos dan epididimis,
serta aktivitas kelenjar-kelnjar kelamin pelengkap.
Kastrasi
pada hewan jantan adalah penyingkiran sumber spermatozoa dan androgen. Pengaruh
fisik dan fisiologis dari kastrasi tergantung pada tingkatan perkembangan
seksual pada saat kastrasi. Pada hewan jantan dewasa yang dikastrasi masih
tetap subur untuk waktu yang singkat setelah kastrasi, yaitu sebelum androgen
dimetabolizer sepenuhnya dan sebelum spermatozoa si dalam vasa deferentia
diresorbsi. Libido akan menghilang, organ-organ kelamin pelengkap akan
beregresi, dan sifat-sifat kelamin sekunder bertahan pada tingkatan
perkembangan pada saat kastrasi dilakukan. Sapi-sapi jantan yang dikastrasi
sebelum pubertas tidak pernah mengembangkan sifat-sifat kelamin sekunder,
libido, dan sifat agresifnya tidak terlihat.
3.2.2
Epididimis
Epididimis
adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Epididimis
mengandung duktus (saluran) yang sangat berliku-liku (panjang 60 meter pada
babi dan 80 meter pada kuda). Epididimis dapat dibagi atas kepala (kaput
epididimis), badan (korpus epididimis), dan ekor (kauda epididmis). Kauda
epididimis dapat teraba dari luar sebagai suatu penonjolan yang jelas batasnya
dan terletak paling rendah di dalam skrotum.
Epididimis
mempunyai 4 fungsi utama,--pengangkutan, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan
spermatozoa dewasa-- dengan rincian sebagai berikut:
a)
pengangkutan. Spermatozoa diangkut dari rete testis ke duktus
deferens (vas deferens). Perjalanannya dibantu oleh cilia (rambut getar) yang
bergerak aktif memukul ke arah luar dan gerakan peristaltik oleh dindingnya.
Pengangkutan sperma dari epitel kecambah sampai kauda epididimis memakan waktu
7--9 hari pada sapi jantan (tergantung pada frekuensi ejakulasi);
b)
konsentrasi. Suspensi sperma encer dengan konsentrasi 25--350
ribu sel/mm3, air diresorbsi selama perjalanan terutama pada kaput,
dan ketika mencapai kauda konsentrasi menjadi 4 juta sel/mm3;
c)
maturasi. Sperma menjadi matang di dalam epididimis dan
sitoplasma (cytoplasmic droplet)
berpindah dari pangkal kepala (proximal
droplet) ke ujung bawah bagian tengah sperma (distal droplet). Pematangan ini dapat dicapai atas pengaruh sekresi
dari sel-sel epitel;
d)
penyimpanan. Kauda epididimis dengan lumen duktus relatif lebih
luas merupakan tempat penyimpanan sperma dewasa. Konsentrasi sperma sangat
tinggi. Kondisi di dalam kauda epididimis adalah optimal untuk pertahankan
kehidupan sperma yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim. Apabila
epididimis sapi diikat, sperma akan tetap hidup dan fertil di dalam epididimis
sampai 60 hari.
3.2.3
Skrotum
Testis ternak dewasa terdapat dalam suatu kantong luar
disebut skrotum, kecuali pada babi dan kucing, skrotum pada semua hewan
peliharaan terletak diantara kedua paha. Pada kedua hewan tersebut pertama,
skrotum terletak kaudal dari paha dan kaudoventral dari arcus ischiadicus di
bagian luar.
Skrotum terdiri dari kulit yang tidak berbulu, kecuali
pada domba dan kambing, dan banyak mengandung kelenjar keringat (gld. Sudorifera) dan kelenjar minyak (gld. Sebacea). Garis pertemuan kulit
dibagian tengah yang membatasi testis kiri dan kanan disebut Raphe scrota. Pemberian darah utama bagi
skrotum adalah melalui arteri pudenda externa dan pada babi dan kucing juga
arteri pudenda interna. Skrotum diinervasi oleh nervus Genitalis yang merupakan cabang dari nevus Genitofemoralis.
Skrotum
berfungsi menunjang dan melindungi testis serta epididimis dan mempertahankan
suhu yang lebih rendah daripada suhu badan yang diperlukan untuk
spermatogenesis. Suhu testis relatif konstan, 4 0C sampai 7 0C
di bawah suhu tubuh. Pada hewan jantan normal, suhu tersebut dipertahankan oleh
fungsi termoregulatoris otot tunika dartos. Apabila suhu lingkungan menurun
maka otot akan berkontraksi sehingga menarik skrotum dan membawa testis mendekati
tubuh yang hangat. Apabila suhu lingkungan tinggi maka otot akan mengendor
sehingga membiarkan skrotum memanjang dan menjauhi testis dari kehangatan
tubuh. Mekanisme termoregulasi mulai terjadi setelah hewan mengalami pubertas
dan dipengaruhi oleh hormon testikuler.
Faktor lain yang membantu
pendinginan dan pemanasan darah arterial yang menuju testis adalah mekanisme
pertukaran panas yang dipengaruhi oleh posisi arteri testikuler dan plexus
venous pampiniformis sekelilingnya, yang hanya sedikit dipisahkan oleh tenunan
pengikat di dalam funiculus spermaticus.
Pendinginan atau pemanasan darah arterial yang menuju testis tergantung pada
suhu lingkungan. Apabila suhu lingkungan terlampau tinggi sehingga perbedaan
suhu abdomino testikuler tidak dapat dipertahankan untuk spermatogenesis
normal, terjadilah degenerasi jaringan spermatogenik. Kegagalan kerja
termoregulatoris merupakan penyebab kemajiran pada hewan Cryptorchid (testis tidak turun ke skrotum), tetapi aktivitas
sel-sel Leydig mensekresikan hormon kelamin jantan tetap berjalan.
3.2.4 Vas deferens dan Ampula
Vas
deferens atau duktus deferens mengangkut sperma dari kauda epididimis ke
uretra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam pengangkutan
semen sewaktu ejakulasi. Diameter mencapai 2 mm dan konsistensi seperti tali.
Dekat kauda epididimis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan
korpus epididimis. Dekat kaput epididimis, vas deferens menjadi lemas dan
bersama pembuluh darah dan limfe serta serabut syaraf membentuk Funiculus Spermaticus yang berjalan melalui
canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis.
Kedua
vas deferens yang terletak sebelah menyebelah di atas Vesica urinaria, lambat
laun menebal dan membesar membentuk ampulla
duktus deferentis. Pada sapi ampula berkembang dengan baik; tidak terdapat
pada anjing dan kucing, serta pada babi kecil. Kelenjar ampula mensekresikan
fruktosa dan asam sitrat ke duktus deferentia. Ampula dapat diurut secara
manual dengan manipulasi rektum untuk memperoleh semen.
3.2.5
Glandula Vesicularis
Kelenjar ini dulu disebut Vesicula
Seminalis. Pada sapi terdapat sepasang jelas lobulasinya dan berada di dalam
lipatan urogenital lateral dari ampula. Kelenjar vesikularis berbeda-beda dalam
ukuran dan lobulasi antar individu hewan. Pada sapi kelenjar ini berukuran
panjang 10--15 cm dan diameter 2--4 cm. Sekresi kelenjar vesicularis membentuk
50 % dari volume ejakulat normal. Sekresi kelenjar ini bersifat keruh dan
lengket, berisi protein, kalium, asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim.
Biasanya sekresi kelenjar ini bermuara dengan duktus deferens melalui
bermacam-macam duktus ejakulatori ke dalam uretra bagian pelvis kemudian ke
kaudal leher vesica urinaria.
3.2.6 Glandula Prostata dan Cowper
Kelenjar prostata sapi mengelilingi
uretra dan terdiri dari dua bagian: badan Prostata (Korpus prostatae) dan prostata
desseminata atau prostata Cryptik
(pars desseminata prostata).
Kelenjar Cowper (glandula
bulbouretralis) terdapat sepasang, bundar, kompak, berselubung tebal dan pada
sapi lebih kecil dari kuda. Kelenjar ini terletak di atas uretra dekat jalan
keluarnya dari cavum pelvis. Sekresi kelenjar ini bersifat apokrin (bagian
tengah sitoplasma sel ditransformasi menjadi sekresi). Cairan yang menetes dari
preputium sapi sebelum penunggangan adalah sekresi kelenjar Cowper dan
Prostata. Fungsinya kemungkinan besar adalah untuk membersihkan dan
menetralisir uretra dari bekas urin dan kotoran lain sebelum ejakulasi. Cairan
sekresi ini bebas dari sperma.
3.2.7 Uretra
Uretra masculinus atau canalis
urogenetalis adalah saluran ekskretori bersama antara urine dan semen. Uretra
membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung glans sebagai orificium urethra externa. Uretra dapat
dibedakan atas tiga bagian, yaitu bagian pelvis, bulbus uretra, dan bagian
penis.
Sebelum terjadi ejakulasi,
konsentrasi sperma dari ampula bercampur dengan cairan-cairan kelenjar
pelengkap pada uretra bagian pelvis. Colliculus seminalis, merupakan
penonjolan pada bagian kaudal leher vesica urinaria yang berfungsi menutup
leher vesica urinaria pada saat terjadi ejakulasi dan mencegah masuknya semen
ke dalam vesica urinaria atau mencegah bercampurnya semen dengan urine.
3.2.8 Penis
Penis adalah organ kopulatoris hewan
jantan yang mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen
ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri dari akar, badan, dan ujung
bebas yang berakhir pada glans penis. Akar
penis dibentuk oleh dua cabang krura penis kiri dan kanan yang
mempertautkan penis pada kedua sisi arcus ischiadicus, kemudian bersatu
membentuk badan penis. Badan penis
terdiri dari korpus cavernosa penis
yang relatif besar dan diselubungi selubung fibrosa berwarna putih, tunica
albugenia. Pada bagian ventral tersusun atas korpus cavernosa urethra dengan struktur yang lebih kecil dan
menelilingi uretra. Kedua korpora tersebut bersifat seperti spon dan
berongga-rongga, yang merupakan kapiler yang sangat membesar dan bersambung
dengan vena penis. Glans penis
terletak bebas di dalam preputium dan bervariasi antar spesies. Pada kuda dan
domba mempunyai bagian uretra yang bebas dan disebut procesus uretralis. Pada sapi dan domba mempunyai glan berbentuk
seperti helm disebut galea glandis dan uretra eksternal berlubang. Pada anjing
terdiri dari pars longa glandis dan bulbus glandis yang mengelilingi os penis.
Penis sapi termasuk dalam tipe
fibroelastik dan bersifat agak kaku walaupun dalam keadaan tidak ereksi.
Sebagian besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf S (Flexura
Sigmoidea) yang berada disebelah dorsokaudal skrotum. Selama ereksi bentuk S
menghilang, penis melurus karena relaksasi musculus retractor penis, sehingga
penis menonjol keluar dari preputium. Pada kuda, penisnya bersifat vaskuler-muskuler
yang mengandung banyak jaringan kavernosa sehingga pada waktu ereksi penis
sangat besar dan panjang. Pada anjing, bulbus glandis merupakan tempat muara
darah sesudah penis masuk vagina sehingga akan sulit keluar sampai ereksi
menurun.
Otot yang berfungsi untuk membantu
penis berkontraksi yaitu:
1.
otot
bulbocavernosus/bulbospongiosus, membentang dari arcus ischiadicus ke glans
penis, merupakan kelanjutan otot uretralis di luar pelvis, berfungsi
mengosongkan uretra ekstrapelvis;
2.
otot
ischiocavernosus, sepasang otot yang berasal dari tuber ischii dan ligamentum
sacroischiadicus yang bertaut pada krura dan korpus penis, berfungsi membantu
ereksi dengan menutup banyak aliran vena dari pelvis dan menarikpenis ke arah
dorsokranial melawan tulang pelvis.
3.
Otot
retraktor penis, otot yang bertaut pada vertebre coccygeus I dan II, berpisah
dan bertemu kembali di bawah anus. Membentang sepanjang permukaan ventrokaudal
penis dan bertaut pada tunika albugenia penis. Berfungsi menarik kembali penis
ke dalam preputium sesudah ejakulasi dan mempertahankan penis pada keadaan
tidak ereksi.
Gambar
5. Macam-macam penis pada hewan
Keterangan:
A1. Penis sapi sebelum intromisi; A2.
Penis sapi setelah intromisi; B. penis domba dengan procecus uretralisnya; C.
Penis babi; D. Penis kuda
3.2.9 Preputium
Merupakan suatu invaginasi berganda dari kulit dan
menyelubungi bagian bebas dari penis pada waktu tidak ereksi serta badan penis
kaudal pada saat ereksi. Orificium
preputii merupakan pintu luar preputium. Permukaan luar merupakan kulit
yang agak khas, sedangkan bagian dalam adalah selaput lendir yang
berlipat-lipat dan mengandung kelenjar tubuler yang menghasilkan sekresi
berlemak. Sekresi berlemak ditambah sel epitel yang lepas dan kuman-kuman yang
ada akan membentuk substansiyang disebut smegma
preputii. Preputium tersusun oleh 2 otot yaitu protactor (praeputialis
cranialis) dan otot retractor (praeputialis kaudalis) yang berfungsi menarik orificium
preputialis ke depan atau ke belakang.
3.3 Ringkasan
Sistem reproduksi hewan jantan dapat
dibagi atas 3 komponen yaitu: organ
kelamin primer, berupa testis dengan jumlah 2 buah; sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap dan saluran-saluran,
terdiri dari kelenjar Vesikularis, kelenjar Prostata, dan kelenjar Cowper;
sedangkan saluran-salurannya adalah epididimis dan vas deferens; alat kelamin bagian luar atau organ
kopulatoris (bagian yang digunakan saat intromisi) yaitu penis.
Testis sebagai organ kelamin primer
mempunyai dua fungsi, yaitu menghasilkan spermatozoa dan mensekresikan hormon
kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli seminiferi
atas pengaruh FSH, sedangkan testosteron diproduksi oleh sel-sel interstitial
dari Leydig atas pengaruh ICSH. Skrotum merupakan kantong luar pembungkus
testis berfungsi menunjang dan melindungi testis serta epididimis dan
mempertahankan suhu yang lebih rendah daripada suhu badan yang diperlukan untuk
spermatogenesis.
Epididimis adalah suatu struktur
memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Ia mengandung duktus epididimis
yang sangat berliku-liku. Epididimis dapat dibagi atas kepala (kaput
epididimis), badan (korpus epididimis), dan ekor (kauda epididimis). Kauda
epididimis dapat teraba dari luar sebagai suatu penonjolan yang jelas batasnya
dan terletak paling rendah di dalam skrotum. Epididimis mempunyai empat fungsi
utama, yaitu transport (pengangkutan), konsentrasi, maturasi (pendewasaan), dan
penyimpanan spermatozoa dewasa. Vas deferens atau duktus deferens berfungsi mengangkut sperma dari kauda
epididimis ke uretra. Uretra musculinus adalah saluran ekskretori bersama
antara urin dan semen.
Kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap
berfungsi menghasilkan cairan seminal untuk transpor sperma selama berada di
saluran reproduksi jantan dan betina. Kelenjar ampula mensekresikan fruktosa dan
asam sitrat ke duktus deferentia. Kelenjar vesikularis membentuk 50 % dari
volume ejakulat normal pada sapi. Sekresi kelenjar ini bersifat keruh dan
lengket, berisi protein, kalium asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim.
Glandula prostata dan Cowper kemungkinan besar berfungsi untuk membersihkan dan
menetralisir uretra dari bekas urin dan kotoran lain sebelum ejakulasi.
Penis adalah organ kopulatoris hewan
jantan yang mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin dan peletakan semen ke
dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri dari akar, badan, dan
ujung bebas yang berakhir pada glans penis.
3.4 Latihan
1. Sebutkan komponen-komponen organ reproduksi
pada mamalia jantan!
2. Jelaskan fungsi epididimis!
3. Jelaskan fungsi skrotum!
4.
Sebutkan kelenjar kelamin tambahan pada hewan jantan dan jelaskan
fungsinya masing-masing!
5.
Bagaimana cara pengaturan panas pada skrotum agar spermatogenesis
berjalan normal?
3.5 Daftar Pustaka
Frandsond, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi
Keempat. Penerjemah B. Srigandono dan K. Praseno. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Sixth Ed. Lea and Febiger.
Philadelphia
Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark.
1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Diterjemahkan oleh R. Djanuar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sorensen, A.M. 1975. Animal Reproduction: Principles and
Practices. McGraw Hill Book Company. New York
Toelihere, M.R. 1995. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.
Angkasa. Bandung
Comments
Post a Comment