LAPORAN PAYA KHUSUS (UPSUS) PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Rencana Kerja Pendampingan

Rencana kerja pendampingan disusun oleh mahasiswa / alumni untuk melakukan pendampingan selama tiga bulan di lokasi.  Beberapa aspek dalam rencana pendampingan diantaranya adalah:
1.      Memantau ketetapan penyaluran bantuan pemerintah kepada kelompok sasaran;
2.      Mengupayakan peningkatan efektivitas pemanfaatan bantuan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan produksi;
3.      Pemberdayaan kelembagaan petani melalui penguatan kelompok tani;
4.      Membantu penyuluh pertanian dalam mendorong proses inovasi dan difusi teknologi;
5.      Membantu penyuluh pertanian dalam membangun koordinasi dan komunikasi antar stakeholder untuk mengatasi berbagai kesenjangan;
6.      Bersama penyuluh pertanian melakukan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW);
7.      Pelaksanaan demfarm (pengujian teknologi);
8.      Pengembangan jejaring dan kemitraan usaha; dan
9.      Pengolahan data dan pelaporan hasil.


Tujuan rencana kerja pendampingan adalah untuk memandu aktivitas mahasiswa / alumni selama pendampingan dilokasi, sehingga pelaksanaan pendampingan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.

B.  Komunikasi dan Koordinasi

Mahasiswa / alumni pendamping melakukan koordinasi dengan penyuluh pertanian terhadap semua kegiatan yang akan dilakukan.  Jalur koordinasi pendampingan dan antar pemangku kepentingan produksi pertanian di lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.  Jalur koordinasi mahasiswa pendamping.


Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa / alumni dilakukan bersama-sama penyuluh pertanian dengan komunikasi dan koordinasi yang aktif.  Permasalahan yang ada dilokasi dimusyawarahkan bersama Poktan / Gapoktan kemudian bersama penyuluh dan juga petugas pertanian yang berwenang akan mengupayakan solusi terbaik. Berikut adalah dokumentasi musyawarah dan peninjauan lokasi yang dilakukan mahasiswa pendamping.
Gambar 2.  Musyawarah bersama mahasiswa pendamping, POPT, PPL, dan petani.

C.  Identifikasi Potensi Wilayah

Program pendampingan mahasiswa dalam upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Upsus Pajale) ini di lakukan di Gedung Aji Baru, Tulang Bawang. 
Secara topografi Kecamatan Gedung Aji Baru sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan berawa-rawa dengan ketinggian antara 15 meter sampai dengan 20 meter diatas permukaan laut.  Jarak tempuh Kecamatan Gedung Aji Baru dari Kabupaten Tulang Bawang ± 70 km, sedangkan dari ibu kota Provinsi Lampung ± 195 km. Desa yang ada di Kecamatan Gedung Aji Baru merupakan kampung definitif, yang terdiri dari 137 rukun tetangga (RT) dan 54 rukun kampung (RK) dan belum ada desa / kampung yang bertatus kelurahan (Kecamatan dalam angka BPS, 2012).Secara geografi kecamatan ini memiliki luas 95,36 km2 dengan perbatasan sebagai berikut :
Utara                  : Kecamatan Mesuji Timur
Selatan               : Kecamatan Gedung Aji
Timur                 : Kecamatan Rawa Jitu Selatan
Barat                  : Kecamatan Penawar Tama
Luas desa yang ada di kecamatan ini adalah 9.536 ha, sawah non irigasi 1.955 ha, perladangan 5.361 ha, perumahan 1.522 ha, dan luas lahan lainnya 698 ha (Kecamatan dalam angka BPS, 2012).
Kecamatan ini terdiri atas sembilan desa yaitu enam desa diantaranya memiliki lahan sawah dan jagung, sedangkan tiga lainnya tidak.  Desa yang memiliki lahan sawah dan jagung adalah Batu Ampar, Sumber Jaya, Sido Mekar, Setia Tama, Mesir Dwi Jaya dan Mekar Asri, sedangkan tiga desa lainnya yaitu Suka Bhakti, Sido Mukti dan Mekar Titama.

D.   Penguatan Kelompok Tani
Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, tujuan, kondisi, dll, untuk mengembangkan usaha tani.  Melalui kelompok tani dapat dibangun suatu sinergi antar anggota, sehingga terwujud peningkatan kapasitas dan kinerja yang memungkinkan anggota kelompok mencapai beberapa tujuan secara optimal.
Berdasarkan pengelompokkan kelompok tani yang  yang ada di lokasi pendampingan ini, diperkirakan kelompok tani masih di dalam kategori kelas pemula dan kelas lanjut, hal ini dikarenakan kelompok tani di lokasi ini rata-rata baru dibentuk sehingga perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengembangan kepemimpinan kelompok tani masih dalam proses belajar. 
Kehadiran mahasiswa pendamping turut membantu penyuluh pertanian dalam kegiatan pemberdayaan  Poktan / Gapoktan.  Beberapa hal yang telah dilakukan oleh mahasiswa pendamping adalah melakukan penguatan kapasitas pengurus kelompok, dan turut membantu dalam pembenahan pembukuan dan administratif kelompok, evaluasi pelaksanaan program dan sebagai media komunikasi aktif antara penyuluh pertanian dan kelompok tani.  Berikut adalah dokumentasi kegiatan peguatan kelompok tani yang dilakukan oleh mahasiswa dan penyuluh pertanian.

Gambar 3. Kunjugan ke Gapoktan / Poktan untuk membantu pembukuan dan administratif kelompok.

Kemandirian kelompok tani merupakan hal yang sangat penting untuk diwujudkan karena untuk mencapai tujuan bersama diperlukan kelompok tani yang mandiri dan terorganisasi dengan baik.  Kehadiran mahasiswa pendamping turut menjadi penyemangat Poktan / Gapoktan dalam pelaksanaan program.

E.  Pelaksanaan Program Pendampingan

Kecamatan ini memperoleh beberapa program Upsus Pajale yaitu diantaranya gerakan penerapan pengolahan tanaman terpadu (GP-PTT), optimasi lahan (OPLA) dan bantuan perluasan areal tanam (PAT) jagung dan kedelai. 
Program ini hanya diperoleh oleh empat desa yang masing-masing desa terdiri atas 1 Gapoktan.  Program GP-PTT padi yang diperoleh di kecamatan ini seluas 379 ha yaitu 50 ha di Desa Mesir Dwi Jaya, 100 ha di Sido Mekar, dan 229 ha di Mekar Asri.  Program OPLA yang diperoleh sebesar 200 ha yaitu untuk Desa Mesir Dwi jaya, sedangkan bantuanPAT jagung diperoleh oleh Desa Sido Mekar seluas 25 ha, serta bantuan PAT kedelai diperoleh oleh desa Sumber Jaya seluas 14 ha (Tabel 1).
Program Upsus Pajale ini mendapat perhatian khusus dari khususnya Badan Penyuluh Pertanian dan Perikanan Kecamatan (BP3K) setempat.  Peran serta mahasiswa pendamping yaitu membantu penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta menjadi alat komunikasi Gapoktan, Poktan, dan Petani kepada penyuluh ataupun petugas pertanian. 
Berikut ini adalah beberapa dokumentasi kebersamaan mahasiswa, penyuluh, petani dan pihak terkait dalam menjalankan tugasnya.

Gambar 4. Memantau persiapan lahan sawah sebelum tanam bersama pengurus Gapoktan dan penyuluh.

Gambar 5.  Turut serta dalam pengenalan sistem tanam jajar legowo (Jarwo).

Gambar 6.  Turut serta dalam mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman.
Data dan informasi yang diperlukan dalam pelaporan mahasiswa kepada Dosen Pendamping diperoleh dari BP3K, data statistik daerah, dan pengurus Poktan / Gapoktan maupun petani yang meliputi rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT),  penyediaan alat dan mesin pertanian (Alsintan), penyediaan dan penggunaan benih unggul, penyediaan dan penggunaan pupuk berimbang, pengaturan musim tanam menggunakan kalender musim tanam (KATAM), GP-PTT, OPLA,  serta perluasan areal tanam (PAT) jagung dan kedelai.

1.    Rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT)

Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya. 
Luas area sawah yang menjadi sasaran tanam pada masa Gaduh tahun 2015 berdasarkan Badan Penyuluh Pertanian dan Perikanan Kecamatan (BP3K) di Gedung Aji Baru, Tulang Bawang adalah 1701 ha (Tabel 1).  Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa daerah irigasi yaitu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasiyaitu 902 ha atau sebesar 53,03%  (Tabel 6).Namun, hal ini tidak tidak menjadi penghalang petani untuk tetap menanam padi.  Petani mengatasi kekurangan suplai air tersebut dengan menggunakan pompa air. Petani mengharapkan dalam pembuatan jaringan irigasi tersier dapat lebih dalam dan lebar agar dapat mensuplai air lebih banyak ke area sawah terutama pada musim kemarau.


2.     Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
Alat dan mesin pertanian (Alsintan) adalah peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan,panen, pasca panen, dan pengolahan hasil pertanian.  Bantuan alsintan sangat membantu petani karena dapat memberikan kemudahan dalam proses penanaman, pengolahan tanah, dan lain sebagainya.  Alsintan yang diperoleh di Kecamatan Gedung Aji Baru, Tulang Bawang iniberupa 8 unit pompa air dan 3 traktor yang terbagi kedalam tiga Gapoktan yaitu Gapoktaan di Desa Sido Mekar, Mekar Asri, dan Mesir Dwi Jaya (Tabel 7).  Ketiga desa tersebut adalah Desa yang mendapatkan program upaya khusus peningkatan produksi padi dan  jagung (Upsus Pajale
Penyediaan alsintan ini masih belum mencukupi karena setiap gapoktan terdiri dari 8—11 poktan dan masing masing poktan memiliki area sawah 25—55 ha.  Keadaan ini yang membuat petani sulit melakukan penanaman serentak, karena harus bergantian menggunakan alsintan tersebut.  Petani mengharapkan penyediaan 1—3 buah pompa air dan traktor di setiap poktan agar penanaman padi dapat dilakukan secara bersama-sama.  Selain itu, pompa air yang mudah digunakan oleh petani adalah pompa air 8 inch/ blower.  Penyediaan pompa air 3 inch yang berukuran besar dan berat menyulitkan petani dalam penggunaannya.

3.    Penyediaan dan Penggunaan Benih Unggul
Penggunaan benih unggul, bermutu, dan bersertifikat sangat penting digunakan untuk menjamin kebenaran varietas yang digunakan dan untuk menghasilkan tanaman yang seragam.  Benih padi unggul yang digunakan di Gedung Aji Baru ini adalah Ciherang, Cimelati, dan Sertani sedangkan benih unggul untuk jagung menggunakan Pioner (Tabel 8).Penyediaan benih unggul berjalan lancar dan dapat didatangkan tepat pada waktunya, meskipun pada pembelian binih Sertani ada LSM yang mempermasalahkan kelegallan sertifikasi benih tersebut, namun hal ini dapat diatasi dengan bantuan pengawalan dari Babinsa.  Berikut ini adalah dokumentasi pendatangan benih dan pupuk.


Gambar 7.  Pemeriksaan keaslian benih padi dan pupuk yang datang oleh PPL.



Gambar 8.  Pembagian benih dan pupuk kepada petani.

Penanaman jagung, penanaman kedelai dan padi sudah selesai ditanam dan penanaman dilakukan hampir serentak.  Penanaman padi sudah menggunakan teknologi tanam jajar legowo (Jarwo) baik sestem tanam jarwo 4 : 1 ataupun 2 :1.
Kendala dalam penggunaan sistem tanam jarwo ini yaitu petani masih enggan untuk menggunakan ukuran yang dianjurkan yakni jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan  50 cm jarak antar barisan / lorong.  Beberapa petani merasa dirugikan dengan ukuran sistem tanam jarwo ini, namun sudah banyak pula petani yang mau mengikuti anjuran ini.  Keberhasilan sistem tanam jarwo ini nantinya diharapkan untuk pembuktian kepada petani bahwa teknologi ini memang baik untuk digunakan.
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa pendamping bersama Penyuluh Pertanian, dan juga Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), penanaman masa gaduh menggunakan bibit padi Ciherang dan Cimelati menunjukkan respon tumbuh yang lebih baik dibandingkan Sertani.  Bibit padi Ciherang merupakan varietas unggul baru (VUB) yang memiliki sifat-sifat unggul seperti hasil yang tinggi, tahan hama dan penyakit, respon terhadap pemupukan serta rasa nasi yang enak, sedangkan Cimelati merupakan varietas padi tipe baru (PTB) yaitu padi hasil persilangan antara jenis Indica, Javanica (bulu), Japonica atau padi liar dengan karakter tertentu.
Bibit padi Sertani merupakan merupakan hasil penyilangan padi lokal antara pejantan dayang rindu dengan betina sirendah yang ditemukan oleh petani di Cirebon.  Bibit ini merupakan bibit unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan tahan penyakit serta tidak memerlukan banyak air.  Air yang berlebihan justru akan menurunkan produktivitasnya (Detiknews, 2007). 

Gambar 9.  Tanaman padi Sertani setelah terendam banjir ± 7 hari.


Penggunaan benih Sertani ini ternyata tidak cocok digunakan pada masa Gaduh atau pada saat curah hujan yang tinggi, pernyataan ini diperkuat dengan hasil pengamatan POPT dan penyuluh pertanian  bahwa padi Sertani memiliki batang yang mudah busuk jika tergenang air berlebihan.  Banjir yang melanda area sawah di Desa Sido Mekar mengakibatkan banyak penanaman padi yang gagal dan harus menanam ulang.
Bantuan bibit ini berupa dana yang dialokasikan untuk pembelian bibit padi yang ditentukan sendiri oleh Gapoktan/Poktan setempat.  Bantuan penyuluhan dan pemberian materi yang berkenaan dengan pemilihan jenis padi sangat penting dilakukan menginggat sebagian besar petani di Gedung Aji Baru tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung.


4.    Penyediaan dan Penggunaan Pupuk Berimbang

Penyediaan pupuk di Gedung Aji Baru, Tulang bawang ini dibagi dalam 2 program unggulan, yaitu gerakan penerapan pengolahan tanaman terpadu (GP-PTT) dan optimasi lahan (OPLA).  Kedua program ini memiliki perbedaan dalam penyediaan dan penggunaan pupuk.  Kecamatan ini memproleh program GP-PTT seluas 379 ha dan OPLA seluas 200 ha.  Penyediaan pupuk per-ha pada program GP-PTT yaitu 110 kg pupuk Organik, 110 pupuk Sidanik, 300 kg NPK Poska, dan 150 kg urea.  Selain itu, petani juga memperoleh Pestisida 4 liter dan bantuan biaya tanam Rp. 500.000,- per Ha sedangkan pada program OPLA penyediaan pupuknya yaitu Urea 150 kg dan NPK 100 kg dan bantuan biaya tanam Rp. 400.000,- per ha (Tabel 9).

Gambar 10.  Pengenalan penggunaan bagan warna daun (BWD) dalam penentuan jumlah penggunaan pupuk N.


Penggunaan pupuk ini dapat lebih ataupun kurang menyesuaikan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah.  Petani saat ini telah diperkenalkan penggunaan bagan warna daun (BWD) yang berfungsi untuk menentukan jumlah pemupukan N yang diperlukan pada tahap kedua (tahap anakan aktif, 23—28 HST) dan ketiga (tahap primordial, 38—42 HST).

5.        Pengaturan Musim Tanam dengan Menggunakan Kalender Musim Tanam (KATAM)

Pengaturan musim tanam menggunakan KATAM belum diterapkan di Kecamatan Gedung Aji Baru, Tulang Bawang (Tabel 10).  Hal ini disebabkan kurangnya akses sosialisasi kepada petani, selain itu keterbatasan Alsintan menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi waktu tanam.  Alsintan yang melum mencukupi menyebabkan petani harus menunggu giliran untuk melakukan pengolahan tanah, penyedotan air dan lain sebagainya.
Teknologi KATAM ini perlu ditunjang dengan penyediaan Alsintan yang memadai sehingga petani dapat melakukan penanaman secara serentak bersama-sama.  Penanaman padi yang serentak diharapkan dapat meningkatkan produktifitas padi karena dapat menggurangi kerusakan tanaman oleh hama atau penyakit.

6.        Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengolahan Tanaman Terpadu (GP-PTT)

Gerakan penerapan pengolahan tanaman terpadu (GP-PTT) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui pendekatan gerakan atau anjuran secara massal kepada petani atau kelompok tani untuk melaksanakan PTT dalam mengelola usaha tani Pajale.  Program ini diperoleh untuk 379 ha sawah (Tabel 11) dan memperoleh perhatian khusus dengan adanya bimbingan teknis persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan juga memperoleh bantuan tanam serta pupuk berimbang.  Kecamatan ini sudah berupaya untuk dapat melakukan program penanaman massal, namun karena adanya banjir di Desa Sido Mekar menyebabkan beberapa petani harus menanam ulang ataupun melakukan penyiangan tanaman.

7.        Perluasan Areal Tanam (PAT) Jagung dan Kedelai

Perluasan areal tanam (PAT) yang ada di Kecamatan ini adalah PAT jagung dan juga kedelai.  Luas areal yang mendapat program ini adalah 27 ha untuk jagung yang dialokasikan di Desa Sido Mekar dan 14 ha untuk kedelai yang dialokasikan di Desa Sumber Jaya (Tabel 12).  Saat ini belum dilakukan penanaman jagung dan kedelai dikarenakan curah hujan yang masih rendah serta benih jagung yang baru datang.  Bantuan pupuk belum diketahui secara rinci karena belum diterima oleh Gapoktan/ Poktan. 

8.        Peningkatan Optimasi Lahan (POL / OPLA)

Peningkatan optimasi lahan yang di peroleh di Kecamatan ini adalah seluas 200 ha yang dialokasikan di Desa Mesir Dwi Jaya (Tabel 13).  Program ini menyediakan bibit unggul dan juga pupuk.  Bibit unggul yang digunakan yaitu Ciherang dan penyediaan pupuknya yaitu Urea 150 kg dan NPK 100 kg dan bantuan biaya tanam Rp. 400.000,- per ha (Tabel 9).  Saat ini penanaman telah selesai dilakukan dan berlangsung lancar.

Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK