PENYAKIT PADA TERNAK SAPI
BRUCELLOSIS PADA SAPI
Etiologi :Pada sapi di
sebabkan oleh Brucella abortus, merupakan zoonosis,
gram-negatif coccobacillus, ditularkan melalui konsumsi janin, plasenta,
leleran rahim, atau bahan yang tercemar oleh produk tersebut.
Gejala Klinis :Pada sapi
gejala klinik yang mencolok terjadi abortus, terutama pada usia kebuntingan
lanjut (7-8 bulan). Umumnya sapi hanya mengalami keguguran sekali saja pada
kebuntingan yang brurutan. Meskipun demikian induk sapi yang mengalami
keguguran tersebut masih membawa Br. abortus sampai 2 tahun. Sapi yang
terinfeksi secara kronik dapat mengalami higroma (pembesaran kantong persendian
karena berisi cairan bening atau fibrinopurulen).
Diagnosis :
-Untuk screening digunakan uji rose bengal atau rapid
agglutination test.
-Jika positif terhadap uji rose bengal perlu dilanjutkan dengan uji reaksi pengikatan komplemen (Complement Fixation Test) atau ELISA.
-Untuk daerah baru pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi Br.abortus.
-Uji serum aglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu meskipun sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji coombs atau anti human globulin test, disamping uji serum agglutinasi dan uji pengikatan komplemen.
-Jika positif terhadap uji rose bengal perlu dilanjutkan dengan uji reaksi pengikatan komplemen (Complement Fixation Test) atau ELISA.
-Untuk daerah baru pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi Br.abortus.
-Uji serum aglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu meskipun sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji coombs atau anti human globulin test, disamping uji serum agglutinasi dan uji pengikatan komplemen.
-Isolasi Br.abortus pada sapi dilakukan dengan
mengirimkan cairan, membran fetus, susu, kelenjar limfe supramamaria dalam
keadaan segar dan dingin ke laboratorium.
Penanganan :Pada hewan
khususnya sapi kasus brucellosis umumnya tidak berespon baik terhadap
pengobatan. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan didasarkan pada tinggi
rendahnya prevalensi penyakit di suatu daerah. Pada daerah dengan prevalensi
<> 2% dilakukan vaksinasi menggunakan vaksi Br. abortus strain 19.
LEPTOSPIROSIS
Etiologi :Penyebabnya
yaitu Leptospira pomona, Leptospira gripothyposa, Leptospira conicola,
Leptospira hardjo.
Penularan :Cara penularannya
melalui kulit terbuka/ selaput lendir (mulut, pharynx, hidung,
mata) karena kontak dengan makanan dan minuman yang tercemar.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak diantaranya : anoreksia (tidak
mau makan), produksi susu turun, abortus pada pertengahan
kebuntingan dan biasanya terjadi retensi plasenta, metritis dan infertilitas.
Penanganan :Pengendalian
kejadian leptospirosis meliputi sanitasi yang baik, isolasi hewan yang sakit
serta hindari pakan dan minuman dari pencemaran, vaksinasi denganserotipe (jenis)
leptospira yang ada di daerah tersebut. Pengobatan dengan antibiotika dosis
tinggi, 3 juta IU penicillin dan 5 gr streptomycin (2x sehari).
VIBRIOSIS
Etiologi :Penyebabnya
adalah Vibrio fetus veneralis atauCampylobacter foetus
veneralis.
Penularan :Dapat
menular melalui perkawinan dengan pejantan tercemar.
Gejala
Klinis :Gejala yang timbul diataranya : endometritis dan
kadang – kadang salpingitis dengan leleranmukopurulen,
siklus estrus diperpanjang ± 32 hari, kematian embrio, abortus pada
trisemester 2 kebuntingan dan terjadinya infertilitas karena
kematian embrio dini.
Penanganan :Pengendaliannya
yaitu dengan cara IB dengan semen sehat, istirahat kelamin selama 3 bulan pada
hewan yang terinfeksi, vaksinasi dengan bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan
atau setiap tahun. Pengobatan dengan infuse (pemasukan)
antibiotika spektrum luas secara intra uterin, injeksi pejantan
dengan dihydrostreptomisin dosis 22 mg/kg BB secara subkutan (di bawah kulit).
TUBERKULOSIS
Etiologi :Penyebabnya
adalah Mycobacterium bovis.
Penularan :Dapat
menular melalui ekskresi, sputum (riak), feses, susu, urin, semen, traktus genitalis (saluran
kelamin), pernafasan, ingesti dan perkawinan dengan hewan yang sakit.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak diataranya : abortus, retensi
plasenta, lesi uterus bilateral, salpingitis dan adhesi(perlekatan)
antara uterus. Penanganan dan pencegahan diantaranya dengan sanitasi kandang
dan lingkungan, pengobatan dengan antibiotika, isolasi hewan yang terinfeksi
dan vaksinasi.
IBR-
IPV
Etiologi :Penyebabnya
adalah virus herpes dengan tingkat kematian prenatal dan neonatal cukup tinggi.
Penularan :Penularan
dapat melalui air, pakan, kontak langsung maupun tidak langsung.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak dalam berbagai bentuk, yaitu :
· Respiratorik
bagian atas (demam, anorexia, depresi, leleran hidung,
nodula/ bungkul-bungkul pada hidung,pharynx, trachea, batuk,
penurunan produksi susu).
· Konjungtival
(hiperlakrimasi dengan eksudatmukopurulen, konjungtiva merah
dan bengkak, adanya pustula pada konjungtiva dan ulcer nekrotik.
· Digestif
neonatal ( septikemia, lesi pada mulut, larynxdan pharynx).
· Meningoencepalitis (kelesuan,
inkoordinasi, tremor, mati dalam 3-4 hari).
· Vulvovagina
(septikemia, pustula dan ulcer pada
vagina dan vulva disertai leleran purulen).
· Preputial (pustula dan ulcer pada
penis dan preputium).
· Abortus dan
prenatal (abortus pada trisemester kebuntingan).
· Intrauterina
(endometritis nekrotik, uterus tegang danedematus).
Penanganan :Pemberian
antibiotik, karantina hewan dan istirahat kelamin selama 3-4 minggu, vaksinasi
kombinasi (IBR, IPV dan BVD-MD).
BVD-MD
Etiologi :Virus
BVD-MD.
Gejala
Klinis :menyerang sapi dengan gejala: demam tinggi, depresi,anorexia,
diare, lesi pada mukosa mulut dan sistem pencernaan, abortus pada
2-9 bulan kebuntingan serta terjadinya kawin berulang.
Penanganan :Pengobatan
dengan pemberian antibiotika, pencegahan dengan vaksinasi umur 9-10 bulan.
Sanitasi dan desinfeksi kandang dan lingkungan penting untuk diperhatikan.
EBA (Epizootik Bovine
Abortion)
Etiologi :Penyebabnya
Chlamydia atau Megawanella.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak :abortus pada 4-9 bulan kebuntingan, stillbirth (lahir
kemudian mati), jika fetus lahir maka lemah, retensi plasenta.
Penanganan :Pengobatan
dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika. Sedangkan pengendaliannya dapat
dilakukan dengan isolasi/ karantina hewan yang sakit, vaksinasi, sanitasi dan
desinfeksi kandang.
TRIKOMONIASIS
Etiologi :Penyebabnya Trichomonas
fetus, merupakan penyakit kelamin menular pada sapi yang ditandai dengan
penurunan kesuburan (S/C tinggi), abortus dini (4 bulan
kebuntingan/trisemester pertama kebuntingan).
Penularan :Penularan
dengan kawin alam maupun dengan IB.
Penanganan :Pengendaliannya
dengan:
· IB
dengan pejantan sehat
· Istirahat
kelamin
· Pemberian
antibiotik intra uterin pada betina terinfeksi.
· Pemberian
estrogen/ PGF2α
· Pejantan
kronis diberi bovoflavin/ metronidazole atau dieliminasi.
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Penyebabnya Toxoplasma
gondii, bersifat zoonosis sehingga dapat menyerang manusia.
Penularan :
Penularan melalui pakan/ minum yang tercemar denganookista.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak diataranya: demam, gangguan nafas dan
syaraf, abortus, prematur maupun lahir lemah.
Penanganan :Pengobatan
dengan antibiotika, kombinasi antara preparat sulfa (sulfadiazin) dan
pyrimethamine. Pencegahan dengan menjaga sanitasi dan desinfeksi kandang serta
lingkungannya.
PENYAKIT
YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA BABI
Etiologi :adalah penyakit, akut virus menular pada babi yang
disebabkan oleh Swine vesicular disease virus, yaitu Enterovirus.
Patogenesis :Hal ini ditandai dengan demam dan vesikel dengan bisul
berikutnya di mulut dan di moncong, kaki, dan dot. patogen
relatif tahan terhadap panas, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama di asin,
kering, dan produk daging asap.
Gejala Klinis :
1. Demam
2. Vesikel di mulut dan di moncong dan kaki
3. Kepincangan dan gaya goyah, menggigil dan gerakan kaki
menghentak-jenis
4. vesikula Ruptur dapat menyebabkan borok pada tungkai
dan kaki, dan bantalan kaki mungkin longgar. hewan muda lebih parah
terpengaruh.Pemulihan sering terjadi dalam seminggu. Tidak ada kematian dengan
SVD.
Pencegahan :Tidak
ada vaksin untuk SVD. tindakan Pencegahan adalah sama dengan yang untuk
penyakit kaki-dan-mulut: hewan mengendalikan diimpor dari daerah tertular,
sanitasi dan pembuangan sampah dari pesawat udara internasional dan kapal, dan
memasak menyeluruh sampah. hewan yang terinfeksi harus ditempatkan di karantina
ketat. Pemberantasan tindakan untuk penyakit ini termasuk mengkarantina daerah
tertular, depopulasi dan pembuangan babi yang terinfeksi dan kontak, dan
pembersihan dan desinfeksi tempat yang terkontaminasi.
BRUCELLOSIS BABI
Etiologi :Brucella suis ditularkan
melalui kontak langsung dengan janin gugur dan sekresi, serta perkawinan.
Cara Penularan : Brucellosis
ditularkan melalui ingesti bakteri yang terdapat dalam susu, fetus abortus,
membran fetus, dan cairan uterus atau kopulasi dan inseminasi buatan. Pada sapi
jantan, bakteri ini dapat ditemukan dalam semen yang dihasilkan. Pada domba,
brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba jantan melalui kontak
langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan dan B. ovis akan diekskresikan
dalam persentasi yang tinggi secara intermiten selama kira-kira ≥4 tahun.
Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi susu segar dan produk
susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekresi, ekskresi,
dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi, seperti jaringan, darah, urin, cairan
vagina, fetus abortus, dan plasenta.
Patogenesis :Babi terinfeksi atau induk babi
mungkin mengalami dengan infertilitas. Selain itu, aborsi dapat terjadi di
trimester pertama, jika infeksi terjadi pada peternakan, dan selama akhir
kebuntingan jika infeksi terjadi setelah hari ke-35 dari kebuntingan. Organisme ini memiliki potensi zoonosis.
Gejala Klinis : Gejala
klinis brucellosis pada babi mirip dengan gejala pada sapi dan kambing. Gejala yang
umum muncul adalah aborsi, sterilitas sementara atau permanen, orchitis,
kepincangan, paralisis posterior, spondylities, dan terkadang dapat juga
terjadi metritis dan pembentukan abses pada ekstrimitas atau bagian lain dari
tubuh. Kejadian aborsi dapat berkisar antara 0 – 80% dan dapat terjadi pada
awal kebuntingan sehingga tidak terdeteksi. Hewan yang demikian akan segera
kembali ke siklus estrusnya. Timbulnya sterilitas adalah umum dan itu dapat
menjadi satu-satunya gejala klinis yang timbul. Oleh karena itu, bila ada
sterilitas dalam sekelompok hewan maka brucellosis akan menjadi kecurigaan
utama.
Diagnosa Banding : Diagnosa
banding brucellosis pada babi adalah penyakit lain yang menyebabkan aborsi,
orchitis, arthritis, paralisis posterior, dan kepincangan. Aborsi di babi dapat
juga disebabkan oleh Aujeszky’s disease (pseudorabies), leptospirosis,
erysipelas, salmonellosis, streptococcidiosis, classical swine fever and
porcine parvovirus infection.
Pencegahan :Babi yang dicurigai brucellosis harus
dilaporkan kepada petugas kesehatan hewan.Kehati-hatian
sangat diperlukan saat membeli individu babi yang memiliki titer aglutinin yang
rendah, kecuali bila status kelompok asal babi tersebut diketahui. Babi yang
telah dibawa keluar dari peternakan harus selalu diisolasi terlebih dahulu
sebelum digabungkan dengan kawanannya. Babi baru sebaiknya dibeli dari
peternakan yang diketahui bebas brucellosis, atau diuji dan diisolasi selama 3
bulan, kemudian diuji sekali lagi sebelum digabungkan dengan kelompok ternak.
Pengendalian penyakit didasarkan pada pengujian dan pemisahan serta pengafkiran
ternak yang terinfeksi karena tidak ada vaksin yang tersedia maupun pengobatan
yang dapat dianjurkan.
LEPTOSPIROSIS BABI
Etiologi : Leptospirosis
pada babi disebabkan oleh
1. Leptospira ponoma
2. Leptospira Bratislava
3. Leptospira icterohaemorrhagine
1. Leptospira ponoma
2. Leptospira Bratislava
3. Leptospira icterohaemorrhagine
Leptospirosis disebabkan oleh spiroceta gram-negatif.
Transmisi terjadi melalui kontak mulut, hidung atau mukosa mata dengan air
kencing terkontaminasi.
Diagnosa :
· Leptospira
tidak mudah tampak dalam liver-smear secara natural walaupun dengan dark-ground
illumination (penerangan dengan latar belakang gelap)
· Namun
dengan pewarnaan metode Levaditi akan ditemukan Leptospira pada sisi hati,
ginjal, maupun glandula lymphatic abdominal yang mengalami hemoragi
· Leptospira
bisa tampak pada darah atau organ babi yang diinjekssi dengan organisme ini
Diferensial Diagnosa :
· brucellosis
· parvovirus
· SMEDI
(stillbirth, mummification, embryonic death, and infertility)
Patogenesis :Babi merupakan hospes pemeliharaan
untuk serogrupPamona, Australis dan Tarassovi, sedangkan
infeksi insidental terjadi dengan strain dari Canicola,Icterohaemorrhagiae, dan
serogrup Grippotyphosa. Infeksi akut leptospirosis umumnya
asimtomatik. Namun, Leptospirosis kronis dapat bermanifestasi sebagai aborsi,
lahir mati, infertilitas, dan kelahiran anak babi yang lemah. Leptospirosis
adalah zoonosis penting untuk peternak dan staf rumah potong hewan yang kontak
dengan babi.
Pencegahan :
· Vaksinasi
· Perawatan
· Kebersihan
kandang
· mengasingkan
babi yang terinfeksi
· sumber
minuman yang baik
Etiologi : penyakit
reproduksi babi yang disebabkan oleh parvovirus babi (PPV) dan Enterovirus
babi. Istilah ini SMEDI biasanya menunjukkan Enterovirus babi, tetapi juga bisa
menunjukkan parvovirus babi, yang merupakan penyebab lebih penting dari
sindrom.SMEDI menyebabkan aborsi, kematian neonatal, dan penurunan
kesuburan pejantan. Penyakit ini disebarkan paling sering oleh
konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi dengan kotoran yang terinfeksi dan
kadang-kadang melalui kontak seksual dan kontak dengan jaringan
dibatalkan. Vaksin tersedia (ATCvet kode: QI09AA02).
Patogenesis :
Hal
ini tergantung pada usia hewan yang terkena dan efisiensi sistem kekebalan
tubuh. perlindungan Colostral berlangsung sampai usia 5 bulan, setelah itu
menurun untuk semua waktu rendah untuk meningkatkan lagi di sekitar 12 bulan.
· Prenatal
infeksi: virus perjalanan dari induk yang terinfeksi kepada janin melalui
plasenta. Dalam hal ini, waktu kehamilan menentukan hasil infeksi.
- Jika janin akan terinfeksi dalam 30 hari pertama kehidupan janin, Anda memiliki kematian dan penyerapan semua, atau sebagian janin. Dalam hal ini, Anda mungkin memiliki kelahiran anak babi yang sehat, immunotollerant.
- Jika infeksi terjadi pada 40 hari, Anda memiliki kematian dan mumifikasi. Juga dalam kasus ini, beberapa atau semua janin yang terlibat, yaitu beberapa janin bisa lahir carrier sehat dan immunotollerant, atau penyakit.
- Jika virus melintasi plasenta pada trimester terakhir, Anda mungkin telah kematian neonatal, atau kelahiran anak babi yang sehat dengan pra-colostral kekebalan protektif.
- Jika janin akan terinfeksi dalam 30 hari pertama kehidupan janin, Anda memiliki kematian dan penyerapan semua, atau sebagian janin. Dalam hal ini, Anda mungkin memiliki kelahiran anak babi yang sehat, immunotollerant.
- Jika infeksi terjadi pada 40 hari, Anda memiliki kematian dan mumifikasi. Juga dalam kasus ini, beberapa atau semua janin yang terlibat, yaitu beberapa janin bisa lahir carrier sehat dan immunotollerant, atau penyakit.
- Jika virus melintasi plasenta pada trimester terakhir, Anda mungkin telah kematian neonatal, atau kelahiran anak babi yang sehat dengan pra-colostral kekebalan protektif.
· Postnatal infeksi
(babi sampai usia 1 tahun). Infeksi terjadi oro-sengau, diikuti dengan periode
viremic terkait dengan leukopenia sementara.
· Infeksi
pada orang dewasa (lebih dari 1 tahun). subjek ini akan memiliki sistem, aktif
kekebalan pelindung yang melindungi mereka, meskipun mereka harus kawin dengan
laki-laki yang terinfeksi (yang rahasia virus dengan sperma).
Oleh
karena itu, penting untuk dicatat bahwa virus sangat berbahaya bagi menabur
dalam kehamilan pertama, yang akan pada usia 7-8 bulan, karena ia akan memiliki
jumlah antibodi yang sangat rendah pada usia ini dan dengan mudah dapat kontrak
virus melalui kopulasi.
Diagnosa :Histologi, lesi dalam
miometrium karena infiltrasi monosit.Perkembangan janin
terhambat, kongesti superficial yang berhubungan dengan hemoragi dan
dehidrasi yang menyebabkan mumifikasi janin.
PARVOVIRUS BABI
Etiologi :Parvovirus Babi adalah endemik di
sebagian besar peternakan, dengan banyak babi yang menunjukkan kekebalan aktif
terhadap virus.
Patogenesis :Babi yang tidak memiliki kekebalan
terhadap parvovirus babi sebelum konsepsi berada pada resiko tinggi infeksi dan
penyakit reproduksi.
Gejala klinis :Virus ini ditransmisikan oronasal
dan transplacenta. Klinis bermanifestasi sebagai tanda kegagalan reproduksi.
Infeksi embrio pada hari 10-30 dari hasil kebuntingan di resorpsi dan kembali
estrus tidak teratur. Infeksi pada janin pada hari 30-70 dari hasil kebuntingan
di mumifikasi, sedangkan infeksi setelah hari 70 hasil dalam imunokompeten anak
babi sehat. Tanda-tanda klinis lain mungkin meliputi infertilitas, lahir mati,
kematian neonatal, dan pengurangan vitalitas neonatal. Selama infeksi
transplasenta, sebagian dari anak mungkin terinfeksi, dengan sebagian
intrauterina menyebarkan virus ke anak yang lain. Dengan demikian, kombinasi
dari resorpsi, mumifikasi, dan stillbirths bisa terjadi bersamaan dalam janin
tunggal.
DEMAM BABI KLASIK (CLASICAL SWINE FEVER) / HOG CHOLERA
Etiologi :disebabkan oleh Pestivirus. Babi juga rentan terhadapduapestiviruslain, bovine
virus diare dan penyakit. Babi adalahsatu-satunyahospesalami virus demam babi
klasik. Transmisiterjadimelaluikontakoronasaldengan babi yang terinfeksi,
konsumsipakanterkontaminasi, yang tersebar di udarajarakpendek, secara
tidaklangsunglewatmuntahan, dan berpotensimelalui air mani.
GejalaKlinis :tanda-tanda klinistermasukdemam,
anoreksia, konjungtivitis, diare, dan tanda-tanda pernafasan.
Patogenesis :transplasentainfeksidapatterjadi
pada setiaptahapkebuntingan dan mengakibatkanaborsi, mumifikasi dan
stillbirths. Infeksi pada 50-70 haridarikebuntingandapatmengakibatkankelahiran
babi viremia. Anak babi initampak normal pada awalnya,
tetapikemudianmengembangkan tremor bawaan dan menurunkanberatbadan. Mereka melayani sebagai terus-menerus reservoir virus
demam babi klasik.
ENTEROVIRUS BABI DAN TESCHOVIRUS
Etiologi :Enterovirus Babi dan teschovirus adalah
picornavirus [50]. Transmisi adalah melalui rute fecal-oral, tapi transmisi
oleh bersin juga mungkin terjadi.
Patogenesis :Induk babi mungkin mengalami
infertilitas, kematian embrio, lahir mati, dan mumifikasi, tanpa tanda-tanda
klinis lain.
TOKSOPLASMOSIS BABI
Etiologi :Toxoplasma gondii, Toksoplasmosis
terjadi melalui konsumsi makanan, air atau tanah yang terkontaminasi dengan
oosista bersporulasi atau melalui konsumsi daging yang mengandung kista
jaringan [60].
Patogenesis :Sedangkan kebanyakan infeksi tanpa gejala,
aborsi mungkin terjadi [60,61]. Selain itu, babi mungkin akan lahir prematur,
mati, lemah, atau mati segera setelah lahir [60].
Pencegahan :Pencegahan toksoplasmosis pada babi
adalah penting untuk mencegah infeksi manusia melalui mengkonsumsi daging babi
mentah.
PENYAKIT ANTHRAX
Epidemi :Anthrax
adalah suatu penyakit pada hewan menyusui dan manusia, yang disebabkan oleh
spora bakteri yang disebut Bacillusanthracis, Anthrax telah dan hampir menyebar
di seluruh dunia dan bersifat penyakit zoonosis, yang berarti bisa ditularkan
dari hewan kepada manusia. Anthrax merupakan penyakit yang indemik di
Indonesia, kejadian sporadis diseluruh negara mengikuti kondisi lingkungan,
Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur telah
dilaporkan terjadi wabah anthrax pada hewan ternak pada tahun 2005.
Etiologi :Baccillusanthracis
adalah bakteri gram positip, didalam tubuh hewan atau manusia dia adalah
bakteri yang bersifat aerob.
Inang/
Hospes :Hewan memamah biak seperti sapi, domba dan kambing.
CaraPenularan :Melalui
kontak langsung maupun tidak langsung, Anthrax masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pencernaan (Ingesti), Paru paru (inhalasi) atau kulit
(cutaneouse).Walaupun kejadiannya jarang, tetapi mungkin anthrax masuk ke dalam
tubuh dengan cara penularan mekanik / tidak langsung. Gigitan lalat dan
serangga lain yangmungkin membawa anthrax stadium vegetatip.
Gejala
Klinis :Pada Babi,anjing dan kucing, tidak ada nafsu makan, biasanya
memperlihatkan kebengkakan yang menciri pada lymponodes di leher. Yang
menyebabkan susah menelan dan bernafas karena termakannya bakteri.
Berdasarkan
Jalan masuknya penyakit menjadi ciri khas gejala klinis (pada manusia dan
hewan):
1. Anthrax tipe
penafasan/paru-paru (pneumonic, respirasi, atau inhalasi) (biasanya pada
manusia):
Anthraxtipe
inhalasi adalah fatal , dengan angka kematian mendekati 100 %. Demam tinggi,
gelisah, susah bernafas, kegagalan bernafas, kejang, mati.
2. Anthrax tipe
pencernaan (pad manusia dan hewan):
Infeksi
pencernaan dapat diobati tetapi angka kematiannya biasanya adalah 25 - 60 %
tergantung dari pengobatan yang segera datang atau lambat. Demam,gelisah, tidak
ada nafsu makan, diare, kejang, mati.
3. Anthrax tipe kulit
(biasanya pada manusia):
Anthrax
tipe kulit adalah bentuk yang kurangfatal jika diobati. Tetapi tanpa pengobatan
mendekai 20 % kasus infeksi bentuk kulit menimbulkan toksemia dan mati.Infeksi
antrax pada kulit terlihat seperti lukabakar yang pada akhirnya membentuk ulcer
dengan warna hitam di tengahnya.
Diagnosa
Banding :Per acute black leg; Malignant edema; Bacillary hemoglobinuria;
Hypomagnesemic tetany; Enterotoxaemia
Pencegahan :
Pencegahan
secara Sanitasi
1.
Isolasi dari hewan yang sakit dan hewan yang pernah kontak dengan yang sakit.
2.
Musnahkan bangkai.
3.
Disinfeksi.
4.
Lindungidaerah bebas.
Pencegahan
secara medis
1.
Vaksin.
2.
Umumnya menggunakan vaksin aktip.
PENYAKIT
YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KUDA
CONTAGIUS EQUINE
METRITIS (CEM)
Etiologi :Disebabkan
oleh bakteri Taylorella equigenitalis. Kasus pertama
di diagnosis di Inggris pada tahun 1977.Karena sifat berbahaya dari
penyakit ini, sulit untuk menentukan asal atau seberapa
luas itupenyebarannya di seluruh dunia.
Transmisi :CEM
biasanya ditularkan secara langsung selama koitusdengan kuda yang positif CEM. Transmisi juga
dapat terjadi secara tidak langsung melalui inseminasi buatan, seperti tangan
yang terkontaminasi atau instrumen. Kuda jantan adalah sumber
infeksi untuk wabah penyakit akut. Selama musim kawin,
kudacarier dapat menginfeksi beberapa kuda sebelum penyakit tersebut
terdiagnosis.
Tanda-tanda
klinis :
Adanya
tanda infertilitas, gagal untuk bunting setelah kuda dikawinkan. Kasus aborsi
pada CEM jarang terjadi.
Ada
tiga tingkatan umum infeksi pada kuda :
•
Akut: adanya peradangan aktif pada uterus terciri dengan
penebalan, adanya mucoid vulvar dischargeberlangsung 10 sampai
14 hari setelah dikawinkan.
• kronis: radang uterus yang lebih ringan adanyaobvious vulvar discharge, dan infeksi lebih sulit untukditerapi.
• kronis: radang uterus yang lebih ringan adanyaobvious vulvar discharge, dan infeksi lebih sulit untukditerapi.
• Carrier:
Bakteri ini berkembang dan
menetap padasaluran reproduksi.Meskipun terlihat tanpa
gejala, masih menularkan penyakit dan dapat tetap menjadipembawa selama
beberapa bulan atau lebih.
Diagnosa :Dua
dari infeksi kelamin paling umum pada kuda disebabkan oleh Klebsiella dan Pseudomonas spp.Diferensial
diagnose dari CEM dapat digunakan isolasiT. equigenitalis, sampel
untuk penanaman bakteri dapat diambil dari cervik atau
endometrium selama estrus. Usapan dari kuda jantan harus diambil
dariglans penis, glandis fossa, dan sinus uretra. Sampel bakteri
harus ditaruh dalam media transportasi Aimes(Dengan arang) dalam
pendinginan (4 sampai 6 ˚ C)dalam waktu 48 jam. Pada kuda, berbagai tes
darah dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri CEM. Pada
kuda jantan, tes antibodi tidak dapat terdeteksi.
Pengobatan :Prinsip
terapinya dengan menghilangkan dulu bakteri di dalam uterus, proses ini memakan
waktu samapai beberapa bulan. Terapi untuk alat kelamin eksternalkuda
betina dan kuda jantan dapat diobati dengan desinfektan dan
antibiotik. Pemberian Chlorexidine 2%dengan di gosok-gosok dengan lembut
pada genital eksternal kuda selama 5 hari berturut-turut, dapat juga diberikan
deterjen ataupun garam. Untuk pemberian antibiotic secara topikal dapat
menggunakan nitrofurazone.
EQUINE VIRAL
ARTERITIS (EVA)
Etiologi :
- Virus RNA positif
dari golongan Arterivirus.
- Berukuran kecil,
beramplop, berbentuk icosahedral.
Gejala klinis :
- Demam
(mencapai 41 0C).
- Depresi.
- Oedema
(glandula mammae, skrotum, dll).
- Konjungtivitis dan
leleran hidung.
- Abortus pada kuda
yang sedang bunting.
- Kematian pada anak
kuda yang baru lahir.
- Gangguan pernafasan.
- Gangguan saraf.
Patogenesis :Terdapat
beberapa cara penularan virus ini, yang paling banyak adalah lewat sistem
respiratori, melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Virus juga
dapat tertular melalui perkawinan atau inseminasi buatan. Kuda jantan dapat
menjadi carrier virus ini. Abortus terjadi 30 hari setelah
hewan terinfeksi virus. Dapat terjadi pada fase akut atau pada fase
penyembuhan.
Diagnosa :
- Melalui gejala klinis
- Tes laboratorium :
uji sampel darah, nasal swab dan semen untuk isolasi virus.
- PCR untuk mengetahui
jenis virus RNa, ELISA untuk mendeteksi antibody dan uji netralisasi virus.
Terapi :
- Betina : terapi
suportif.
- Jantan : menekan
hormon testosteron.
- Tidak ada pengobatan
pasti.
- Pencegahan dilakukan
dengan vaksinasi : "Arvac®" (Fort Dodge Animal Health, Overland
Park, KS USA), "Artervac®" (also manufactured by Fort Dodge
Animal Health).
EQUINE HERPES VIRUS-1 (EHV-1)
Etiologi :
- Virus RNA positif
dari golongan Arterivirus.
- Berukuran kecil,
beramplop, berbentuk icosahedral.
Gejala klinis :
- Abortus pada kuda
yang sedang bunting.
- Paralisis.
- Demam.
- Gangguan pernafasan.
- Gangguan saraf.
Patogenesis :Terdapat
beberapa cara penularan virus ini, yang paling banyak adalah lewat sistem
respiratori, melalui mucosal epithelium yang berada pada lapiasan atas saluran
pernafasan, dan melalui kontak langsung dengan sekresi hewan yang terinfeksi
virus (dari nasofaring, saluran reproduksi, atau fetus yang abortus). Virus
juga dapat tertular melalui perkawinan atau inseminasi buatan. Kuda terinfeksi
setelah 14 hari virus masuk ke dalam tubuh.
Diagnosa :
- Melalui gejala klinis
- Tes laboratorium :
uji sampel darah, nasal swab dan semen untuk isolasi virus.
- PCR untuk mengetahui
jenis virus RNa, ELISA untuk mendeteksi antibody dan uji netralisasi virus.
Terapi :
- Betina : terapi
suportif.
- Pencegahan dilakukan
dengan vaksinasi.
OVINE VIBRIOSIS
Etiologi :Campylobacter (Camphylobacter
fetus, Camphylobacter jejuni) Merupakan bakteri berbentuk batang, gram
negatif yang ditularkan melalui ingesta dan di feses, janin
diaborsikan, plasenta, dan leleran vagina domba yang keluar.
Gejala
Klinis :Abortus pada akhir kebuntingan, Stillbirth, Cempe lahir dengan
kondisi lemah, Metritis berkembang setelah abortus kemudian sakit dan mati,
Subspecies jejunum dapat menyebabkan diare.
Penularan :Lewat
ingesti, melalui bangkai, masa inkubasi 7-25 hari.
Diagnosa :Dengan melihat
plasenta yang mengalami keradangan, Oedema, Kotiledon fetus nekrosa dan fetus
yang diaborsikan dalam keadaan segar, Pada bebrapa kasus, subkutan fetus
oedema.
Terapi :Domba yang abortus
diisolasikan, Domba yang bunting diinjeksi 300.000 IU Penicillin dan 1 g
dihidrostreptomisin.
BRUCELLOSIS
Etiologi :Aborsi
pada domba dapat disebabkan oleh Brucella melitensis atau
jarang B. Ovis.
Gejala
Klinis :Domba umumnya tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat aborsi pada
trimester ketiga, kelahiran mati atau melahirkan seekor anak domba lemah. Domba
terbebas dari bakteri dalam beberapa minggu setelah aborsi.
Penularan :Melalui
Ingesti dan inhalasi, Feses yang terkontaminasi, Silase dengan pH meningkat
Diagnosa :Dengan Isolasi mo
dari feses, susu, jaringan fetus (hati), Jika isolasi mo dari traktus genetal
sebaiknya 10 hari setelah abortus sedang jaringan tubuh 25-36 hari,
Imunofluorescent, Dengan Tes aglutinasi dan titer aglutinin perlu untuk
dipertimbangkan.
Terapi :Mengisolasi domba
yang abortus dan perbaikan pakan, Pemberian antibiotik dosis tinggi selama 5
hari.
SALMONELLOSIS
Etiologi :Aborsi
pada domba dapat mengikuti infeksi denganSalmonella abortus-ovis, Salmonella
Montevideo, atauSalmonella arizonae.
Gejala
Klinis :Asympomatik, Abortus terjadi 6-25 hari setelah infeksi dan fetus
akan dikeluarkan secara kontinyu sampai hari ke 18 setelah abortus. Metritis
dan retensi plasenta sering mengikuti setelah abortus. Infeksi dapat
menyebabkan bakterimia, plasentitis diikuti dengan kematian fetus. Demam,
depresi dan diare.
Penularan :Melalui
domba-domba yang tercemar, Ingesti lewat makanan dan minuman yang tercemar.
Diagnosa :Dengan
Tes serologi. Identifikasi organisme dari isi perut fetus, jaringan plasenta
atau leleran vagina.
Terapi :Isolasi
hewan yang sakit. Pemberian chloramfenicol, furazolidone dan trimethropine,
Vaksinasi.
BLUETONGUE VIRUS
Etiologi : Bluetongue
virus, sebuah orbivirus, ditularkan oleh nyamuk (Culicoides variipennis).
Patogenesis : Domba
yang terinfeksi dapat aborsi, mengalami mumifikasi fetus atau membuat anak
domba mengalami cacat bawaan (hiydranencephaly,porencephaly, disgenesis
cerebellar, kelainan bentuk tulang).
Gejala Klinis :
· Abortus
· Mumifikasi fetus
· Cempe mengalami defek
konginetal (hydranencephaly, porencephaly, cerebellar dysgenesis, skeletal
deformities)
· Domba menunjukkan
tanda klinis demam, lameness,ulcer pada mulut dan
hidung, swollen tongue, ear dan face.
Penularan : ditularkan
oleh nyamuk (Culicoides variipennis).
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Domba terinfeksi
oleh Toxoplasma gondii melalui konsumsi pakan terkontaminasi
dengan oosista bersporulasi.
Gejala
Klinis :
· Jika domba terinfeksi
14 hari kebuntingan asimptomatik
· Jika infeksi <>
· Jika infeksi pada
40-120 hari kebuntingan terjadi maserasi fetus, mumifikasi fetus, abortus.
· Jika infeksi 120 hari
kebuntingan menunjukkan stillbirth atau lahir lemah pada cempe
· Yang khas adalah
kotiledon berwarna terang sampai gelap dengan nodule putih kecil yang banyak
dengan diameter 1-3 mm.
Penularan :Penyebaran
lewat vektor yaitu kucing.
Diagnosa :Dilihat dari
sejarah dan gejala klinis. Pemeriksaan mikroskopik dengan pengecatan Giemza
atau Leisman dan histologik terhadap nodul. Atau dengan Tes serologic serum
induk.
Terapi :Sulfonamide.
PENYAKIT
YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KAMBING
LISTERIOSIS
Etiologi :Disebabkan
oleh L. Monocytogenes.
Patogenesis :Infeksi pada
awal kebuntingan oleh L. Monocytogenesdapat mengakibatkan aborsi,
sedangkan infeksi pada akhir kebuntingan menyebabkan kelahiran mati atau
kelahiran anak yang lemah.
Gejala Klinis :Sebelum
aborsi, bisa mengalami demam, penurunan nafsu makan, dan produksi susu
berkurang.
Diagnosa : Organisme
bisa ditumpahkan dalam susu setelah mengalami aborsi. Umumnya, bentuk ensefalitis
tidak terjadi bersamaan dengan aborsi. L. Monocytogenesbisa
bertahan di dalam tanah dan kotoran, dan tumbuh di jerami yang terfermentasi
sedikit. Aborsi dilaporkan setelah merumput pada rawa, tanah ber-pH tinggi.Listeria adalah
zoonotik dan dapat menyebabkan penyakit neurologik pada manusia.
BRUCELLOSIS
Etiologi :B. melitensis ditransmisikan
ke kambing melalui konsumsi pakan atau air yang terkontaminasi.
Patogenesis :Pada saat
bunting, bakteri dapat menginfeksi plasenta dengan resultan aborsi akhir
kebuntingan. Organisme ini menyebabkan demam undulan (sinonim dengan demam
Malta, demam Gibraltar, dan demam Mediterania) pada manusia yang mengkonsumsi
susu terkontaminasi yang belum dipasteurisasi atau keju.
Gejala Klinis :Menunjukkan
tanda-tanda klinis demam, depresi, penurunan berat badan, diare, mastitis,
kepincangan, dan melahirkan anak-anak yang lemah. Bakteri yang menumpahkan
dalam susu, urine, kotoran, dan selama 2-3 bulan di leleran vagina.
CAPRINE
HERPESVIRUS
Etiologi :Caprine
herpesvirus adalah herpesvirus alpha yang dapat menyebabkan aborsi
pada akhir kebuntingan tanpa ada tanda-tanda klinis sebelumnya.
Patogenesis :dapat
menyebabkan aborsi pada akhir kebuntingan tanpa ada tanda-tanda klinis
sebelumnya. Virus ini juga dapat menyebabkan vulvovaginitis dan penyakit
pernapasan. kebuntingan berikutnya tidak terkena virus.
Diagnosis :Seperti
herpesvirus lainnya, herpesvirus kambing memiliki keadaan laten yang bisa
diaktifkan kembali oleh keadaan stres, imunosupresi atau mungkin dalam keadaan
estrus. Setelah reaktivasi, virus bisa dikeluarkan melalui rute pernapasan atau
kelamin.
TOKSOPLASMOSIS
Etiologi :Toxoplasma
gondii.
Patogenesis :Toksoplasmosis
bisa menyebabkan aborsi, kelahiran mati, kematian janin, resorpsi janin,
kelahiran anak yang lemah, atau kelahiran anak sehat.
Diagnosis :Infeksi pada
kebuntingan (30 - 90 hari) umumnya menghasilkan resorpsi janin atau mumifikasi,
sedangkan infeksi pada paruh terakhir kebuntingan tidak menampakkan gejala
namun aborsi terjadi 2-3 minggu sebelum melahirkan. Aborsi terjadi
karena nekrosis dari kotiledon.
Penularan :protozoa ini
menular ke kucing melalui mengkonsumsi hewan pengerat atau burung yang
terinfeksi. Melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan feses kucing
yang mengandung oosit yang resisten; organisme kemudian memasuki aliran darah
dan menyebar ke plasenta dan janin. Toksoplasmosis merupakan zoonotik
potensial.
PENYAKIT
YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA ANJING
BRUCELLOSIS
Etiologi :Pada anjing disebabkan oleh Brucella
canis, Brucella canis adalah bakteri gram negatif intraseluler
coccobacillus.
Patogenesis :Infeksi dapat menyebabkan
infertilitas, kematian embrio dini, resorpsi janin, dan aborsi akhir
kebuntingan.
Gejala Klinis :Anjing betina mungkin tidak
menunjukkan tanda-tanda klinis sebelum aborsi. Setelah aborsi, leleran vagina
serosanguinus dapat muncul untuk 1-6 minggu. Sejumlah besar bakteri dapat
berada dalam material aborsi dan leleran dari vulva setelah aborsi. Sedangkan
potensi zoonosis B. canis lebih kecil dariBrucella sp.,
imunosupresi atau individu yang hamil harus menghindari kontak dengan cairan
atau jaringan yang diaborsikan.
CANINE HERPESVIRUS
Etiologi :Canine herpesvirus.
Patogenesis :Dapat menyebabkan aborsi, kelahiran
mati dan resorpsi embrio. Infeksi neonatal biasanya terjadi saat lahir, namun,
infeksi transplasenta dapat terjadi dan menyebabkan mumifikasi fetus atau fetus
mati, kelahiran mati, atau kelahiran anak anjing yang lemah.
Penularan :Seekor anjing betina hamil dapat
menjadi terinfeksi melalui kontak langsung dengan sekretsi dari mukosa
(pernapasan atau alat kelamin). Selain itu, infeksi laten mungkin akan aktif
kembali selama kebuntingan dengan virus yang dihasilkan berubah.
CANINE DISTEMPER
Etiologi :Canine distemper disebabkan oleh morbillivirus.
Patogenesis :Virus ini telah terbukti menyebabkan
aborsi, kelahiran mati dan infeksi bawaan pada anak anjing. Abortus dapat
diikuti infeksi sistemik dari induk anjing atau infeksi transplasenta. Anak
anjing yang terinfeksi transplacenta dapat mengembangkan tanda-tanda neurologis
dalam waktu 6 minggu setelah kelahiran.
CANINE PARVOVIRUS TIPE 1
Etiologi :Canine parvovirus tipe 1, agen penyebab minute virus of
canines,
Patogenesis :Dapat menyebabkan resorpsi embrio,
kelahiran mati, atau kelahiran anak anjing yang lemah.
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Disebabkan oleh Toxoplasma
gondii, dapat menyebabkan placentitis dengan penyebaran takizoit pada
fetus.
Patogenesis :Secara percobaan infeksi pada anjing betina menyebabkan infeksi kongenital dan
aborsi.
NEOSPORA CANINUM
Etiologi :Oleh N. Caninum, telah
terbukti secara eksperimental untuk ditransmisikan transplacenta.
Patogenesis :Neosporosis dapat mengakibatkan
kematian dini janin, mumifikasi, resorpsi dan kelahiran anak anjing yang lemah.
Namun, belum terbukti dapat menyebabkan aborsi.
PENYAKIT
YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KUCING
FELINE HERPESVIRUS
Etiologi :Feline herpesvirus 1 merupakan
herpesvirus alpha yang menyebabkan rhinotracheitis.
Patogenesis :Infeksi secara eksperimen
menyebabkan aborsi dan kematian janin intrauterina; Namun, virus belum dapat
diisolasi dari jaringan janin yang diaborsikan. Hickman melaporkan bahwa dalam
wabah herpesvirus di suatu koloni bebas patogen spesifik, hanya 1 dari 51
kucing bunting pada saat awal wabah yang mengalami aborsi. Namun, angka
kematiannya 62% pada anak-anak kucing berumur 1 minggu yang lahir dari induk
kucing yang terinfeksi secara akut selama periode perinatal.
FELINE INFECTIOUS PERITONITIS VIRUS
Etiologi :Feline infeksius peritonitis disebabkan oleh coronavirus.
Patogenesis :Virus ini dikaitkan dengan aborsi
kebuntingan akhir, bayi lahir mati, resorpsi janin, endometritis, dan kematian
tinggi pada anak kucing pada minggu pertama kehidupan. Beberapa kucing ras
memiliki kecenderungan genetik untuk FIP (Heritabilitas 50%), dan dengan
demikian tidak boleh digunakan sebagai pemuliaan hewan.
FELINE LEUKEMIA VIRUS
Etiologi :Feline leukemia adalah retrovirus.
Patogenesis :Dapat mengakibatkan aborsi,
infertilitas dan resorpsi janin. Umumnya, induk kucing tidak menunjukkan gejala
sebelum aborsi.
FELINE PANLEUKOPENIA VIRUS
Etiologi :Feline panleukopenia virus merupakan parvovirus.
Patogenesis :Dapat menyebabkan aborsi, kelahiran
mati, dan hipoplasia cerebellar pada anak kucing. Tanda-tanda ini tidak selalu
terkait dengan penyakit gastrointestinal klasik di induk kucing.
REFERENSI
Anonimus, 2008, Leptospirosis Pada Babi.
Anonimus,
2010, Balai Besar Karantina Tanjung Priok, Jakarta.http://www.bbkptgpriok.deptan.go.id/detailberita.php?id=272
Anonimus, 2010, Brucellosis pada sapi.http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1974883-brucellosis/
Anonimus,
2010, Center For Indonesia Veterinary Analystical Studies.http://www.civas.net/content/penanganan-penyakit-brucellosis
Anonimus,
2010, Swine vesicular disease, Wikipedia
Daniel
Givens, M., Marley, M.S.D. Infectious Causes Of Embrionic And Fetal
Mortality. Department of Clinical Sciences, College of Veterinary
Medicine, Auburn University, Auburn, AL 36849, United States.
Ratnawati
D, Pratiwi C.W, dan Affandhy L., 2007, Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan
Reproduksi Pada Sapi Potong,Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian
Comments
Post a Comment