GAMETOGENESIS
BAB VI.
GAMETOGENESIS
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Deskripsi
Bab
gametogenesis akan membahas (1) oogenesis, (2) follikulogenesis, (3) ovulasi,
dan (4) spermatogenesis.
6.1.2 Relevansi
Gametogenesis
berkaitan erat dengan keberhasilan suatu perkawinan untuk menghasilkan individu
baru. Materi pada bab ini berkaitan erat dengan bab sebelumnya dan bab
selanjutnya, serta berkaitan dengan pembahasan pada mata kuliah Ilmu Reproduksi
Ternak. Setiap proses pada gametogenesis selalu memerlukan hormon seperti yang
telah di uraikan pada bab sebelumnya
6.1.3 Tujuan
instruksional khusus
Tujuan
instruksional khusus dari bab ini adalah agar mahasiswa mampu:
1.
Menerangkan
proses pembentukan sel telur/ovum;
2.
Membedakan
tahapan-tahapan perkembangan folikel;
3.
Menjelaskan
proses terjadinya ovulasi;
4.
Menerangkan
proses pembentukan sel kelamin jantan (spermatogenesis)
6.1.4
Oogenesis
Sel
telur atau ovum (jamak:ova) adalah suatu sel yang sanggup dibuahi dan
selanjutnya dapat mengalami perkembangan embrional. Pengadaan ovum terjadi di
dalam ovarium dan meliputi oogenesis, follikulogenesis, dan ovulasi.
Pada minggu-minggu pertama masa embrional, sel-sel
kecambah primitif pembentuk gamet jantan maupun betina (disebut gonocyt) berkembang di kaudal entoblast
ekstraembrional atau kantong kuning telur. Sel-sel kecambah ini bermigrasi
dengan pergerakan amuboid dari kantong kuning telur melewati mesentrium
dorsalis ke lereng-lereng benih. Perpindahan tersebut pada sapi terjadi
ira-kira 35 hari masa kebuntingan.
Proses oogenesis diawali dari perubahan
bakal sel telur atau oogonia dan diakhiri dengan terbentuknya ovum atau oosit
yang siap diovulasikan. Pertumbuhan oosit ditandai oleh pembesaran sitoplasma
karena penumpukan granula-granula deutoplasma (kuning telur) dalam berbagai
ukuran, pembentukan zona pelusida sebagai sualu selaput sel telur, serta
proliferasi mitosis epitel folikuler dan jaringan sekitarnya. Sel-sel folikuler
ini dapat berfungsi sebagai sel-sel pemberi makan bagi oosit dengn jalan
menyediakan deutoplasma bagi bakal sel telur tersebut. Menjelang pubertas, sel
telur telah mengumpulkan materi sebagai sumber energi untuk perkembangan
selanjutnya.
Pertumbuhan
oosit terbagi atas dua fase. Selama fase pertama, oosit bertumbuh cepat dan
erat berhubungan dengan perkembangan folikel ovarii. Ukuran dewasanya tercapai
kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum simulai di dalam folikel. Selama fase
kedua, oosit tidak bertambah besar, sedangkan folikel ovarii yang berespon
terhadap hormon-hormon hipofisis sangat bertambah besar diameternya. Pada
umumnya, pertumbuhan ini hanya berlaku bagi folikel pada saat ovum telah
mencapai ukuran yang maksimal. Selama fase terakhir pertumbuhan folikel, oosit
mengalami pematangan. Nukleus yang telah memasuki profase, pembelahan meosis
selama pertumbuhan oosit bersiap-siap untuk menjalani pembelahan reduksi. Pada
pembelahan pertama, dua anak sel terbenuk san masing-masing mengandung setengah
jumlah kromosom. Berbeda dengan spermatogenesis, satu anak sel mengambil hampir
semua sitoplasmal, sel ini disebut oosit sekunder dan anak sel lainnya yang
jauh lebih kecil disebut badan kutub (polar
body). pada pembelahan sel kedua, oosit sekunder membagi diri mnjadi ootid
(n) dan badan polar kutub kedua (n). Kedua badan kutup tersebut mengandung
sedikit sekali sitoplasmal, terjerat dalam zona pelusida dan mengalami
degenerasi. Badan kutub pertama dapat pula membagi diri sehingga zona pelusida
dapat berisi satu, dua, atau tiga badan kutub (Gambar 12).
Gambar
12. Diagram perubahan-perubahan inti selama oogenesis
Kecuali
oosit primer pada kuda, pada ternak mamalia lain oosit sekunderlah yang
dibebaskan pada waktu ovulasi. Oosit terus berkembang sampai pemuahan dan
menjadi zigot. Pada proses oogenesis, satu oosit primer berkembang menjadi satu
ovum; sedangkan pada proses spermatogenesis, satu spermatosit primer berkembang
menjadi empat spermatozoa.
Pembentukan,
pelepasan, dn pembuahan ova merupakan proses reproduksi yang sangat penting
pada hewan betinaa. Beratus-ratus calon ovum yang potensial terdapat di ovarium
pada waktu lahir, tetapi hanya beberapa yang berhasil diovulasikan. Jumlah
oosit di dalam ovaria pada seekor sapi sangat bervariasi dan berkisar antara 0
(kemandulan sempurna) sampai 700.000. jumlah tersebut relatif stabit sekitar
140.000 pada saat sapi mencapai umur 4 sampai 6 tahun dan mendekati 0 padaumur
20 tahun. Kebanyakan oosit berdegenerasi dan mati pada suatu proses yang disebut
atresia follikuler
6.3
Follikulogenesis
Selama
kehidupan fetal/fetus atau segera sesudah lahir,beberapa folikel primordial
mulai tumbuh secara kontinyu. Folikel tumbuh dan berkembang akibat pengaruh
hormon FSH dan LH. Follikulogenesis merupakan proses pertumbuhan atau
perkembangan folikel dari folikel primer menjadi folikel masak atau folikel de
Graaf. Proses follikulogenesis sudah dimulai sejak masa fetal.
Pada
permulaan pematangan folikel, oosit berada di dalam suatu masa sel-sel epitel
yang bertaut pada lapisan granulosa. Sel-sel granulosa sekitar ovum membentuk cumulus oophorus. Di antara sel-sel kumulus dan oosit terdapat corona radiata, suatu lapisan sel-sel
kompak yang mengelilingi zona pelusida. Sewaktu folikel mendekati pematangan
dan ovulasi, cumulus oophorus
terpisah dari membran granulosa dan terapung bebas di dalam cairan folikel atau
tetap bertaut secara longgar. Folikel akan tumbuh ke permukaan ovarium
bertepatan dengan terbentuknya lapisan-lapisan theca.
Pertumuhan
folikel menjadi folikel masak sangat
penting karena tanpa adanya folikel de Graaf tanda-tanda estrus tidah akan
terlihat, ova tidak dapat dibebaskan dan corpus luteum tidak dapat terbentuk.
6.4 Ovulasi
Ovulasi
merupakan proses pelepasan ovum dari folikel de Graaf. Ovulasi terjadi melalui
suatu proses penipisan dan pemecahan dengan sedikit pendarahan dari bagian luar
dinding folikel. Ovum dengan sel-sel cumulus
oophorus yang membungkusnya tercuci keluar oleh cairan follikuler yang
terlepas sedikit demi sedikit dan tertangkap atau dialihkan ke dalam ujung
fimbria pada tuba fallofii.
Gambar
13. Tahap-tahap perkembangan folikel
Pada sapi, kuda, dan jenis-jenis ternak lain dinding luar folikel yang tipis biasanya tegang dan kenyal selama proestrus dan permulaan estrus akan bertambah lunak dan mengecil segera sebelum ovulasi. Pada semua jenis hewan pemeliharaan kecuali kuda, ovulasi dapat terjadi pada seluruh permukaan ovarium. Pada kuda, ovulasi hanya terjadi pada fossa ovulatoris atau bagian ventromedial ovarium yang konkaf yang tidak diselaputi oleh tunica albugenia yang tebal. Sesudah folikel pecah dan ovum dibebaskan, sedikit pendarahan dapat terjadi di dalam folikel dan badan ini disebut corpus hemorrhagicum yang selanjutnya akan berkembang menjadi korpus luteum.
Keterangan:
Tingkatan-tingkatan
perkembangan dan deferensiasi folikel tercantum di sebelah atas kiri ke kanan.
Folikel yang matang dapat menjadi atresis (kanan bawah) atau berovulasi dan
membentuk corpus luteum (kiri bawah). G.e. germinal ephitelium (epitel
kecambah); T.a. tunic albugenia; P.F. golikel primer; S.f. folikel
sekunder; T.f. foliker tersier; G.f.
folikel de Graaf; C.a. corpus albicans; A.f. folikel atresis; I.c. sel-sel
interstitial; H. Hilus; C.l. corpus luteum.Pada sapi, kuda, dan jenis-jenis ternak lain dinding luar folikel yang tipis biasanya tegang dan kenyal selama proestrus dan permulaan estrus akan bertambah lunak dan mengecil segera sebelum ovulasi. Pada semua jenis hewan pemeliharaan kecuali kuda, ovulasi dapat terjadi pada seluruh permukaan ovarium. Pada kuda, ovulasi hanya terjadi pada fossa ovulatoris atau bagian ventromedial ovarium yang konkaf yang tidak diselaputi oleh tunica albugenia yang tebal. Sesudah folikel pecah dan ovum dibebaskan, sedikit pendarahan dapat terjadi di dalam folikel dan badan ini disebut corpus hemorrhagicum yang selanjutnya akan berkembang menjadi korpus luteum.
Ovulasi
terjadi secara spontan pada semua jenis hewan kecuali pada kelinci, kucing, dan
ferret. Pada kelinci, kucing dan ferret ovulasi terjadi dengan adanya
rangsangan terlebih dahulu.
Tabel
4. Rata-rata waktu ovulasi pada berbagai jenis ternak
Jenis
hewan
|
Waktuovulasi
dalam hubungannya dengan waktu estrus
|
Kuda
|
1 -- 2 hari sebelum akhir
estrus/1—2 hari sesudah estrus
|
Sapi
|
12 – 24 jam sesudah akhir estrus
|
Domba
|
12 –24 jam sebelum akhir
estrus/12—41 jam sesudah awal estrus
|
Kambing
|
Akhir estrus
|
Babi
|
Akhir estrus
|
Sumber:
Toelihere, 1995
6.5 Spermatogenesis
Spermatozoa
dibentuk di dalam testis melalui proses yang disebut spermatogenesis, tetapi
mengalami pematangan lebih lanjut di dalam epididimis dimana sperma disimpan
sampai ejakulasi. Kapasitas produksi sperma sudah ditentukan terlebih dahulu
oleh hereditas dan dikendalikan oleh kelenjar adenohipofisis dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi testis secara langsung atau tidak langsung.
Sperma
terbentuk di dalam tubuli semeniferi dari sel-sel induk sperma atau
spermatogonia. Spermatogenesis merupakan suatu proses kompleks yang
meliputi pembelahan dan diferensiasi
sel. Selama proses tersebut jumlah kromosom direduksi dari diploid (2n) menjadi
haploid (n) pada setiap sel. Spermatogonia menjadi spermatid dan spermiogenesis
yaitu perubahan spermatid menjadi spermatozoa.
Proses spermatogenesis dapat dibagi
menjadi empat fase. Fase (15—17 hari) merupakan pembelahan miotik spermatogonia
menjadi dua sel anak yaitu satu spermatogonium dorman yang menjadi kontinuitas
spermatogonia dan satu spermatogonium aktif yang membagi diri empat kali
sehingga akhirnya membentuk 16 spermatosit primer (2n). Fase II (kurang lebih
15 hari) merupakan pembelahan meotik dari spermatosit primer (2n) menjadi
spermatosit sekunder (n). Fase III (beberapa jam) merupakan pembelahan
spermatosit sekunder menjadi spermatid. Fase IV (kurang lebuh 15 menit)
merupakan proses methamorfosis spermatid menjadi spermatozoa tanpa pembelahan
sel. Spermatid adalah suatu sel bundar yang relatif besar sedangkan sperma
merupakan suatu sel langsing memanjang yang kompak dan motil, serta terdiri
dari kepala dan ekor (Gambar 14 dan Gambar 15). Secara teoritis, pada domba dan
sapi 16 spermatosit primer dan 64 spermatozoa berkembang dari satu spermatogonium.
Spermatozoa akhirnya dilepaskan dari sitoplasma sel-sel sertoli dan memasuki
lumen tubuli semeniferi.
Gambar
14. Spermatogonia pada tubulus semeniferus mamalia
Keterangan:
A.
Neonatal, B.
Dewasa, C. Detail kepingan dari B
Kurang lebih 15 hari sesudah terbentuk,
spermatogonia dorman mulai membagi diri dengan cara yang sama dan proses ini
terulang sampai tak terhingga. Spermatogenesis pada sapi berlangsung selama 50
sampai 60 hari, pada domba 46 sampai 49 hari, dan pada babi 35 sampai 46 hari.
Jadi waktu yang dibutuhkan dari spermatogonium sampai spermatozoa pada sapi dan
domba kira-kira 60 sampai 70 hari, sedangkan pada babi 50 sampai 60 hari. Pada
sapi jantan normal akan dihasilkan 12 sampai 17 juta dan domba 1 juta
spermatozoa/g jaringan testikuler per hari. Jadi produksi harian untuk seekor
sapi jantan dengan satu testis seberat 400 gram dan domba dengan satu testis
seberat 250 g masing-masing akan mencapai 12 dan 7 milyar spermatozoa. Jumlah
spermatozoa mempunyai korelasi tinggi dengan berat dan ukuran testis.
Gambar
15. Spermatogenesis pada domba
Spermatogenesis
dimulai pada waktu pubertas, yaitu sewaktu hewan mencapai dewasa kelamin. Pada
waktu tersebut hormon-hormon adenohipofisis menggertak pelepasan hormon-hormon
gonadal yang akan menyebabkan pertimbunan organ-organ kelamin dan sifat-sifat
kelamin sekunder.
6.6
Ringkasan
Proses
oogenesis diawali dari pertumbuhan
bakal sel telur atau oogonia dan diakhiri dengan terbentuknya ovum yang siap
diovulasikan. Pertumbuhan oosit terbagi atas dua fase, yaitu oosit bertumbuh
cepat dan erat hubungannya dengan perkembanan folikel ovarii dan oosit tidak
bertambah besar, sedangkan folikel ovarii yang berespons terhadap hormon-hormon
hipofisis sangat bertambah besar diameternya.
Follikulogenesis merupakan proses
pertumbuhan atau perkembangan folikel dari folikel primer menjadi folikel de
Graaf yang terjadi semenjak masa fetal. Hormon yang berpengaruh adalah FSH dan
LH. Ovulasi merupakan proses
pelepasan ovum dari folikel de Graaf. Ovulasi terjadi melalui proses penipisan
dan pemecahan dengan sedikit pendarahan pada bagian luar dinding folikel.
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa yang
meliputi pembelahan dan diferensiasi sel. Selama proses tersebut jumlah
kromosom direduksi dari diploid menjadi haploid pada setiap sel.
6.7 Latihan
1. Apa yang saudara ketahui tentang oogenesis,
follikulogenesis, ovulasi dan
spermatogenesis. Jelaskan !
2. Apa tujuannya saaudara harus mengetahui waktu
ovulasi, jelaskan !
3. Sebutkan dan jelaskan fungsi hormon-hormon yang
berperan dalam proses
4.
Bagaimana proses
spermatogenesis terjadi?
6.8 Daftar
Pustaka
Bearden, H.J. and J.W. Fuquay. 1980. Applied Animal Reproduction, Second Ed.
Reston Ppublishing Company. Reston. Virginia
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Sixth Ed. Lea and Febiger.
Philadelpia
Salisbury, G.W. dan N.L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi. Diterjemahkan oleh R. Djanuar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sorensen, A.M. 1995. Animal Reproduction: Principles and Practices. McGraw Hill Book
Company. New York
Toelihere, M.R. 1995. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.
Angkasa. Bandung
Comments
Post a Comment