THERMOREGULASI
Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam
batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis
dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol
suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak
antara hemisfer serebral, mengontror suhu tubuh sebagaimana kerja
termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu
tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontror produksi panas.
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan
pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara
produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis
atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang
hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya
berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis
terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih
dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan
penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari
ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai
39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi
memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC
adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia.
Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal.
Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang
shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap
suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada
kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan
penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan
produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang
lama, seperti lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk
sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron
rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga
terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi
dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik
sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil
dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC
selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada
manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00
dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan
kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu
tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur
di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah.
Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian
menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut
meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat
praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik.
Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
§ Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi
set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi
panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas
minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan
tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang
dialami klien.
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme
pengeluara panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh
abnormal. Tingkat ketika demam mengancamkesehatan seringkali merupkan
sumber yang diperdebatkan di antara pemberi perawatan kesehatan. Demam
biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39 ºC. Pembacaan
suhu tunggal mungkin tidak menandakan demam. Davis dan lentz (1989)
merekomendasikan untuk menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan
suhu dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu
normal tersebut pada waktu yang sama, di samping terhadap tanda vital
dan gejala infeksi. Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set
point hipotalamus.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang
volume cairan adalah hal yang umum selama kelelehan akibat panas.
Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yg lebih dingin
serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atautrauma pada hipotalamus
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan
adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang
terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik
tertentu.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya
panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang
masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga
termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang
berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan petani). Tanda dan gejala
heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram
otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari
heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan
suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel
dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ
yang terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnyaterhdap
ketidakseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien
menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjadi kerusakan nourologis
yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran
suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja
selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan
tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi
35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC,
frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.
Comments
Post a Comment