PENETASAN TELUR TRADISIONAL
PENETASAN TELUR
TRADISIONAL
1.
Alat Tetas
dengan Menggunakan Panas Matahari dan Gabah
Alat ini sebenarnya sudah lama diterapkan oleh
masyarakat Bali untuk menetaskan telur itik. Matahari merupakan sumber panas
yang murah dan di Indonesia hampir selalu tersedia setiap saat. Penetasan telur
dengan sumber panas matahari biasanya menggunakan bahan penahan panas atau
penyimpan panas berupa gabah, sekam padi ataupun serbuk gergaji.
Jumlah telur
tetas yang mampu ditetaskan selama periode penetasan bisa lebih dari 1000
butir, tergantung besarnya alat yang dipakai. Persentase penetasan memang boleh
dikatakan kecil, hanya berkisar antara 60-70%. Hal ini dipengaruhi faktor tidak
terkontrolnya suhu dan kelembaban udara sehingga kemungkinan besar terserang
infeksi jamur atau bakteri dan hanya tergantung pada sinar matahari. Ruangan
tempat penetasan diusahakan berventilasi dan bercahaya cukup. Pada prinsipnya
pengoperasian alat ini sepenuhnya menggunakan tenaga matahari. Sekam hanya
dipakai menyimpan dan menyebarkan panas secara merata pada telur tetas.
Adapun cara kerjanya adalah seperti berikut.
a.
Membersihkan telur yang lulus seleksi untuk ditetaskan
satu persatu dengan lap basah.
b.
Menjemur telur tersebut di panas matahari selama 1-2
jam dengan suhu maksimum pada telur mencapai 39° C.
c.
Secara paralel jemur juga gabah yang akan dipakai
selama 3 jam. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada jam 08.00-11.00. Pemanasan
gabah pada hari pertama dilaksanakan satu kali saja, sedang untuk hari kedua
dan seterusnya dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 15.00 dengan
lama pemanasan 1-2 jam. Penjemuran gabah menggunakan karung agar mudah diangkat
kembali. Agar diperoleh panas merata, tiap karung diisi 2 kg gabah dan harus
dibolak-balik.Untuk 170 telur perlu 1,5-2 kg gabah.
d.
Jika pemanasan sudah cukup, telur dan gabah dimasukkan
dan disusun dengan rapi dalam keranjang. Lapisan bawah keranjang diletakkan
gabah dengan ketebalan kira-kira melebihi tinggi telur dan telur disusun tegak
diatas gabah. Diatas telur diletakkan kain atau karung lalu ditutup kembali
dengan gabah setebal peletakan gabah dibagian dasar. Kegiatan peletakan gabah
telur diulang ulang hingga keranjang penuh.
e.
Keranjang pengeraman ditutup dengan tutup keranjang.
Letakkan keranjang ini dalam kotak pemeraman yang dasarnya telah diisi gabah.
f.
Isi sela-sela keranjang dengan gabah sampai penuh
setinggi keranjang.
g.
Pada hari kedua, semua telur diperiksa dan gabah
dipanaskan. Susun gabah pada keranjang dan masukkan dalam kotak pemeraman.
h.
Pada hari ketiga sampai keenam telur tidak perlu diperiksa,
tetapi telur tersebut dibalik balik 3 kali sehari dengan keranjang dan gabah
baru, kegiatan ini dilakukan sampai hari keenam belas.
i.
Setelah kematangan dalam keranjang tercapai telur
dipindahkan pada rak penetasan.
j.
Pada rak telur ditaruh pada gabah dan ditutupi kain
atau karung dan lakukan juga pembalikan sampai telur menetas.
2. Mesin Tetas Tradisonal Lampu Minyak
Mesin tetas lampu minyak
lebih baik dibanding alat tetas konvensional yang hanya menggunakan tenaga
sinar matahari. Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar,
yaitu mencapai 70-80%. Jumlah telur tetas yang dapat ditetaskan oleh
mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur tetasnya. Semakin
besar ukuran mesin dan semakin kecil ukuran telur tetas maka akan semakin
banyak telur yang dapat ditetaskan. Mesin tetas lampu minyak ini dapat
digunakan untuk menetaskan telur ayam, itik dan puyuh (Paimin, 2006).
Mesin tetas lampu minyak merupakan
salah satu alat penetasan buatan yang dirancang menggunakan lampu minyak sebagai
sumber panas untuk ruangan didalam mesin tetas. Presentase telur tetas yang
dapat menetas lebih besar, yaitu mencapai 70-80%. Jumlah telur
tetas yang dapat ditetaskan oleh mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin
dan ukuran telur tetasnya. Jadi untuk mesin tetas ini dapat dirancang sendiri
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dalam menetaskan telur yang dikehendaki.
Mesin tetas lampu minyak
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe lampu bawah dan lampu samping. Mesin
tetas dengan pemanas lampu minyak tanah samping dilengkapi dengan pipa penyalur
udara panas ke dalam mesin tetas sehingga ruang penetasan menjadi panas.
Sementara yang menggunakan lampu bawah, pipa penyalur tidak diperlukan karena
panas langsung menyebar ke mesin tetas.
a.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk pembuatan mesin tetas lampu minyak ini diantaranya ialah
papan tripleks, kayu reng, kayu kaso, kawat, kaca, paku, termoregulator, seng
datar, engsel pintu kecil, grendel dan lem. Kayu reng dan kaayu kaso untuk pembuatan
kerangka mesin tetas. Kawat digunakan untuk pembuatan rak tempat telur tetas
dan rak penampungan anak tetas yang baru menetas.
Termerogulator
sebagai pengontrol suhu dalam ruang mesin tetas dan seng datar untuk pembuatan
pipa pemanas.
Pada
pengoperasian mesin tetas ini nantinya diperlukan lampu minyak. Lampu minyak
yang dipilih sebaiknya menggunakan semprong karena nyala apinya bagus, apinya
mudah dibesarkan atau dikecilkan, mudah dibersihkan dan mudah dilakukan
penambahan bahan bakar.
b.
Cara Pembuatan Mesin Tetas
Hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mesin tetas ini adalah pada kotak atau
peti mesin jangan sampai terdapat kebocoran atau bagian yang tidak tertutup
rapat. Mesin yang bocor dapat berakibat suhu didalam kotak atau peti tidak dapat
dipertahankan pada kondisi yang dibutuhkan telur tetas saat pengoperasiannnya.
Hal ini terjadi akibat panas yang ada didalam ruang mesin tetas akan menerobos
ke luar melalui bagian yang bocor. Secara umum mesin tetas ini terdiri dari
beberapa bagian, yaitu pipa seng, termoregulator, peti atau kotak, pintu mesin
tetas, rak tempat telur, rak penampungan anak tetas dan bak air.
c.
Cara Kerja Mesin Tetas
Cara
kerja mesin tetas ini diawali dengan pemanasan mesin dari lampu minyak. Perlu
diperhatikan, semprong lampu minyak harus hampir seluruhnya masuk ke dalam pipa
seng sehingga panas akan menyebar ke mesin. Panas tersebut akan menaikkan suhu
udara dalam mesin tetas. Pada saat itu pipa seng tempat lampu minyak tersebut
dan pintu mesin tetas harus dalam keadaan tertutup. Setelah yakin
suhu ruang dalam mesin tetas sudah naik akibat pemanasan tersebut dan suhu
sudah sesuai dengan yang ditentukan, maka termoregulator bisa langsung diatur.
Setelah naik turunnya suhu berjalan dengan baik dan termoregulator sudah berfungsi
dengan baik, selanjutnya pemasukan telur tetas diatur pada rak telur.
Bersamaan
dengan pemasukan rak telur tersebut dapat dimasukkan bak air dan rak
penampungan anak tetas. Rak telur maupun rak penampungan diusahakan dapat
keluar masuk dengan mudah sehingga pembalikkan telur dapat dilakukan dengan
mudah. Mengingat incubator ini sangat sederhana, maka sebelum
telur-telur disusun dalam egg tray (rak telur) sebaiknya telur diberi tanda
agar memudahkan mengingatnya . Misalnya bagian bawah diberi tanda "A"
dan bagian atasnya diberi tanda "B".
Langkah pelaksanaan penetasan telur :
a.
Telur yang sudah bersih
diletakan pada rak telur dengan sudut 60 derajat, dengan bagian yang tumpul
(rongga udara) di bagian atas, kemudian rak telur dimasukan ke dalam incubator
dan pintu incubator ditutup.
b.
Pertahankan suhu agar konstan
(90-103 ° F), dengan kelembaban 55-80%, dan incubator harus diamati minimal
tiga kali sehari dan selama tiga hari pertama dan tiga hari terakhir incubator
tidak boleh dibuka, karena periode ini merupakan periode kritis . Periode
kritis pertama (tiga hari pertama) disebabkan karena perkembangan embrio yang
cepat dan besar, disamping konsentrasi bahan padat dan perubahan material
kimiawi juga puncak produksi asam laktat dicapai pada hari keempat. Sedangkan
periode kritis kedua disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan
pergerakan dari embrio untuk mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan
krabang telur.
c.
Pemutaran telur dilakukan pada
hari ke-3 s/d hari ke-17 dan pada itik pada hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal
2-3 kali sehari, lebih sering lebih baik, dan selania pemutaran telur ini
adalah untuk menyeragamkan suhu pada pemutaran telur dan mencegah agar embrio
yang berkembang tidak menempel pada membran sel . Untuk memudahkan pengontrolan
suhu dan kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang
kaca pintu mesin tetas . Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari terakhir)
telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan dari rak
telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ° ) dengan bagian yang
tumpul/rongga udara ada dibagian atas.
d.
Ventilasi diatur agar udara
dalam incubator dapat selalu berganti dengan udara yang segar.
e.
Peneropongan telur (candling)
selama penetasan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini
adalah untuk mengeluarkan telur yang infertile dan embrio yang mati dalam
penetasan setelah dilakukan peneropongan . Telur yang infertil dan embrio yang
mati akan menghasilan gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas.
Comments
Post a Comment