EVALUASI KUALITAS SPERMA
EVALUASI
SEMEN
Evaluasi
atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu
dilakukan
untuk melihat kuantitas (jumlah) dan kualitas semen. Pemeriksaan
semen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemeriksaan secara
makroskopik dan pemerik-saan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik
yaitu pemeriksaan semen secara garis besar tanpa memerlukan
alat bantu yang rumit, sedangkan pemeriksaan mikroskopik bertujuan
melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan alat bantu
yang cukup lengkap.
Evaluasi makroskopik
meliputi : volume semen, warna semen, bau semen,
kekentalan
semen, dan pH semen. Adapun pemeriksaan mikrokopik meliputi
motilitas (gerakan massa sperma, gerakan individu sperma),
konsentrasi sperma dalam tiap mililiter semen,
konsentrasi sperma hidup dalam setiap mililiter
semen, persentase spermatozoa hidup, dan persentase
abnormalitas (ketidak-normalan bentuk) sperma.
Pemeriksaan
Makroskopik
a. Volume
Amati
volume semen melalui skala yang tertera pada dinding tabung penampung.
Setiap kali ejakulasi sapi jantan umumnya menghasilkan
5 – 8 ml, domba 0,8 – 1,2 ml, kambing 0,5 – 1,5 ml,
babi 150 – 200 ml, kuda 60 – 100 ml, dan ayam 0,2 – 0,5 ml.
Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa
ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat,
libido dan kondisi ternak itu sendiri
b. Warna
Warna
semen dapat diamati langsung karena tabung penampung semen
terbuat dari gelas atau plastik tembus pandang. Semen sapi umumnya
berwarna putih sedikit krem, semen domba putih krem krem
(lebih tua dari warna semen sapi), semen babi dan kuda menyerupai
larutan kanji (abu-abu encer), sedangkan semen ayam berwarna
putih seperti air susu. Warna kemerahan merupakan
tanda
bahwa semen terkontaminasi oleh darah segar, sedang apabila
warnanya mendekati coklat dapat merupakan tanda bahwa darah
yang mengkontaminasi semen sudah mengalami dekomposisi. Warna
kehijauan merupakan tanda adanaya bakteri pembusuk.
c. Bau
v Pegang
tabung semen pada posisi tegak lurus. Dekatkan tabung
ke bagian muka pemeriksa dan lewatkan mulut tabung tersebut
di bawah lubang hidung. Pada saat tabung melewati lubang
hidung, tarik nafas perlahan sampai bau semen tercium.
v Semen yang
normal, pada umumnya, memiliki bau amis khas disertai
dengan bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bias terjadi
apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya
infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan.
d. Kekentalan
Kekentalan
atau konsistensi atau viskositas merupakan salah satu sifat
semen yang memiliki kaitan dengan kepadatan/konsentrasi sperma
di dalamnya. Semakin kental semen dapat diartikan bahwa semakin
tinggi konsentrasi spermanya.
v Posisikan
tabung semen sejajar dengan mata kita dengan jarak kurang
lebih 30 cm. Miringkan tabung tersebut ke arah kiri atau kanan
sebesar 45o. Amati gerakan
cairan semen di dalam tabung.
Perpindahan cairan yang lambat menandakan bahwa semen
tersebut cukup kental. Sebaliknya, apabila perpindahan cairan
berjalan cepat merupakan petunjuk bahwa semen tersebut
encer.
v Ulangi
pengamatan dengan mengembalikan posisi tabung ke posisi
tegak. Semen ayam, domba dan sapi umumnya merupakan
semen yang sangat kental sampai kental (secara
berurutan), sedangkan kuda dan babi
memiliki semen yang encer.
Pada umumnya konsentrasi sejalan dengan perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas makanan yang diberikan, pengaruh
kesehatan reproduksinya dan besar testis. Selain itu juga dipengaruhi oleh umur pejantan, perbedaan musim dalam tahun, perbedaan tempat
geografis
e. pH (Keasaman)
Keasaman
atau pH semen perlu diukur untuk memastikan bahwa cairan
semen hasil penampungan memiliki karakteristik yang normal. Pemeriksaan
keasaman semen dapat dilakukan menggunakan kertas
indikator pH (buatan Merck atau Sigma) dengan skala ketelitian
yang cukup sempit, misalnya antara 6 – 8 dengan rentang ketelitian
0,1. Semen pada umumnya memiliki kisaran pH netral.
Penggunaan
pH-meter dapat dilakukan dan memberikan hasil pengukuran
yang lebih teliti. Akan tetapi mengingat ukuran batang detektor
(probe) pH-meter yang cukup besar dan volume semen yang
relatif kecil, terutama pada semen ayam dan domba, maka akan
menyebabkan banyak semen yang terbuang karena menempel pada
batang detektor pH-meter. Penggunaan pH meter akan efektif
untuk
mengukur pH semen kuda atau babi.
v Siapkan
satu lembar kertas indikator pH. Pegang pangkalnya dan
jangan sekali-sekali menyentuh bagian ujung yang mengandung
bahan indikator.
v Hisap
sedikit semen menggunakan pipet hisap. Lalu teteskan semen
tersebut pada ujung kertas indikator pH.
v Amati
perubahan warna pada kertas indikator pH kemudian cocokkan
dengan skala yang tertera pada kemasan kertas indikator.
Catatan :
Jangan melakukan pemeriksaan pH dengan jalan mencelupkan
kertas indikator pada seluruh contoh semen
dalam tabung karena bahan kimia pada ujung kertas
indikator dapat meracuni sperma di dalamnya.
Semen sapi
normal memiliki pH 6,4 – 7,8; domba 5,9 – 7,3; babi 7,3 –
7,8; kuda 7,2 – 7,8; dan ayam 7,2 – 7,6 (Garner dan Hafez, 2000).
Perbedaan nilai pH kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras, perbedaan complex
buffer system yang terdapat pada plasma semen
Pemeriksaan
Mikroskopik
1.
Motilitas
Pemeriksaan motilitas merupakan cara pemeriksaan visual dengan bantuan
mikroskop yang dinyatakan secara komparatif, sehingga memungkinkan terjadinya
kesalahan dan perbedaan penafsiran setiap dilakukan pemeriksaan. Semen segar yang baru dikoleksi dan belum
diencerkan dilakukan pemeriksaan motilitas massa dan individu.
Gerakan
massa sperma merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak
sperma (sebagai indikator tingkat atau persentase sperma hidup
dan aktif) dalam semen.
v Siapkan
satu buah gelas objek yang besih. Hangatkan sampai mencapai
suhu 37o C. Lebih
baik lagi apabila mikroskop yang kita
gunakan memiliki meja objek yang dilengkapi dengan pemanas
yang suhunya dapat diatur.
v Teteskan
satu tetes (kira-kira sebesar biji kacang hijau) semen ke permukaan
gelas objek. Tempatkan gelas objek tersebut pada
meja objek mikroskop.
v Amati di
bawah mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 10. Semen
yang bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan
memberikan tampilan kumpulan sperma
bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang
atau awan yang bergerak. Hasil pengamatan ini akan
memberikan
gambaran kualitas semen dalam 6 (enam) kategori
(Evans dan Maxwell, 1987) seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Sistem penilaian gerakan massa sperma menggunakan skore
Skore
|
Kelas
|
Keterangan
|
5
|
Sangat
bagus
|
Padat,
gelombang yang terbentuk besarbesar dan
bergerak sangat cepat. Tidak tampak
sperma se-cara individual.
Contoh
semen tersebut mengandung 90 % atau
lebih sperma aktif.
|
4
|
bagus
|
Gelombang
yang terbentuk hampir sama dengan
semen yang memiliki skor 5 tetapi
gerakannya sedikit lebih lambat.
Contoh
semen tersebut mengandung 70 – 85 % sperma yang aktif.
|
3
|
C u k u
p
|
Gelombang
yang terbentuk berukuran kecil-kecil
yang bergerak/ berpindah tempat
dengan lambat. Sperma aktif dalam
contoh semen tersebut berkisar antara
45 – 65 %
|
2
|
Buruk
|
Tidak
ditemukan adanya gelombang tetapi
terlihat gerakan sperma secara individual.
Semen tersebut diperkirakan mengandung
20 – 40 % sperma hidup.
|
1
|
Sangat
Buruk
|
Hanya
sedikit (kira-kira 10 %) sel sperma yang
memperlihatkan tanda-tanda hidup yang
bergerak sangat lamban.
|
0
|
Mati
|
Seluruh
sperma mati, tidak terlihat adanya
sel sperma yang bergerak
|
Ada pula yang menilai gerakan massa
dengan menggunakan derajat gerakan. kriterianya adalah sebagai berikut:
a. +++ : sangat baik; terlihat gelombang-gelombang
besar, banyak,
gelap, tebal,
dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat
waktu hujan yang
bergerak cepat berpindah-pindah tempat;
b. ++ : baik; bila terlihat gelombang-gelombang
kecil, jarang, tipis,
kurang jelas,
dan bergerak lamban;
c. + : sedang, tidak terlihat gelombang melainkan
hanya gerakan-
gerakan individual aktif progresif;
d. 0/N : buruk;
necrospermia; bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan
individu.
Nilai +++
dan ++ dapat digunakan untuk proses pembekuan.
Penilaian gerakan individu yang nampak pada pengamatan menggunakan
mikroskop adalah :
0 : sperma tidak bergerak
1 : gerakan berputar di tempat; 0 –
30% bergerak progresif
2 : gerakan berayun atau melingkar; 30
– 50% bergerak progresif
3 : 50 – 80% bergerak progresif
4 : 80 – 90% bergerak progresif
5 : 100% bergerak sagat progresif
2. Konsentrasi sperma total
Konsentrasi
sperma atau kandungan sperma dalam setiap mililiter semen merupakan
salah satu parameter kualitas semen yang sangat berguna
untuk menentukan jumlah betina yang dapat
diinseminasi menggunakan semen tersebut. Penentuan
konsentrasi sperma dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu
pendugaan melalui warna dan kekentalan
semen, jarak antar kepala sperma, serta penghitugan
menggunakan haemacytometer dan kamar hitung
Neubauer, spektrofotometer dan perhitungan secara elektrik
a.
Pendugaan
berdasarkan warna dan kekentalan semen
Pendugaan
berdasarkan warna dan kekentalan semen lebih ditekankan
penerapannya pada semen domba dan kambing. Metode
ini menghasilkan 5 (lima) kriteria tingkat konsentrasi sperma
dalam satu contoh semen. Tabel 3.
Konsentrasi sperma berdasarkan warna dan kekentalan
semen
Skore
|
Warna
dan Kekentalan
Semen
|
Konsentrasi
sperma
(x 109 sel) per
ml
|
|
Rata-rata
|
Kisaran
|
||
5
|
Krem
kental
|
5,00
|
4,50 –
6,00
|
4
|
Krem
|
4,00
|
3,50 –
4,50
|
3
|
Krem
encer
|
3,00
|
2,50 –
3,50
|
2
|
Putih
susu
|
2,00
|
1,00 –
2,50
|
1
|
Keruh
|
0,70
|
0,30 –
1,00
|
0
|
Bening
encer
|
Tidak
nyata
|
b. Pendugaan
berdasarkan jarak anta kepala sperma.
v Siapkan
satu buah gelas objek yang bersih. Teteskan ke atas
permukaan gelas objek satu tetes kecil semen, kemudian
tutup dengan cover glass sehingga terbentuk preparat
yang terdiri dari satu lapisan tipis cairan semen.
v Amati
preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40.
v Tentukan
konsentrasi sperma berdasarkan kriteria pada table berikut
:
Tabel 4.
Konsentrasi spermaa berdasarkan jarak antar kepala sperma
Kriteria
|
Keterangan
|
Konsentrasi sperma
(x 106 sel) per ml
|
Densum
|
Jarak
rata-rata antara satu kepala
sperma dengan kepala sperma
yang lain kurang dari panjang
satu kepala sperma
|
1000 –
2000
|
Semi Densum
|
Jarak
rata-rata antara satu kepala
sperma dengan kepala sperma
yang lain sama dengan panjang
satu kepala sperma
|
500 –
1000
|
Rarum
|
Jarak
rata-rata antara satu kepala
sperma dengan kepala sperma
yang lain mencapai satu setengah
pan-jang kepala sampai satu panjang
sperma keseluruhan
|
200 –
500
|
Oligospermia
|
Jarak
rata-rata antara satu kepala
sperma dengan kepala sperma
yang lain lebih dari panjang
satu sel sperma keseluruhan
|
< 200
|
Necrospermia
|
Tidak
ditemukan adanya sperma
|
0
|
c. Penghitungan konsentrasi sperma menggunakan
pipet haemacytometer
dan
kamar hitung Neubauer
Kandungan
sperma dalam satu contoh semen dapat dihitung secara
lebih akurat penggunakan pipet haemacytometer (pipet untuk
menghitung jumlah sel darah merah) dan kamar hitung Neubauer.
v Siapkan
satu set pipet haemacytometer (pipet berbatu merah)
dan kamar hitung Neubauer bersih, lengkap dengan kaca
penutupnya.
v Teteskan
satu tetes kecil semen (kira-kira sebesar biji kacang hijau)
pada permukaan gelas objek bersih.
v Hisap
semen tersebut ke dalam pipet haemacytometer sampai
mencapai angka 0.5. Kemudian encerkan dengan larutan
NaCl 3 % sampai mencapai angka 101. Keringkan bagian
ujung luar pipet dari cairan dengan kertas tissue.
v Kocok
larutan semen tersebut dengan gerakan angka delapan
( 8 ) supaya sperma dalam pipet tercampur secara merata
tetapi sel-selnya tidak rusak karena pengocokan yang dilakukan
tidak menimbulkan benturan antara sel dengan dinding
pipet. Pengocokan dilakukan selama kurang lebih dua
menit.
v Buang satu
tetes cairan dalam pipet, lalu lanjutkan pengocokan
selama satu menit.
v Siapkan
kamar hitung Neubauer yang sudah diberi kaca penutup
dan diletakkan di atas meja pada posisi mendatar. Alirkan
larutan semen melalui celah di pinggir kiri atau kanan kamar
hitung. Biarkan cairan mengalir dan menyeberang ke bidang
hitung di seberangnya.
v Hisap
cairan yang terdapat dalam celah-celah kamar hitung menggunakan
kertas hisap atau kertas tissue sampai habis. Cairan
yang tersisa hanyalah pada bidang hitung yang ditutupi
kaca penutup. Secara hati-hati hisap pula kelebihan cairan
yang terdapat di bawah kaca penutup sampai ketebalan
cairan optimal. Tempatkan kamar
hitung Neubauer di bawah mikroskop dan
amati
dengan pembesaran awal 10 x 10. Temukan bidang hitung
yang berupa areal yang dibatasi oleh garis-garis
v Bidang
hitung pada memiliki 25 kotak kecil yang masing-masing
dibatasi oleh tiga buah garis di keempat sisinya
(kiri, kanan, atas, dan bawah). Di dalam setiap kotak yang
dibatasi tiga garis tersebut terdapat 16 kotak yang lebih kecil
lagi
v Setelah
bidang hitung tampak dengan jelas, ubahlah pembesaran
lensa mikroskop menjadi 10 x 45 dengan jalan memutar
lensa objektif dari 10 kali menjadi 45 kali.
v Pilih lima
buah kotak, yaitu kotak yang berada di setiap sudut (kiri
atas, kanan atas, kiri bawah, kanan bawah, dan tengah).
v Hitung
sperma yang menyebar dalam setiap kotak dengan arah
v sperti
yang ditunjukkan pada. Jumlahkan sperma yang terdapat
dalam kelima kotak di atas.
v Apabila
dari kelima kotak yang dimaksud di atas terdapat X sel
sperma, itu berarti dalam setiap mililiter semen yang diperiksa
terdapat X x 107 sel
sperma.
3. Persentase Sperma
Hidup
Semen yang
berkualitas baik adalah semen yang memiliki kandungan
sperma hidup dan bergerak maju ke depan dalam jumlah yang
banyak.
Penentuan persentase
sperma hidup semen dapat dilakukan
melalui dua metode, yaitu melalui penghitungan menggunakan
pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubauer, atau
menggunakan metode pewarnaan diferensial yaitu
suatu metode pewarnaan yang memberi kemungkinan
pada kita untuk
membedakan
sperma yang hidup dan sperma yang mati.
a.
Penghitungan
Motilitas menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubauer.
Penentuan
konsentrasi sperma hidup dalam semen dilakukan dengan
prosedur yang sama dengan pada penentuan konsentrasi
sperma total. Perbedaannya terletak pada cairan pengencer
yang digunakan. Pada penentuan konsentrasi
sperma
hidup digunakan larutan NaCl Fisiologis, bukan NaCl 3%. Dengan menggunakan
larutan NaCl Fisiologis sebagai pengencer,
maka sperma yang masih hidup akan tetap hidup dan
terus bergerak, sedangkan sperma yang mati akan diam. Metode
ini menggolongkan sperma yang bergeraak di tempat,
bergerak
mundur, bergerak melingkar, dan sperma yang tidak bergerak
sama sekali, sebagai sperma yang mati. Sperma-sperma yang
mati dan berada dalam bidang hitung kamar Neubauer
dihitung. Misalnya dari lima kotak terdapat Y sel
sperma
mati, dan itu berarti bahwa dalam setiap mililiter contoh
semen
tersebut terdapat Y x 107 sel sperma
yang mati.
Dengan
diketahuinya konsentrasi sperma total sebesar X x 107
sel/ml
semen dan konsentrasi sperma mati sebanyak Y x 107
sel/ml
semen, maka persentase sperma hidup dalam setiap
mililiter
contoh semen dapat diketahui, yaitu : ( X – Y ) x 107 sel.
b.
Penentuan
motilitas sperma berdasarkan Pewarnaan Diferensial
Sperma
hidup dan sperma mati dalam satu contoh semen dapat
dibedakan
melalui pewarnaan diferensial.
v Siapkan
dua buah gelas objek bersih
v Teteskan
satu tetes larutan Eosin 2 % pada permukaan salah satu
gelas objek. Kemudian tambahkan satu tetes kecil semen
ke dalam larutan Eosin tersebut.
v Aduk
pelan-pelan campuran tersebut dengan menggunakan gelas
objek yang lain sampai rata.
v Dorong
gelas objek yang terakhir ke salah satu ujung gelas objek
yang pertama sehingga terbentuk satu lapisan tipis (film)
cairan semen pada permukaan gelas gelas objek pertama.
v Tempatkan
gelas objek yang pertama di atas nyala api lampu spirtus
sambil digerak-gerakan sampai lapisan film mengering.
v Amati
preparat tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran
lensa 10 x 40. Sperma yang pada saat preparat dibuat
masih dalam keadaan hidup akan berwarna putih karena
tidak menyerap warna (terutama bagian kepalanya), sedangkan
sperma yang mati akan berwarna merah karena menyerap
warna Eosin.
v Hitung
kurang lebih 200 sel sperma. Dari sejumlah sel sperma
yang dihitung tersebut, berapa banyak sperma yang berwarna
putih, dan berapa banyak sperma yang berwarna merah.
Misalkan sperma yang berwarna putih sebanyak p sel
dan sperma yang berwarna merah sebanyak q sel. Maka
motilitas
sperma dapat dihitung berdasarkan rumus :
sperma hidup (%) =
Atau dengan rumus lain : Sperma
hidup (%) =
X :
jumlah sel sperma keseluruhan
Y :
jumlah sel spermatozoa yang mati
Semen yang
memiliki motilitas sperma kurang dari 60 % tidak dianjurkan
untuk digunakan dalam program inseminasi buatan.
4. Abnormalitas Sperma
Ketidaknormalan
bentuk sperma dalam satu contoh semen perlu diketahui
karena tingkat ketidaknormalan tersebut akan berkaitan dengan
kesuburan (fertilitas) dari pejantan yang ditampung semennya.
Tingkat abnormalitas sperma dapat diketahui melalui preparat
pewarnaan diferensial yang sudah diuraikan pada bagian persentase sperma hidup.
Abnormalitas
sperma terdiri dari dua kelompok, yaitu abnormalitas primer
dan
abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi selama
proses pembentukan sperma di dalam testes, sedangkan abnormalitas
sekunder terjadi setelah proses pembentukan sperma, setelah
keluar dari tubuh ternak jantan, serta akibat pengolahan semen.
Bentuk-bentuk
abnormalitas primer adalah :
a.
Ukuran kepala lebih besar (macrocephalic)
atau lebih kecil
b. (microcephalic)
dari ukuran normal.
c. Kepala
ganda atau ekor ganda
d. Bentuk
kepala tidak normal (penyok, benjol, pipih atau tidak beraturan)
Bentuk-bentuk
abnormalitas sekunder adalah :
a. Kepala
pecah
b. Ekor putus
(pada bagian leher atau tengah-tengah)
c.
Ekor melipat, terpilin, atau tertekuk
v Tempatkan
preparat hasil pewarnaan diferensial pada meja objek
mikroskop dan amati menggunakan pembesaran lensa 10 x
40. Apabila kurang jelas dapat menggunakan
pembesaran 10 x 100.
v Amati
sebanyak kurang lebih 200 sel sperma. Hitung berapa jumlah
sperma yang bentuklnya normal dan berapa yang tidak normal.
Misalkan sperma yang normal sebanyak A sel
dan yang abnormal B sel, maka tingkat
abnor-malitas sperma dalam sampel
semen yang kita periksa dapat diketahui melalui rumus :
Persentase Abnormalitas sperma =
Semen sapi
umumnya mengandung sperma abnormal antara 5 – 35 %,
domba 5 –
20 %, babi 10 – 30 %, kuda 10 – 40 %, daan ayam 5 –
15 % (Garner dan Hafez, 2000). Semen untuk keperluan inseminasi
buatan sebaiknya tidak mengandung sperma abnormal lebih
dari 20 %.
Comments
Post a Comment