KEBUTUHAN DAN MANFAAT SUPLEMENTASI VITAMIN E (Tokoferol) PADA UNGGAS

#VITAMIN E (Tokoferol) #UNGGAS #TERNAK #MANFAAT #FUNGSI

BAB 1.  PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin ternak dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh ternak.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh unggas dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan.  Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, ternak unggas dapat mengalami suatu penyakit.  Unggas hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh unggas akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.  Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.  Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh unggas.
Terdapat banyak vitamin yang dibutuhkan oleh ternak unggas untuk dapat berproduksi dengan baik dan salah satunya adalah vitamin E.  Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut dalam lemak.  Artinya, vitamin ini terdapat dalam



2
bagian makanan yang berminyak, dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh empedu, di hati, karena tidak larut dalam air.  Istilah vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang aktif secara biologik.  Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.  Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru dari polusi udara.  Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. 
Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolida membran sel dan memegang peranan biologi utama dalam melindungi asam lemak tak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas.  Unggas tidak dapat mensintesis vitamin E dalam tubuhnya, sehingga harus memperolehnya dari makanan.  Ketersediaan vitamin E dalam pakan yang diberikan kepada ternak unggas sangat penting diperhatikan.  Oleh karena itu disusunlah makalah ini untuk mengetahui manfaat vitamin E dan jumlah kebutuhannya bagi unggas.

B.  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Sejarah vitamin E;
2.      Struktur kimia dan sifat vitamin E;
3.      Sumber dan kebutuhan vitamin E bagi unggas;
4.      Metabolisme vitamin E;
5.      Manfaat Vitamin E bagi Unggas; dan
6.      akibat yang ditimbulkan bila unggas kelebihan dan kekurangan vitamin E.



3
BAB II.  HASIL DAN PEMBAHASAN


A.      Sejarah Vitamin E

Penemu vitamin E adalah Evans dan Bishop dari USA pada tahun 1936 dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh).  Susunan kimia vitamin E terdiri atas nukleus khroman dan rantai samping isoprenoid.  Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol,  jadi istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan.

Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa.   Perbedaannya terletak pada gugus R1, R2 dan R3.  α-tokoferol adalah bentuk vitamin E yang paling aktif atau paling efektif.  Derivat yang lain adalah delta, zeta, epsilon dan eta (Widodo, W. 2012).



B. 

4
Struktur dan Sifat Vitamin E

Struktur kima tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 1.




Gambar 1.  Struktur kimia α –tokoferol

Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut dalam lemak.  Artinya, vitamin ini terdapat dalam bagian makanan yang berminyak, dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh empedu, di hati, karena tidak larut dalam air.  Vitamin E bersifat tidak larut dalam air, sukar larut dalam alkali, etanol ( 95% ), ether, aseton dan minyak nabati, sangat mudah larut dalam kloroform.

Stabilitas kimia Vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Minyak tak jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedele, minyak biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi jika minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan.  Bila minyak-minyak tersebut tengik sebelum makanan dimakan, maka berarti telah terjadi kerusakan vitamin E dalam minyak dan dalam makanan yang mengandung minyak tersebut. Garam-garam besi, seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol.  Nitrogen klorida dan klor dioksida pada konsentrasi yang biasa digunakan untuk memutihkan tepung akan merusak sebagian besar tokoferol yang terdapat dalam tepung.  Pembuatan tepung menjadi roti akan merusak 47% tokoferol yang terdapat dalam tepung (Widodo, W. 2012).  

5
 


C.  Sumber Vitamin E dan Kebutuhannya bagi Unggas

Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau sayuran. Bahan pakan yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan rumput berwarna hijau (Youngson R., 2005).   Minyak kapas, minyak jagung, dan minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01 – 0,05 persen. Vitamin E lebih banyak terdapat pada pakan segar yang belum diolah (Anonim, 2007). Vitamin E alami dari tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.    Biji bunga matahari:  satu ons biji bunga matahari kering mengandung 7,4 miligram vitamin E dan 165 kalori.  Biji bunga matahari dalam bentuk minyak atau margarine yang tiap sendoknya mengandung 5,6 miligram vitamin E dan 120 kalori.
2.    Kacang-kacangan: dari segala jenis kacang, adalah sumber vitamin E terbaik.  
3.    Minyak sayur: selain sebagi sumber energi, minyak sayur mengandung 4,8 miligram vitamin E.
4.    Sereal dan granola: bahan makanan dari gandum yang kaya serat alami mengandung 2,3 miligram vitamin E dan 54 kalori setiap dua sendok makan (Anonim, 2009).

6
 


Kebutuhan vitamin E pada unggas disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.  Jumlah kebutuhan vitamin E pada Unggas.

No
Unggas
Kebutuhan (IU)
1.
Ayam broiler


-          Starter
10

-          Finisher
10
2.
Ayam Petelur


-          Starter
10

-          Grower
5

-          Layer
5
3.
Puyuh


-          Grower
12

-          Breeder
25

Sumber:  Widodo, W. (2012)

D.    Metabolisme Vitamin E

Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui sistim limfatik dan saluran darah.  Di hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah, tokoferol bergabung dengan lipoprotein, terutama VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Suhardjo dan Kusharto, 1992)

Kira-kira 40 – 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh usus. Peningkatan jumlah yang dikonsumsi akan menurunkan persentase yang diserap. Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan adiposa, otot dan hati.  Secara normal, kadar vitamin E dalam plasma darah adalah antara 0,5 – 1,2 mg/ml.

7
 


Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E.  Hal ini berkaitan kemungkinan dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah teroksidasi.  Oleh karena itu kebutuhan vitamin E akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA.  Dengan demikian, peningkatan konsumsi PUFA yang tidak diikuti dengan peningkatan asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan secara gradual α-tokoferol dalam plasma (Suhardjo dan Kusharto, 1992).

Di dalam hati, α-tokoferol diikat oleh α-TPP (α-tokoferol transfer protein).  Setelah menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat teroksidasi menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini dapat direduksi kembali menjadi tokoferol oleh kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya vitamin C dan glutation.

Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ, antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein.  Vitamin E diekskresikan dari tubuh bersama dengan empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat berkonjugasi dengan glukoronat (Widodo, W. 2012).

E.    

8
 Manfaat Vitamin E bagi Unggas.

Fungsi-fungsi metabolik vitamin E di dalam tubuh antara lain adalah sebagai berikut:
1.      sebagai antioksidan;
2.      dalam pernapasan jaringan normal, berperan membantu fungsi sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susunan lipida di dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi;
3.      dalam reaksi fosforilasi normal, terutama ikatan energi fosfat, seperti kreatin fosfat dan adenosin fosfat;
4.      dalam metabolisme asam nukleat;
5.      dalam sintesis vitamin C;
6.      dalam metabolisme asam amino bersulfur
7.      metabolisme membran.

Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan molekul oksigen.  Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh.  Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan masing-masing

Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi.  Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal.


9
Vitamin E mempunyai peran dalam pembentukan sintesis lain dalam tubuh, misalnya berfungsi sebagai co-faktor pembentukan vitamin C, selain itu juga menstimulasi sintesis co-enzim Q.  Berperan penting dalam pernafasan yang mengeluarkan energi dari karbohidrat, lemak atau protein.  Vitamin E berperan dalam sistem regulator dalam penggabungan pirimidin kedalam struktur asam nukleat, terutama dalam sumsum tulang dimana sel darah merah dibuat. Pada penderita kekurangan vitamin E, sel darah merah abnormal dalam bentuk besar (macrocytes) dibuat saat vitamin E gagal untuk meregulasi pembentukan asam nukleat.

Pada sintesis heme, senyawa yang mengandung besi merupakan bagian penting dari banyak protein, keberadaannya tergantung pada 2 enzim yang sudah disintesis dan diregulasi oleh vitamin E. paling sedikit satu heme mengandung protein bersifat seperti scavenger dan menetralkan pembentukan peroksida melalui oksidasi asam lemak tak jenuh pada kekurangan vitamin E atau antioksidan lain.  Selain itu, Vitamin E berfungsi untuk mencegah kerusakan asam lemak yang merupakan bagian dari struktur membran atau bagian yang melengkapi sel membran untuk meningkatkan stabilitas dan kekuatan struktur (Guthrie, Helen, Andrews, 1975).

Disamping itu, vitamin E juga mencegah pembentuka atau akumulasi yang berlebihan lipid hidroperoksida yang dapat menimbulkan kerusakan pada sel. Vitamin E dibutuhkan juga untuk perkembangan yng normal embrio ayam dan kalkun juga embrio itik  (Rangga Tabbu, C. 2010).

10
Fungsi lain vitamin E adalah pengaturan sistem piuitary mibrain, metabolisme asam nukleat, fertilitas, dan pecegahan degenerasi pada otot dan hati.  Vitamin E bersama Se mempunyai fungsi yang saling terkait di dalam jaringan.  Vitamin E yang merupakan antioksidan alami, tergolon paling efektif untuk melindungi kejadian enfelomalasia.  Pada kondisi tertntu, vitamin tersebut bekerja sama dngan Se untuk mencegah diatesis eksudatifa dan miopati pada kalkun.  Vitamin E bekerja sama dengan Se dan sistin untuk mencegah distrofi muskular nutrisional.  Sebagai suatu antioksidan intaseluler yang larut dalam lemak, maka fungsi utama vitamin E adalah melindungi membran sel (Rangga Tabbu, C. 2010).

Vitamin E berperan sebagai kofaktor untuk sitokrom reduktase pada otot  rangka dan otot jantung.  Vitamin E juga berfungsi sebagai anti oksidan, yaitu mencegah otooksidasi pada asam-asam lemak tak jenuh serta menghambat timbulnya peroksidasi dari lipida pada membran sel.  Selain itu juga berfungsi dalam reaksi fosforilasi, metabolisme asam nukleat, sintesis asam askorbat dan sintesis ubiquinon, reproduksi, mencegah ensefalomalasia dan distorsi otot (Widodo, W. 2012).

Hasil penelitian Iriyanti, N. et all. (2005), bahwa penambahan vitamin E sebesar 30 mg/kg dalam ransum ayam kampung ternyata dapat meningkatkan fertilitas dari 76,6% menjadi 87,07%.  Penelitian Rusmana, D. Et all. (2008), menyatakan bahwa suplementasi 200 ppm vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan respon titer antibodi setelah vaksinasi ND serta meningkatkan respon titer antibodi IBD pada broiler. Selain itu, Lin et all. (2005), mengatakan bahwa penambahan vitamin E 80 mg/kg 80 mg/kg dalam pakan dapat meningkatkan produksi telur, fertilitas, dan daya tetas telur. 

11
 


F.    Defisiensi Vitamin E

Defisiensi vitamin E terjadi bila asupan kurang atau absorbsi terganggu.  Malabsorbsi lemak juga dapat menimbulkan defisiensi vitamin E, karena pembawa vitamin ini adalah lemak. Defisiensi vitamin E dapat mempengaruhi beberapa sistem organ yang berbeda. Manifestasi kekurangan vitamin E sangat beragam, terkait dengan fungsinya sebagai pelindung membran sel terhadap SOR yang terbentuk selama metabolisme atau karena pengaruh lingkungan. Secara umum defisiensi ini mempengaruhi 3 sistem yaitu neuromuskuler, vaskuler, dan reproduksi.

Kelainan yang timbul pada sistem neuromuskuler adalah ataksia, kelemahan otot, penurunan refleks-refleks, neuropati perifer, serta degenerasi saraf dan otot. Defisiensi berat yang terjadi lama dapat berakibat kebutaan, irama jantung abnormal, dan penyakit jantung. Defisiensi vitamin E pada beberapa hewan percobaan dapat mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran kapiler, peningkatan jumlah dan agregasi trombosit, pada manusia dapat menimbulkan fragilitas eritrosit, penurunan jumlah eritrosit, serta anemia.

Berbagai tanda defisiensi vitamin E ini merupakan akibat adanya disfungsi membran disebabkan degradasi oksidatif dari membran fosfolipid polyunsaturated (peroksidasi lipid) dan/atau terganggunya proses seluler penting yang lain, sehingga menyebabkan kerusakan sel dan nekrosis.  Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh tidak bertenaga, aktifitas seksual menurun, deposit lemak yang tidak normal di otot, perubahan degenerasi di hati dan otot (Rangga Tabbu, C. 2010).

12
 


Sebagai sustu antioksidan intraseluler yang larut dalam lemak, maka fungsi utama vitamin E adalah melindungi membran sel.  Dalam hal ini, defisiensi vitamin E akan menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan perubahan pada permeabilitas kapiler.  Defisiensi vitamin E pada ayam bibit dapat mengakibatkan adanya peningkatan mortalitas embrio pada stadium awal masa inkubasi (biasanya sekitar hari ke-4).  Kondisi ini biasanya erat hubungannya dengan kerusakan pembuluh darah.  Pada ayam muda yang sedang tumbuh, defisiensi Vitamin E dapat menimbulkan ensefalomalasia, diatesis eksudatifa, dan distrofi muskular (miopati) nutrisional.  Defisiensi vitamin E pada kalkun dapat mngakibatkan pembesaran pada persendian tarso metatarsus dan distrofi muskular pada ventrikulus.

Gejejala Klinik:  Pada ayam dewasa yang mengkonsumsi vitamin E dosis sangat rendah selama waktu yang panjang tidak ditemukan adanya gejala tertentu.  Meskipun demikian, daya tetas telur ayam bibit yang menderita defisiensi vitamin E akan menurun secara nyata.  Embrio yang berasal dari ayam bibit yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E rendah dapat mati sekitar hari ke-4 masa inkubasi (derajat keparahan defisiensi vitamin E).  Ayam bibit jantan yang menderita kekurangan vitamin E dalam waktu yang panjang dapat mengalami degenerasi testikular.

13
Defisiensi vitamin E yang dapat menyebabkan penyakit klinis biasanya terjadi pada unggas muda yang dikandangkan. Defisensi vitamin E pada unggas muda dapat menyebabkan distropsi otot pectoral, enchepalomalacia, diatesis eksudatif. Sedangkan pada unggas dewasa tidak  menunjukkan tanda klinis yang berarti. Namun, akan berdampak pada berkurangnya daya tetas akibat dari defisiensi vit E.

Salah satu kasus yang sering terjadi akibat defisiensi vitamin E pada unggas muda adalah enchepalomalacia. Diduga penyebab utama Encephalomalacia adalah defisiensi nutrisi yaitu vitamin E dan Se. Selain itu bahan pakan yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (tepung ikan dan minyak nabati) juga dapat menjadi penyebab EncephalomalaciaEnchepalomalacia pada unggas muda dapat menyebabkan kerusakan pada sistem syaraf.  Tanda – tanda klinis sudah muncul pada di minggu – minggu pertama setelah menetas. enchepalomalacia biasa nya akan menyerang unggas muda yaitu berumur 2 – 4 minggu, berlangsung 3 – 7 hari dan berakhir dengan kematian.

Encephalomalacia (crazy chick desease) atau pelunakan pada otak yaitu pada selubung myelin sel syaraf. Bagian otak yang mengalami kerusakan paling parah, berurutan mulai dari cerebelum,korpus striatum, medula oblongata, dan mesensefalon.  Encephalomalacia meliputi polimalacia yang merupakan pelunakan yang terjadi pada lapisan abu – abu (subtansi grisea) dan leucomalacia yang merupakan pelunakan yang terjadi pada subtansi putih (subtansi alba).


14
Gejala klinis Encephalomalacia adalah ataksia (kehilangan keseimbangan dan kepala tertarik ke belakang), tremor, inkoordinasi, tortikolis, paralisis, mati mendadak, lesio vaskularis sehingga menyebabkan edema, dan hemoragi sepanjang cerebelum.  Edema mungkin akan tampak berwarna agak hijau kebiruan, karena kerusakan hemoglobin sel darah merah. Jika edemanya meluas dan berkembang, unggas muda tersebut akan mengalami kesulitan berjalan dan berdiri dengan posisi kaki melebar.

Perubahan patologi anatomi (PA) berupa pendarahan pada otot yang disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah timus, ginjal, jaringan otot, dan lambung.  Diamater membesar karena rangsangan air dan memperlihatkan pendarahan – pendarahan kecil di pembuluh darah.  Pada otak akan mengalami udema dan hemoragi yang di sertai dengan nekrose dan degenerasi syaraf.  Pemeriksaan mikroskopis lesi jaringan dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kasus dugaan defisiensi vitamin E, terutama untuk encephalomalacia dan diatesis eksudatif.  Encephalomalacia sangat mirip gejala nya dengan penyakit unggas yang menyerang sistem syaraf yang lain, seperti Avian Encephalomyelitis (AE), Newcastle Disease (ND) dan defisiensi vitamin

Pencegahan dan pengendalian pada kasus Encephalomalacia belum mencapai tingkat yang sangat parah, maka dengan pemberian vitamin E dalam pakan dapat berhasil mengobati Encephalomalacia. Namun Kebanyakan kasus Encephalomlacia tidak terlalu memberikan respon terhadap terapi vitamin E (tergantung kerusakan cerebrum).

15
Encephalomalacia dapat dicegah dengan pemberian vitamin E yang tepat dan teratur didalam pakan. Pemberian antioksidan sintetik juga dapat mencegah EncephalomalaciaPencegahan penyakit defisiensi vitamin E dilakukan dengan cara menggunakan bahan baku pakan yang berkualitas tinggi, menghindari penyimpanan pakan yang sudah dicampur lebih dari empat minggu, serta menggunakan lemak yang stabil dalam pakan (Fadilah, R. 2010).

G.  Overdosis Vitamin E

Efek overdosis vitamin  terjadi ketika dosisnya jauh melebihi kebutuhan per hari unggas. Pada umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman. Dalam beberapa kasus, kelebihan vitamin E menimbulkan gangguan pada kinerja sistem imun terhadap infeksi. Gejala yang akan dirasakan adalah sakit pada bagian kepala, lemah dan selalu lelah, disertai gangguan penglihatan.  Untuk itu, jumlah vitamin E dalam tubuh harus berada dalam batasan yang ketat.

Toksisitas vitamin E sangat langka dan suplemen tokoferol dianggap aman. Meskipun vitamin E tidak beracun jika terlalu banyak diminum tetapi  dapat menyebabkan beberapa masalah. Misalnya, dapat mengganggu pembekuan darah (menjadi anti-koagulan) jika dikonsumsi dalam dosis yang sangat besar. Apa yang terjadi adalah terlalu banyak vitamin E akan membanjiri vitamin K dalam tubuh (yang diproduksi di usus besar) dan ini akan mencegah agregasi platelet.  


BAB III.  KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:
1.      Vitamin E dikenal dengan istilah tokoferol.  Jenis tokoferol ada 6 yaitu, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi menentukan nilai vitamin E dari suatu bahan pakan.
2.      Vitamin E bersifat tidak larut dalam air, sukar larut dalam alkali, etanol (95% ), ether, aseton dan minyak nabati, sangat mudah larut dalam kloroform.
3.      Kebutuhan Vitamin E berbeda sesuai jenis dan fase hidup unggas. Bahan pakan yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan rumput berwarna hijau.
4.      Vitamin E sebagian besar diserap dalam usus, apabila terdapat lemak dan dalam kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak.
5.      Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh unggas adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan molekul oksigen.  Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh.
6.      Defisiensi vitamin E pada ayam bibit dapat mengakibatkan adanya peningkatan mortalitas embrio pada stadium awal masa inkubasi,  pada ayam muda yang sedang tumbuh, dapat menimbulkan ensefalomalasia, diatesis eksudatifa, dan distrofi muskular (miopati) nutrisional, dan pada kalkun mngakibatkan pembesaran pada persendian tarso metatarsus dan distrofi muskular pada ventrikulus.
7.     

17
Pada umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman. Dalam beberapa kasus, kelebihan vitamin E menimbulkan gangguan pada kinerja sistem imun terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Basri Y. 1997.  Penambahan  Vitamin  E pada Pakan Buatan dalam Usaha  Meningkatkan  Potensi Reproduksi Induk  Ikan Gurame  (Osphronemus gouramy laccepede). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian  Bogor.
Fadilah, R., A. Polana, S. Alam dan E. Parwanto. 2010. Sukses  Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Iriyanti, N., Zuprizal, Tri.Y, Soenarjo. K. 2007. Penggunaan Vitamin E dalam Pakan terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur ayam Kampung. Vol. 9. No.1. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada.

Kismiati,  S.  1999.  Fertilitas  Telur  dan  Mortalitas  Embrio  Ayam  Kedu  Hitam  pada Interval Inseminasi Yang Berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis: Edisi Khusus: 51-55.

Lin,  Y.F.,  H.L.Tsai,  Y.C.  Lee,  and  S.J.  Chang.  2005.  Maternal  vitamin  E supplementation  affects  the  antioxidant  capability  and  oxidative  status  of hatching chicks. J. Nutr. 135: 2457-461

Rangga Tabbu. C. 2010. Penyakit Ayam & Penanggulangannya. Cetakan kedua Agromedia Pustaka, Jakarta.

Rusmana, D., Wiranda G.P. Agus. S. Slamet. B. 2008. Minyak Ikan Lemburu dan Suplementasi Vitamin E dalam Ransum Ayam Broiler sebagai Imunomodulator. Vol 10. No.2. Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo dan Kusharto, 1992.  Prinsip-prinsip Ilmu Gizi.  Penerbit Kanisius.  Kerjasama PAU Pangan dan Gizi IPB.  Bogor.


Widodo, W.   2012. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. UMM. http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2009/ 01/15.

Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK