PEMBUATAN UMMB, SILASE DAN FERMENTASI


BAB 1.  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan.  Pengolahan pakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna ternak serta peningkatan kandungan protein bahan.
Pengolahan pakan ternak terdiri dari pengolahan biologis dan kimiawi. Pengolahan biologis pada hijauan seperti pada rumput gajah atau sumber serat umumnya dilakukan dengan cara memfermentasikan bahan tersebut dalam keadaan anaerob pada waktu tertentu, sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan amoniasi dengan penambahan urea.  
Kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi dengan pakan hijauan (sebagai pakan utama) dan konsentrat (sebagai pakan penguat) untuk berproduksi.  Namun kedua jenis pakan tersebut belum menjamin terpenuhinya unsur-unsur mikro berupa  mineral, vitamin  maupun asam amino tertentu  sehingga dibutuhkan pakan penguat atau pakan suplement.  Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan salah satu pakan suplement yang efektif digunakan.
Pengolahan pakan dengan fermentasi, amoniasi serta pembuatan UMMB sangat penting diketahui  untuk meningkatkan kualitas nutrien pakan.  Oleh karena itu


dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan kualitas fisik yang dilakukan dengan beberapa pengolahan berbeda.

B.     Tujuan Praktikum
Tujuan penulisan laporan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui:
1.      Teknik pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB) dan kualitas yang diperoleh;
2.      Teknik pembuatan fermentasi rumput gajah dan kualitas yang diperoleh;

3.       Teknik pembuatan amoniasi rumput gajah dan kualitas yang diperoleh.BAB 1.  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan.  Pengolahan pakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna ternak serta peningkatan kandungan protein bahan.
Pengolahan pakan ternak terdiri dari pengolahan biologis dan kimiawi. Pengolahan biologis pada hijauan seperti pada rumput gajah atau sumber serat umumnya dilakukan dengan cara memfermentasikan bahan tersebut dalam keadaan anaerob pada waktu tertentu, sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan amoniasi dengan penambahan urea.  
Kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi dengan pakan hijauan (sebagai pakan utama) dan konsentrat (sebagai pakan penguat) untuk berproduksi.  Namun kedua jenis pakan tersebut belum menjamin terpenuhinya unsur-unsur mikro berupa  mineral, vitamin  maupun asam amino tertentu  sehingga dibutuhkan pakan penguat atau pakan suplement.  Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan salah satu pakan suplement yang efektif digunakan.
Pengolahan pakan dengan fermentasi, amoniasi serta pembuatan UMMB sangat penting diketahui  untuk meningkatkan kualitas nutrien pakan.  Oleh karena itu


dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan kualitas fisik yang dilakukan dengan beberapa pengolahan berbeda.

B.     Tujuan Praktikum
Tujuan penulisan laporan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui:
1.      Teknik pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB) dan kualitas yang diperoleh;
2.      Teknik pembuatan fermentasi rumput gajah dan kualitas yang diperoleh;
3.       Teknik pembuatan amoniasi rumput gajah dan kualitas yang diperoleh.
II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.    Teknologi Pengolahan Pakan

Pengolahan pakan merupakan kegiatan mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas (Hanafi, 2008).  Proses pengolahan pakan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1.    Meningkatkan kualitas bahan
Bahan pakan yang kualitasnya rendah (kandungan serat kasarnya tinggi dan kandungan protein kasarnya rendah) dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pengolahan baik secara mekanik, fisik, biologi, kimia maupun gabungan berbagai cara pengolahan
2.    Memudahkan penyimpanan 
Pengolahan pada bahan pakan dapat menjadikan suatu bahan pakan lebih kecil ukurannya dan lebih homogen sehingga memudahkan dalam penyimpanan.
3.    Pengawetan
Pengolahan dapat digunakan untuk tujuan pengawetan sehingga dapat mempertahankan kualitas dari bahan pakan.
4.    Meningkatkan palatabilitas
Palatabilitas pakan dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan pakan yang sesuai dengan jenis, umur dan fase hidup ternak

5.   

4
 
Meningkatkan efisiensi pakan
Peningkatan kualitas pakan melalui proses pengolahan akan meningkatkan produktivitas ternak dengan peningkatan efisiensi pakan (Hanafi, 2008).

Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya.  Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan, penggiling, penghancuran serta pembuatan pelet.  Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan cara menanbahkan bahan kimia seperti amoiasi.  Perlakuan secara biologis dapat dilakukan dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter. Sementara perlakuan secara kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi dan atau biologi-kimia (Ridho, 2014).

B.       UMMB (Urea Molases Mineral Block)

Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan pakan tambahan (suplemen) untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan. Bahan pembuat UMMB adalah Urea, molases, mineral dan bahan-bahan lainnya yang memiliki kandungan protein dan mineral yang baik (Nista et al,  2010).

Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan jenis pakan yang berperan untuk memanipulasi fermentasi dalam rumen, yaitu meningkatkan daya cerna dan konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pakan berkualitas rendah.  Pakan pemacu ini dapat merangsang ternak ruminansia untuk menambah konsumsi serat kasar sehingga akan meningkatkan produksi (Wisnu dan Ariharti, 2012).

5
 
Bahan-bahan yang digunakan sebagai penyusun UMMB terdiri atas :
1.    Molasses (Tetes tebu)
Merupakan komponen utama dalam pembuatan UMMB.  Bahan ini digunakan karena banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi dan mineral (baik mineral makro ataupun mineral mikro). Molasses kaya akan karbohidrat yang mudah larut (48 - 68 % berupa gula) untuk sumber energi dan mineral disamping membantu siksasi nitrogen urea dalam rumen juga dalam permentasinya menghasilkan asam-asam lemak atsiri yang merupakan sumber energi yang penting untuk biosintesa dalam rumen.
2.    Urea
Urea merupakan sumber NPN (Nitrogen bukan protein) mudah didapat dan relatif murah harganya, namun demikian pemberiannya tidak terlalu banyak karena dapat menimbulkan keracunan. Penggunaan urea kurang lebih 4 %.  Disamping itu urea merupakan senyawa nitrogen yang sangat sederhana dan dapat diubah oleh mikro organisme rumen, sebagian atau seluruhnya menjadi protein yang diperlukan dalam proses fermentasi dalam rumen.
3.    Bahan pengisi
Bahan pengisi merupakan sumber energi dan protein . Bahan–bahan ini ditambahkan agar dapat meningkatkan kandungan zat-zat makanan UMMB dan untuk menjadikan UMMB menjadi bentuk padatan yang baik dan kompak. Bahan bahan pengisi ini dapat berupa : dedak padi, dedak gandum (Pollard), bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil kedelai, ampas tapioka (onggok), ampas tebu dan sebagainya. Sebagai bahan pengisi dalam pembuatan UMMB, dapat dipilih diantara bahanbahan tersebut yang murah dan mudah diperoleh.
4.   

6
 
Bahan pengeras
Penambahan bahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan UMMB yang keras. bahan-bahan ini diantaranya juga engandung mineral terutama kalsium (Ca) yang cukup tinggi. Dapat dipakai sebagai bahan pengeras, antara lain adalah : tepung batu kapur, bentonite, semen atau bahan-bahan kimia misalnya : MgO, CaO dan CaCO3.
5.    Garam dan Mineral
Mineral merupakan yang penting dalam pembuatan UMMB bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas (selera makan), dapat membatasi konsumsi pakan yang berlebihan dan harganya murah (Wisnu dan Ariharti, 2012).

C.    Amoniasi

Amoniasi adalah pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya).  Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu:  sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan  dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%)  (Nista et al,  2010).

Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat amoniasi yaitu tumbuhan yang berdinding  keras,  seperti batang  padi,  atau  jerami yang berkualitas, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah maupun hujan (Mursyit, 2011).  Kriteria hasil amoniasi yang baik adalah :
1.        Baunya agak harum,
2.       

7
 
Warna kehijau-hijauan,  (warna dasar masih nampak kelihatan),
3.        Teksturnya lemas (tidak kaku),
4.        Tidak busuk dan tidak berjamur  (Suyatno et al, 2011).

D.    Silase

Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijuan (rumpu-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase (Prihatman, 2000).  Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwa silase merupakan hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat. 

Silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang
diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60—70%) melalui proses
fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase), sedangkan ensilage adalah proses pembuatan silase.  Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari tanah, beton, anyaman bambu, dan lain sebagainya (Suyatno et al, 2011).

Prinsip utama pambuatan silase yaitu:
1.  Menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman
2.  Mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi anaerob
3.  Menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk
4.  Mencapai dan mempercepat atau keadaan hampa udara (anaerob)
 (Suyatno et al, 2011).

8
 
Menurut Suyatno et al (2011),  pembuatan silase ada tiga hal yang mempengaruhi antara lain:
1.    Hijauan atau limbah pertanian yang cocok untuk menjadi silase.
2.    Penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase, seperti urea atau ekstrak hijauan.
3.    Kadar air dari bahan yang digunakan, apabila terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya pembusukan dan tumbuh jamur.

Ciri-ciri silase yang baik yaitu:
1.        Berbau harum
2.        Aagak kemanis-manisan
3.        Tidak berjamur
4.        Tidak menggumpal
5.        Berwarna kehijau-hijauan,
6.        pH antara 4sampai 4.5 (Suyatno et al, 2011).
III.  MATERI DAN METODE PRAKTIKUM


A.           Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober s.d. 17 Desember 2014 pada pukul 13.00—15.00 WIB.  Tempat pelaksanaan praktikum adalah Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B.            Alat dan Bahan

1.    Urea Molases Mineral Blok (UMMB)
Alat yang digunakan dalam pembuatan UMMB adalah baskom, pengaduk, timbangan digital, cetakan UMMB, oven, cawan petri, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan diantaranya: molases, semen, dedak padi, jagung, garam, urea dan onggok.

2.  Silase
Alat yang digunakan adalah spray, plastik, dan alat tulis.  Bahan yang diperlukan adalah rumput gajah 0,5 kg dan Inokulum bakteri asam laktat 5 ml / 1 kg.

3.  Amoniasi
Alat yang digunakan adalah spray, plastik, dan alat tulis. Bahan yang diperlukan adalah rumput gajah 1 kg dan larutan urea 0,6 %.

C.          

10
 
Cara Kerja

1.     Urea Molases Mineral Blok (UMMB)

4
 
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam pembuatan UMMB diantaranya:
a.       menyiapakan semua bahan;
b.      menimbang semua bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan;
c.       menghomogenkan semua bahan dan menuangkan mollases setelah semua bahan homogen;
d.      mencetak UMB dengan cetakan yang telah disediakan;
e.       mengeringkan UMB dengan dua perlakuan yakni diangin-anginkan dan dijemur selama 14 hari;
f.        menganalisis kadar air UMMB sebelum dan setelah diberi perlakuan.

2.  Silase
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam pembuatan silase diantaranya:
a.       menyiapkan bahan berupa rumput gajah sebanyak 1 kg yang telah di copper;
b.      mencampur bahan dengan inokulum bakteri asam laktat yang berasal dari rumput gajah sebanyak 5 ml;
c.       setelah tercampur, memasukan rumput gajah kedalam kantong plastik yang telah disediakan;
d.      memapatkan bahan dan memastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam kantong plastik;
e.       menyimpan selama 3 minggu;
f.       setelah 3 minggu, kami mengamati silase yang telah dibuat.

11
 
3.  Amoniasi
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam pembuatan amoniasi diantaranya:
a.       menyiapkan bahan berupa rumput gajah sebanyak 1 kg yang telah di copper;
b.      menyemprotkan larutan urea 0,6% pada rumput gajah tersebut;
c.       setelah tercampur, memasukan rumput gajah kedalam kantong plastik yang telah disediakan;
d.      memapatkan bahan dan memastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam kantong plastik;
e.       menyimpan selama 3 minggu;
f.       setelah 3 minggu, kami mengamati keadaan fisik amoniasi yang telah dibuat.
 IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Praktikum
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1.  Hasil praktikum pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB),
   dan fermentasi serta amoniasi rumput gajah.

No.
Pengolahan
Perlakuan
Pengujian
Keterangan
1.
UMMB
Sebelum Perlakuan
Kadar Air
80,64 % 
Diangin-anginkan
Kadar Air
24,78 %
Dijemur
Kadar Air
15,28 %
2.
Silase
-
Tekstur
Sama seperti awal
Warna
Hijau tua
Bau
Asam
pH
Asam (pH 5)
Jamur
Sedikit ditemukan
3.
Amoniasi
-
Tekstur
Lembek, mencair
Warna
Hijau kecoklatan
Bau
Tidak sedap/busuk
pH
Asam
Jamur
Ada

Sumber:  Pengamatan praktikan (2014).

B.       Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengolahan pakan ternak berupa pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB), pembuatan fermentasi dan amoniasi rumput gajah.  Hasil pengolahan pakan ternak kemudian diuji kualitas berupa kadar air dan juga penilaian secara fisik seperti tekstur, warna, bau, pH dan jamur (Tabel 1).


1.    Urea Molases Mineral Blok (UMMB)
Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan pakan tambahan (suplemen) untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan. Bahan pembuat UMMB adalah urea, molases, mineral dan bahan-bahan lainnya yang memiliki kandungan protein dan mineral yang baik (Nista et al, 2007).
Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan jenis pakan yang berperan untuk memanipulasi fermentasi dalam rumen, yaitu meningkatkan daya cerna dan konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pakan berkualitas rendah.  Pakan pemacu ini dapat merangsang ternak ruminansia untuk menambah konsumsi serat kasar sehingga akan meningkatkan produksi.
Perlakuan yang dilakukan pada praktikum ini adalah membuat UMMB tanpa perlakuan, diangin-anginkan dan juga dijemur.  Hasil perlakuan pada UMMB kemudian dianalisis kadar air (Tabel. 1) dan menghasilkan kadar air tertinggi pada tanpa perlakuan (80,64%), kemudian perlakuan diangin-anginkan (24,78%) dan kadar air terendah pada perlakuan penjemuran (15,28%).
Menurut Rita (2013), kadar air di dalam suatu bahan pakan menunjukan banyak tidaknya jumlah air yang terikat di dalamnya.  Kadar air sangat menentukan dalam hal teknik dan lama penyimpanan suatu bahan pakan. Penyimpanan bahan baku pakan menghendaki kadar air yang rendah dengan kisaran 12—15%.  Hal ini bertujuan untuk menghindarkan paparan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pakan yang selanjutnya dapat merugikan industri peternakan yang memakain pakan tersebut.  Berdasarkan literatur tersebut, perlakuan yang tepat untuk UMMB adalah dengan penjemuran.  Penjemuran memungkinkan pelepasan air yang lebih tinggi sehingga UMMB yang dihasilkan lebih kering dan mampu mempertahankan kualitasnya dalam waktu penyimpanan yang lebih lama.
2.    Silase Rumput Gajah
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijuan (rumpu-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase (Prihatman, 2000).  Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwa silase merupakan hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat. 
Pada praktikum ini bahan pakan yang digunakan adalah rumput gajah segar.  Hasil pembuatan silase diperoleh silase dengan tekstur hampir sama dengan tekstur awal, berwarna kehijau-hijauan, sedikit dijumpai jamur, beraroma asam dengan pH 5.  Berdasarkan hasil pengamatan kualitas silase ini sudah cukup baik namun masih kurang memenuhi kriteria silase yang baik menurut Suyatno et al (2011) yaitu berbau harum, agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, dan pH antara 4 sampai 4.5.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas silase menurut Suyatno et al (2011), adalah hijauan atau limbah pertanian yang digunakan membuat silase, penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase, seperti urea atau ekstrak hijauan, dan kadar air dari bahan yang digunakan, apabila terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya pembusukan dan tumbuh jamur.  Berdasarkan literatur tersebut diduga bahwa rumput gajah yang digunakan memiliki kadar air yang lebih tinggi dari yang dianjurkan, sebagaimana menurut Suyatno et al (2011) yang menyatakan bahwa silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60—70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase). Kadar air rumput gajah yang didiga lebih tinggi dari 70% inilah yang menyebabkan kualitas silase yang dihasilkan kurang maksimal.
C.      Amoniasi Rumput Gajah
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan amoniasi menggunakan rumput gajah. Amoniasi adalah pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya).  Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu:  sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan  dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%)  (Nista et al,  2010).
Kriteria hasil amoniasi yang baik menurut Suyatno et al (2011) adalah berbau harum, warna kehijau-hijauan (warna dasar masih nampak kelihatan), teksturnya lemas (tidak kaku), tidak busuk dan tidak berjamur. Berdasarkan literatur tersebut, kualitas amoniasi rumput gajah yang dilakukan praktikan tidak memenuhu kriteria amoniasi yang baik, karena hasil yang diperoleh adalah tekstur amoniasi lembek berair, beraroma tidak sedap (mengalami pembusukan), pH asam dan ditemukannya jamur.
Kualitas amoniasi yang baik tidak didapatkan diduga karena tidak terpenuhinya syarat hijauan yang tepat untuk diamoniasi, sebagaimana menurut Mursyit (2011), syarat hijauan (tanaman) yang dibuat amoniasi yaitu tumbuhan yang berdinding  keras,  seperti batang  padi,  atau  jerami yang berkualitas, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah maupun hujan.  Rumput gajah yang digunakan sangat basah dan lembab serta penambahan cairan NH3 melebihi 0,6% dari bahan yang digunakan, hal ini menyebabkan bahan terlalu basah dan berair dan proses amoniasi tidak berlangsung serta menyebabkan pembusukan.IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Praktikum
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1.  Hasil praktikum pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB),
   dan fermentasi serta amoniasi rumput gajah.

No.
Pengolahan
Perlakuan
Pengujian
Keterangan
1.
UMMB
Sebelum Perlakuan
Kadar Air
80,64 % 
Diangin-anginkan
Kadar Air
24,78 %
Dijemur
Kadar Air
15,28 %
2.
Silase
-
Tekstur
Sama seperti awal
Warna
Hijau tua
Bau
Asam
pH
Asam (pH 5)
Jamur
Sedikit ditemukan
3.
Amoniasi
-
Tekstur
Lembek, mencair
Warna
Hijau kecoklatan
Bau
Tidak sedap/busuk
pH
Asam
Jamur
Ada

Sumber:  Pengamatan praktikan (2014).

B.       Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengolahan pakan ternak berupa pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB), pembuatan fermentasi dan amoniasi rumput gajah.  Hasil pengolahan pakan ternak kemudian diuji kualitas berupa kadar air dan juga penilaian secara fisik seperti tekstur, warna, bau, pH dan jamur (Tabel 1).


1.    Urea Molases Mineral Blok (UMMB)
Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan pakan tambahan (suplemen) untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan. Bahan pembuat UMMB adalah urea, molases, mineral dan bahan-bahan lainnya yang memiliki kandungan protein dan mineral yang baik (Nista et al, 2007).
Urea Molases Mineral Blok (UMMB) merupakan jenis pakan yang berperan untuk memanipulasi fermentasi dalam rumen, yaitu meningkatkan daya cerna dan konsumsi bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada pakan berkualitas rendah.  Pakan pemacu ini dapat merangsang ternak ruminansia untuk menambah konsumsi serat kasar sehingga akan meningkatkan produksi.
Perlakuan yang dilakukan pada praktikum ini adalah membuat UMMB tanpa perlakuan, diangin-anginkan dan juga dijemur.  Hasil perlakuan pada UMMB kemudian dianalisis kadar air (Tabel. 1) dan menghasilkan kadar air tertinggi pada tanpa perlakuan (80,64%), kemudian perlakuan diangin-anginkan (24,78%) dan kadar air terendah pada perlakuan penjemuran (15,28%).
Menurut Rita (2013), kadar air di dalam suatu bahan pakan menunjukan banyak tidaknya jumlah air yang terikat di dalamnya.  Kadar air sangat menentukan dalam hal teknik dan lama penyimpanan suatu bahan pakan. Penyimpanan bahan baku pakan menghendaki kadar air yang rendah dengan kisaran 12—15%.  Hal ini bertujuan untuk menghindarkan paparan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pakan yang selanjutnya dapat merugikan industri peternakan yang memakain pakan tersebut.  Berdasarkan literatur tersebut, perlakuan yang tepat untuk UMMB adalah dengan penjemuran.  Penjemuran memungkinkan pelepasan air yang lebih tinggi sehingga UMMB yang dihasilkan lebih kering dan mampu mempertahankan kualitasnya dalam waktu penyimpanan yang lebih lama.
2.    Silase Rumput Gajah
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijuan (rumpu-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase (Prihatman, 2000).  Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwa silase merupakan hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat. 
Pada praktikum ini bahan pakan yang digunakan adalah rumput gajah segar.  Hasil pembuatan silase diperoleh silase dengan tekstur hampir sama dengan tekstur awal, berwarna kehijau-hijauan, sedikit dijumpai jamur, beraroma asam dengan pH 5.  Berdasarkan hasil pengamatan kualitas silase ini sudah cukup baik namun masih kurang memenuhi kriteria silase yang baik menurut Suyatno et al (2011) yaitu berbau harum, agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, dan pH antara 4 sampai 4.5.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas silase menurut Suyatno et al (2011), adalah hijauan atau limbah pertanian yang digunakan membuat silase, penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase, seperti urea atau ekstrak hijauan, dan kadar air dari bahan yang digunakan, apabila terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya pembusukan dan tumbuh jamur.  Berdasarkan literatur tersebut diduga bahwa rumput gajah yang digunakan memiliki kadar air yang lebih tinggi dari yang dianjurkan, sebagaimana menurut Suyatno et al (2011) yang menyatakan bahwa silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60—70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase). Kadar air rumput gajah yang didiga lebih tinggi dari 70% inilah yang menyebabkan kualitas silase yang dihasilkan kurang maksimal.
C.      Amoniasi Rumput Gajah
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan amoniasi menggunakan rumput gajah. Amoniasi adalah pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya).  Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu:  sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan  dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%)  (Nista et al,  2010).
Kriteria hasil amoniasi yang baik menurut Suyatno et al (2011) adalah berbau harum, warna kehijau-hijauan (warna dasar masih nampak kelihatan), teksturnya lemas (tidak kaku), tidak busuk dan tidak berjamur. Berdasarkan literatur tersebut, kualitas amoniasi rumput gajah yang dilakukan praktikan tidak memenuhu kriteria amoniasi yang baik, karena hasil yang diperoleh adalah tekstur amoniasi lembek berair, beraroma tidak sedap (mengalami pembusukan), pH asam dan ditemukannya jamur.
Kualitas amoniasi yang baik tidak didapatkan diduga karena tidak terpenuhinya syarat hijauan yang tepat untuk diamoniasi, sebagaimana menurut Mursyit (2011), syarat hijauan (tanaman) yang dibuat amoniasi yaitu tumbuhan yang berdinding  keras,  seperti batang  padi,  atau  jerami yang berkualitas, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah maupun hujan.  Rumput gajah yang digunakan sangat basah dan lembab serta penambahan cairan NH3 melebihi 0,6% dari bahan yang digunakan, hal ini menyebabkan bahan terlalu basah dan berair dan proses amoniasi tidak berlangsung serta menyebabkan pembusukan.
V. SIMPULAN DAN SARAN

A.      SIMPULAN
Simpulan yang dapat diperoleh dari praktikum penggolahan pakan yaitu:
1.    Pembuatan Urea Molases Mineral Blok (UMMB), sebaiknya produk hasilnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran karena efektif menurunkan kadar air bahan pakan menjadi 15,28% untuk mempertahankan kualitas produk dengan penyimpanan yang lebih lama.
2.    Pembuatan fermentasi rumput gajah menghasilkan kualitas produk yang masih kurang baik, hal ini dikarenakan kadar air bahan diduga lebih dari 70% sehingga kualitas yang dihasilkan kurang optimum.
3.    Pembuatan amoniasi rumput gajah menghasilkan kualitas  produk yang buruk, hal ini dikarenakan bahan yang digunakan sangat basah serta penambahan cairan NH3 melebihi 0,6% dari bahan, sehingga bahan terlalu berair dan proses amoniasi tidak berlangsung serta menyebabkan pembusukan.

B.     Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis adalah pentingnya memperhatikan kadar air bahan pakan yang akan dilakukan amoniasi dan fermentasi, karena tingginya kadar air dan bahan yang terlalu basah menyebabkan produk yang dihasilkan kurang optimum dan menyebabkan terjadinya pembusukan.
DAFTAR PUSTAKA
 
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kartadisastra, H.R.  2011. Penyedian & Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
  Mursyid,  M. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia.  Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Nista, D., H. Natalia dan A. Taufik. 2010. Teknologi Pengolahan Pakan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. Palembang.
Ridho, M. F.  2014.  Makalah Teknologi Pengolahan Pakan. http://ridho-peternak.blogspot.com/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo_26.html.      Diakses pada 3 Januari 2015.
Suyatno., Yani, A., Zailzar, L., dan Sujono. Peningkatan kualitas dan ketersediaan pakan untuk  mengatasi kesulitan di musim kemarau pada kelompok peternak sapi perah. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Gajah Mada. Journal Dedikasi. Vol. 8. Yogyakarta.
Wisnu, A. F., dan Ariharti, M. A, 2012. Manfaat UMMB Pada Sapi Perah Laktasi Berpengaruh Terhadap Produksi Susu. Direktorat Pakan TernaK. BBPTU Sapi Perah Baturraden.


Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK