PERFORMANS ITIK DENGAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR RANSUM 20
%
(Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan
Satwa)
Oleh
Kelompok III
· Ali Sodikin
·
Amita Juliana
·
Dani Ariestama
·
Dwi Haryanto
·
Fitria Maghfiroh
·
Fitri Yuwanda
·
Laras Gusniarti
·
Lisa Hayuni
·
Jenny Marthika
·
Miftahudin
·
Nia Yuliyanti
·
Widi astomo
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Laporan
Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa ini disusun berdasarkan tugas terstruktur
yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui performans itik dengan
kandungan protein kasar ransum 20 %.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu, baik dalam
analisis data maupun penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Dr. Rudy Sutrisna, M.S...selaku dosen pembimbing
mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
2. Rekan-rekan
kelompok III (Tiga)
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekuranan. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan
semua orang yang membacanya.
Bandar
Lampung, 29 November 2012
Penulis
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
Praktikum : Performans Itik
dengan Kandungan Protein Kasar
Pakan 20 %
Tempat
Praktikum : Kandang, Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
Tanggal
Praktikum : 1 – 29 Oktober 2012
Kelompok : III (Tiga)
Nama :-Nia Yuliyanti -Amita
Juliana
-Miftahudin -Dani Ariestama
-Fitria Maghfiroh -Fitri Yuwanda
-Dwi Haryanto -Lisa Hayuni
-Jenny Marthika -Laras Gusniarti
-Ali Sodikin -Widi astomo
Jurusan : Peternakan
Fakultas
: Pertanian
Universitas
: Universitas Lampung
Bandar Lampung, 12 Nopember 2012
Mengetahui,
Dosen
Pembimbing
Ir. Dr. Rudy Sutrisna, M.S...
NIP.195707261986032001
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................i
KATA
PENGANTAR..........................................................................................ii
LEMBAR
PENGESAHAN..................................................................................iii
DAFTAR
ISI........................................................................................................iv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
II.
TINJAUAN
PUSTAKA.......................................................................3
III.
MATERI DAN
METODA
A. Waktu dan Tempat................................................................................5
B. Alat Dan
Bahan.....................................................................................5
C. Cara
Kerja.............................................................................................5
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Praktikum.....................................................................................7
B. Pembahasan..........................................................................................9
V.
KESIMPULAN.................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................14
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Itik (Anas
platyrhynchos) merupakan unggas yang memiliki sifat
aquatik, yaitu suka dengan air dan termasuk hewan pemakan segala makanan
(omonuvorus), mulai dari biji-bijian, rumput, umbi hingga hewan kecil seperti
keong, ikan, serangga, dan sebagainya.
Itik
memiliki potensi yang baik untuk diternakkan, selain pemeliharaannya yang
mudah, itik juga lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan jenis unggas
lainnya. Untuk memulai usaha peternakan itik, tentunya harus didasari
pengetahuan yang cukup dibidangnya sehingga dapat memproleh produktifitas yang
optimal. Dalam beternak, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah cara
pemeliharaan dan pakan. Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan,
karena presentasenya dapat mencapai 70%
dari biaya produksi.
Itik petelur adalah jenis unggas yang dimanfaatkan telurnya sebagai
produksi utama. Kebutuhan nutrisi dalam pemeliharaan itik petelur tentunya
berbeda dengan jenis pedanging. Nutrisi yang dibutuhkan itik haruslah tersedia
di dalam pakan yang diberikan dan
mencukupi kebutuhan untuk hidup pokok,
produksi
dan reproduksinya. Pada prinsipnya fungsi pakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, membentuk sel-sel dan jaringan
tubuh, serta menggantikan bagian-bagian yang rusak, selanjutnya makanan untuk
kebutuhan berproduksi.
Kandungan nutrisi
yang paling penting untuk produksi telur pada itik adalah kandungan protein
kasar, hal ini dikarenakan 13% protein dalam pakan akan digunakan untuk
produksi telur dan sisanya untuk pertumbuhan.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar
mahasiswa dapat memahami bagaimana pengaruh kandungan protein dalam pakan
terhadap performa itik, pemeliharaan itik yang baik, dan pembuatan pakan
sendiri dengan menyesuaikan kebutuhan nutrisinya. Sehingga mahasiswa dibekali pengetahuan untuk dapat
memulai usaha peternakan khususnya peternakan itik petelur.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah agar
mahasiswa mampu:
1.
Mengetahui
kebutuhan protein kasar bagi itik petelur dan performans itik menggunakan
ransum dengan PK 20 %
2.
Menyusun dan membuat ransum itik petelur
3.
Memelihara itik
dengan baik, dan
4.
Mampu Menghitung
pertambahan bobot tubuh, feed conversation ratio, effisiensi ransum
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Itik petelur (Anas
moscha) yaitu
itik yang dibudidayakan untuk menghasilkan telur. Sifat khas itik adalah bentuk
kaki yang pendek, kuat dengan jari-jari kaki dihubungkan oleh selaput renang
(Ade A, 2011).
Pakan merupakan kebutuhan
pokok dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati
presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kandungan nutrisi utama
yang harus tercukupi ketersediaaannya dalam pakan adalah kandungan protein,
energi metabolis, lemak, Ca, dan P. (Cut M. 2011).
Tabel Kebutuhan
gizi itik petelur pada berbagai umur
GIZI
|
Starter (0-8 minggu)
|
Grower (9-20 minggu)
|
Layer (>20minggu)
|
PK (%)
|
17-20
|
15-17
|
17-19
|
EM (Kkal/kg)
|
3100
|
2700
|
2700
|
Metionin (%)
|
0,37
|
0,29
|
0,37
|
Lisin (%)
|
1,05
|
0,74
|
1,05
|
Ca (%)
|
0,6-1,0
|
0,6-1,0
|
2,90-3,25
|
P Tersedia (%)
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
Sumber: NRC 2004 dan Sinurat
(2000)
Kebutuhan protein kasar tergantung pada fase hidup itik. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, mengganti jaringan-jaringan yang rusak
serta berproduksi. (Cipto, 2011).
Kecepatan
pertumbuhan itik diukur melalui pertambahan berat tubuh (PBT) yang dapat
dicapai oleh itik. PBT dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, makanan, umur,
dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban serta penyakit. Biasanya PBT akan bertambah dengan peningkatan
konsumsi ransum. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama
masa pemeliharaan. Rata-rata jumlah konsumsi ransum akan meningkat saat suhu
lingkungan menurun, namun jumlah konsumsi minum akan meningkat saat suhu
lingkungan meningkat. (Rasyaf, 2003)
Parakkasi
(1999) menyatakan bahwa penambahan protein dalam ransum dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan sedangkan serat dalam ransum akan menurunkan bobot
badan
Feed
convertion ratio (FCR) atau konversi pakan adalah besarnya perubahan dari pakan
yang dikonsumsi menjadi pertambahan berat badan (gain). FCR atau rasio
konversi pakan digunakan untuk menghitung efisiensi pakan pada budidaya
pembesaran dan penggemukan. Nilai FCR menunjukkan perbandingan antara
jumlah pakan yang diberikan dengan bobot
yang dihasilkan Hasil perhitungan FCR dengan angka yang kecil
berarti pakan yang diberikan tersebut semakin bagus (Effendi,
2000)
III. MATERI DAN
METODA
A.
Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan dalam praktikum ini adalah pada:
Tanggal
: 16 Oktober - 27 November 2012
Tempat : Kandang Itik, Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
B.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam prakikum ini adalah
Plastik, Ember, Sekop, Timbangan, Kandang, dan buku catatan itik, sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah hidrolisat tepung bulu ayam dan
tepung udang, bungkil kelapa sawit, onggok, dedak, minyak, CaCo3, dan air
C.
Cara Kerja
Cara
kerja dalam praktikum ini adalah:
C.1 Membuat Pakan
Menyiapkan semua bahan pembuatan pakan,
kemudian menimbang bahan sesuai kebutuhan, bahan yang telah di timbang dicampur
hingga homogen menggunakan karung/terpal
sebagai alas dengan membuat lapisan-lapisan bahan yang lebih banyak terlebih
dahulu sedangkan minyak dan CaCO3 dicampurkan terakhir dan diaduk hingga homogen.
(Komposisi bahan pakan terlampir)
C.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan berkelompok dengan
pembuatan jadwal piket tiap harinya, mempersiapkan 8400 g ransum untuk konsumsi
satu minggu dan pemberian ransum dan minum setiap hari, pagi dan sore.
Pemberian ransum ± 1200 g untuk delapan ekor perhari dengan dua kali
penyajian. Menjaga kebersihan kandang itik dengan menganti alas sekam tiap awal
minggu, penimbangan sisa pakan, dan bobot tubuh itik per ekor per minggu.
C.3 Perhitungan
Menghitung jumlah konsumsi pakan, feed
conversation ratio, pertambahan bobot tubuh,
dan efisiensi ransum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
Hasil
praktikum disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Performans itik selama pemeliharaan 6 minggu
dengan kandungan protein dalam pakan 20 %
VARIABEL
|
MINGGU KE-
|
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
|||||
PENGAMATAN
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
Konsumsi Pakan
|
6,7
|
8,4
|
12,0
|
10,8
|
10,8
|
10,8
|
59,5
|
9,9
|
(Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Produksi telur
|
0
|
1
|
6
|
30
|
33
|
26
|
96
|
16
|
(Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Bobot Tubuh
(awal 8,6)
|
8,2
|
9,8
|
12,3
|
12,4
|
10,3
|
11,2
|
64,2
|
10,7
|
(kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Pertambahan B. Tubuh
|
-0,40
|
1,60
|
2,50
|
0,10
|
-2,10
|
0,90
|
2,60
|
0,43
|
PBT (Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Feed Conversation
|
-16,75
|
5,25
|
4,80
|
108,0
|
-5,14
|
12,0
|
108,16
|
18,03
|
Ratio (FCR)
|
||||||||
Effisiensi Ransum
|
-5,97
|
19,05
|
20,83
|
0,93
|
-19,44
|
8,33
|
23,73
|
3,95
|
(%)
|
Ket: perhitungan terlampir
Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Bahan
Makanan dalam Ransum Itik Minggu ke-1
Bahan Pakan
|
Imbangan (%)
|
Kandungan Nutrisi (%)
|
Kebutuhan
Pakan Itik (g)
|
|||||||||
EM
|
PK
|
LK
|
SK
|
Ca
|
P
|
met
|
lysn
|
pkn/8e/hr
|
pkn/8e/mg
|
pkn/8e/bln
|
||
H.Bulu Ayam
|
11%
|
259,6
|
8,8
|
0,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,1
|
0,3
|
132
|
924
|
3960
|
H.Tepung Udang
|
18%
|
540,0
|
5,6
|
0,0
|
2,1
|
2,3
|
2,5
|
0,1
|
0,3
|
216
|
1512
|
6480
|
B. Kelapa Sawit
|
27%
|
380,7
|
3,8
|
3,2
|
2,9
|
0,0
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
324
|
2268
|
9720
|
Onggok
|
25%
|
689,0
|
0,5
|
0,0
|
2,4
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
300
|
2100
|
9000
|
Dedak
|
14%
|
336,0
|
1,3
|
1,1
|
0,9
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
168
|
1176
|
5040
|
Minyak
|
4%
|
344,0
|
0,0
|
4,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
48
|
336
|
1440
|
CaCO3
|
1%
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,4
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
12
|
84
|
360
|
Jumlah
|
100%
|
2549,3
|
20,0
|
8,7
|
8,4
|
2,8
|
2,8
|
0,2
|
0,7
|
1200
|
8400
|
36000
|
Kebutuhan
|
100%
|
2700
|
20
|
8
|
9
|
|
|
|
|
Tabel 3.
Komposisi dan Kandungan Nutrisi Bahan Makanan dalam Ransum Itik minggu ke 2-6
Bahan Pakan
|
Imbangan
(%)
|
Kandungan Nutrisi (%)
|
Kebutuhan Pakan Itik (g)
|
|||||||||
EM
|
PK
|
LK
|
SK
|
Ca
|
P
|
met
|
lysn
|
pkn/8e/hr
|
pkn/8e/mg
|
pkn/8e/bln
|
||
H.Bulu Ayam
|
11,0%
|
259,6
|
8,8
|
0,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,1
|
0,3
|
132,0
|
924,0
|
3960
|
H.Tepung Udang
|
18,0%
|
540,0
|
5,6
|
0,0
|
2,1
|
2,3
|
2,5
|
0,1
|
0,3
|
216,0
|
1512,0
|
6480
|
B. Kelapa Sawit
|
11,8%
|
166,4
|
1,7
|
1,4
|
1,3
|
0,0
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
141,6
|
991,2
|
4248
|
Onggok
|
19,6%
|
540,2
|
0,4
|
0,0
|
1,9
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
235,2
|
1646,4
|
7056
|
Dedak
|
36,0%
|
864,0
|
3,5
|
2,8
|
2,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,2
|
432,0
|
3024,0
|
1296
|
Minyak
|
3,3%
|
283,8
|
0,0
|
3,3
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
39,6
|
277,2
|
1188
|
CaCO3
|
0,3%
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,1
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
3,6
|
25,2
|
108
|
Jumlah
|
100%
|
2653,94
|
19,86
|
7,91
|
7,7
|
2,5
|
2,7
|
0,3
|
0,9
|
1200
|
8400
|
36000
|
Kebutuhan
|
100%
|
MIN 2700
|
20
|
8
|
Mx 9
|
3
|
|
Keterangan:
Perhitungan terlampir
B. Pembahasan
Pada
praktikum ini, dilakukan pengamatan performans itik selama pemeliharaan.
Pemeliharaan dilakukan secara berkelompok dengan pembagian jadwal piket dan
rutin dilaksanakan selama 6 minggu. Pemberiaan pakan yang dikonsumsi itik
adalah ransum hasil penyusunan kelompok menggunakan kandungan protein kasar 20%
sedangkan kandungan nutrisi lainnya menyesuiakan kebutuhan nutrisi itik dari
berbagai sumber sebagai literatur. Pemberian pakan ± 1,2 Kg per hari untuk 8 ekor
itik dengan dua kali pemberian yakni, pagi dan sore hari. Tujuan pemeliharaan
ini adalah agar itik dewasa/vase layer (>20 minggu) dapat memproduksi telur
.
Menurut
Yosyhombing (2012) itik yang sudah memasuki vase layer atau dewasa, yakni itik
yang berumur >20 minggu membutuhkan pakan 160 – 180 gram/ekor per harinya.
Sehingga jika dikonversikan kebutuhan pakan untuk satu ekor selama seminggu
adalah 1120 – 1260 gram dan untuk 8 ekor itik 8,96 – 10,8 Kg.
Konsumsi
pakan pada minggu pertama untuk 8 ekor itik adalah 6,7 Kg dan menyebabkan
terjadinya penurunan bobot badan itik secara keseluruhan 0,1 – 0,2 Kg (bobot
tubuh perminggu masing-masing itik terlampir) dengan total penurunan 0,4 Kg.
Hal ini tentunya disebabkan oleh jumlah konsumsi pakan jauh dibawah kebutuhan
sehingga asupan nutrisi untuk hidup pokok dan pertumbuhan tidak tercukupi.
Kekurangan nutrisi dalam tubuh itik akan dilengkapi dengan pembongkaran lemak
menjadi energi sehingga bobot tubuh itik mengalami penurunan. Rendahnya tingkat
konsumsi pakan disebabkan itik sedang stres karena proses adaptasi terhadap
perubahan pakan dan lingkungan kandangnya sebagaimana menurut Nurul (2009), Stress pada itik dipicu oleh beberapa faktor antara lain
Faktor pakan dan perubahannya dan faktor kandang dan lingkungan. Selain itu, pada minggu pertama adanya
penggunaan methionin sebanyak 2% menyebabkan aroma pakan kurang disukai oleh
itik, penggunaan metionin dalam pakan ini berlebih dari kebutuhannya,
berdasarkan NRC (2004)
dan Sinurat (2000) kebutuhan metionin untuk itik fase layer adalah 0,37
% . Dengan turunnya bobot tubuh itik maka
menghasilkan FCR dan efisiensi ransum
yang negatif yakni -16,57 dan – 5,97 % artinya dengan mengkonsumsi pakan
16,57 Kg menyebabkan penurunan bobot tubuh sebanyak 1 kg dan konsumsi pakan
tidak ada yang digunakan untuk pertumbuhan.
Pada minggu kedua konsumsi pakan 8 ekor itik adalah 8,4 kg dan
menghasilkan PBT (Pertambahan bobot tubuh) 1,6 kg yakni secara keseluruhan per
ekor mengalami PBT 0 – 0,4 kg. Konsumsi pakan pada minggu kedua sudah normal
dan menghasilkan FCR 5,25 dan effisiensi pakan 19,05 % artinya dibutuhkan 5,25
Kg pakan untuk menghasilkan 1 kg bobot tubuh dan dalam 1 Kg pakan, 190,5 gr
digunakan untuk petumbuhan. Selain itu, pada akhir minggu kedua, salah seekor
itik bertelur, sehingga pada minggu ini menghasilkan produksi telur 1 butir.
Pada minggu ketiga terjadi peningkatan jumlah konsumsi menjadi
12 kg dan menghasilkan PBT terbesar selama enam minggu pemeliharaan yakni 2,5
kg. Sedangkan FCR dan efisiensi ransun minggu ini adalah 4,8 dan 20,83%,
artinya 20,83% dari 100% pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan dan
untuk meningkatkan bobot tubuh 1 kg diperlukan 4,8 kg pakan. Selain peningkatan
PBT dan efisiensi pakan yang cukup tinggi, pada minggu ini dihasilkan 6 butir
telur dari 8 ekor itik, hal ini dapat disimpulkan bahwa nutrisi untuk pertumbuhan sudah dipenuhi dan
itik mulai berproduksi menghasilkan telur.
Jumlah telur meningkat menjadi 30 butir pada minggu keempat dan
konsumsi pakan menjadi dalam kisaran normal yakni 10,8 kg sedangkan bobot tubuh
hanya mengalami pertambahan 0,1 kg. Hal ini disebabkan nutrisi pakan terfokus
dalam pembentukan telur dan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan sudah
terpenuhi. FCR yang dihasilkan sanggat tinggi yakni 108 dan efisiensi ransum
hanya 0,93%. Rendahnya efisiensi pakan dan tingginya FCR bukan berarti
kecernaan ataupun kualitas pakan minggu ini sangat buruk, pada unggas khususnya
itik petelur harus mempertimbangkan produktifitasnya. Produktifitas telur pada
minggu ini cukup tinggi dengan rata-rata per itik menghasilkan 3 – 4 butir
perminggu.
Pada minggu kelima, jumlah konsumsi pakan tetap yakni 10,8 kg
dan bobot tubuh secara keseluruhan mengalami penurunan 2,1 kg dengan rata-rata
per ekor bobot tubuhnya mengalami penurunan 0,1 – 0,3 kg. Kondisi ini tentunya
menyebabkan nilai FCR dan Efisiensi pakan menjadi negatif, yaitu -5,14 dan
19,44 %. Namun, dilihat dari sisi produksi mengalami peningkatan menjadi 33
butir telur yang dihasilkan. Penurunan bobot tubuh kemungkinan disebabkan
terjadinya pembongkaran cadangan makanan tubuh untuk produksi telur.
Pada minggu keenam, jumlah konsumsi pakan stabil, yakni 10,8 dan
memproduksi 26 telur. PBT pada minggu ini 0,9 kg, sedangkan FCR 12 dan
effisiensi ransum 8,33 %. Jumlah produksi telur mengalami penurunan sedangkan
bobot tubuh mengalami peningkatan, artinya nutrisi pakan terbagi untuk
pembentukan telur dan pertumbuhannya.
Selama pemeliharaan 6 minggu menggunakan susunan pakan dengan
kandungan protein kasar 20 % menghasilkan total produksi telur 96 butir, PBT total 2,6 kg dengan rata-rata
FCR 18, 03 dan efisiensi ransum 3,95%. Sedangkan menurut Sinurat (2000)
kandungan protein kasar yang dibutuhkan untuk itik fase layar (>20 minggu)
adalah 17 – 19 %. Dengan demikian pakan yang diberikan sudah lebih dari cukup
untuk itik berproduksi menghasilkan telur, namun dalam kenyataannya produksi
telur belum optimal seperti yang diharapkan, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya, terjadi beberapa kali telat dalam pemberian pakan (tidak tepat
waktu) dan besaran pemberian pakan tidak riil nilainya hanya berdasarkan
perkiraan selain itu dapat disebabkan karena petugas pemberi pakan berubah-ubah
sehingga itik dapat mengalami stres karena perbedaan cara perlakuan dan juga campuran
pakan tiap minggunya yang tidak homogen akan memperbesar kemungkinan perubahan
komposisi dan keseragaman pakan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan pada praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kebutuhan protein kasar untuk itik fase
layer (>20 minggu) adalah 17 – 19%
2.
Pakan dengan PK 20% selama 6 minggu menghasilkan produksi telur 96 butir dan PBT
total 2,6 kg
3.
Penambahan metionin yang tinggi
menyebabkan pakan mudah tengik dan busuk sehingga tidak disukai itik dan
menurunkan jumlah konsumsi kebutuhan metionin fase layer adalah 0,37 %.
4.
Faktor-faktor
yang paling mempengaruhi jumlah konsumsi pakan adalah tingkat stres, faktor pakan dan
perubahannya serta faktor kandang dan lingkungan
5.
Produksi telur akan meningkat pada batas
tertentu kemudian mengalami penurunan. Rata-rata bobot tubuh meningkat tiap
minggunya dan pada saat produksi telur tertinggi menyebabkan penurunan bobot
tubuh.
6.
Semakin tinggi
nilai persentase effisiensi pakan artinya semakin tinggi penggunaan pakan oleh
tubuh itik untuk pertumbuhannya, nilai FCR
dan efisiensi pakan terbaik pada minggu yakni 4,8 dan 20,83%
DAFTAR
PUSTAKA
A,
Ade. 2011. Ternak Itik intensif.
Diakses
Senin, 26 November 2012
Diakses Senin, 26 November 2012
Diakses Senin, 26 November 2012
Effendi, F. 2000. Budidaya Udang
Putih. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rasyaf, M. 1995. Beternak Itik Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
H, Nurul. 2009. Kiat Menghindari Penurunan Produksi Telur Itik Akibat Stress.
Diakses Senin, 26 November 2012
H,
yosi. 2012. Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik.
Diakses Senin, 26 November 2012
Kopnaci.2011. Istilah Pertumbuhan..
Diakses
Senin, 26 November 2012.
Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik.
Pelatihan Proyek Pengembangan Agribisnis Peternakan. Jakarta: Dinas
Peternakan DKI Jakarta.
NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1994. Nutrient Requirement of Poultry.
National Academy Press, Washington, D.C.
LAMPIRAN
Tabel 1. Kandungan
nutrisi pakan yang digunakan dalam pembuatan ransun
Bahan Pakan
|
Kandungan Nutrisi
|
|||||||
EM
|
PK
|
LK
|
SK
|
Ca
|
P
|
met
|
lys
|
|
H.Bulu Ayam
|
2360
|
79,88
|
3,3
|
0,5
|
0,28
|
0,71
|
0,59
|
2,49
|
H.Tepung Udang
|
3000
|
31
|
0
|
11,49
|
13
|
14
|
0,57
|
1,5
|
B. Kelapa Sawit
|
1410
|
14,112
|
11,903
|
10,72
|
0,1
|
0,62
|
0,3
|
0,55
|
Onggok
|
2755,9
|
1,9
|
0
|
9,71
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dedak
|
2400
|
9,6
|
7,9
|
6,7
|
0,2
|
0,1
|
0
|
0
|
Minyak
|
8600
|
0
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Methionin
|
5020
|
58,6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
99
|
0
|
Lysin
|
3990
|
95,6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
78,8
|
CaCo3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
40
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 2. Susunan ransum pada minggu pertama
Bahan Pakan
|
Imbangan (%)
|
Kandungan Nutrisi (%)
|
Kebutuhan
Pakan Itik (g)
|
|||||||||
EM
|
PK
|
LK
|
SK
|
Ca
|
P
|
met
|
lysn
|
pkn/8e/hr
|
pkn/8e/mg
|
pkn/8e/bln
|
||
H.Bulu Ayam
|
11%
|
259,6
|
8,8
|
0,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,1
|
0,3
|
132
|
924
|
3960
|
H.Tepung Udang
|
18%
|
540,0
|
5,6
|
0,0
|
2,1
|
2,3
|
2,5
|
0,1
|
0,3
|
216
|
1512
|
6480
|
B. Kelapa Sawit
|
27%
|
380,7
|
3,8
|
3,2
|
2,9
|
0,0
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
324
|
2268
|
9720
|
Onggok
|
25%
|
689,0
|
0,5
|
0,0
|
2,4
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
300
|
2100
|
9000
|
Dedak
|
14%
|
336,0
|
1,3
|
1,1
|
0,9
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
168
|
1176
|
5040
|
Minyak
|
4%
|
344,0
|
0,0
|
4,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
48
|
336
|
1440
|
CaCO3
|
1%
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,4
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
12
|
84
|
360
|
Jumlah
|
100%
|
2549,3
|
20,0
|
8,7
|
8,4
|
2,8
|
2,8
|
0,2
|
0,7
|
1200
|
8400
|
36000
|
Kebutuhan
|
100%
|
2700
|
20
|
8
|
9
|
|
|
|
|
KET: Perhitunggan
dengan menggunakan microsoft exel, satuan kandungan nutrisi diperoleh dari data
dalam tabel 1
Tabel 3. Susunan ransum pada minggu ke
2-6
Bahan Pakan
|
Imbangan
(%)
|
Kandungan Nutrisi (%)
|
Kebutuhan Pakan Itik (g)
|
|||||||||
EM
|
PK
|
LK
|
SK
|
Ca
|
P
|
met
|
lysn
|
pkn/8e/hr
|
pkn/8e/mg
|
pkn/8e/bln
|
||
H.Bulu Ayam
|
11,0%
|
259,6
|
8,8
|
0,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,1
|
0,3
|
132,0
|
924,0
|
3960
|
H.Tepung Udang
|
18,0%
|
540,0
|
5,6
|
0,0
|
2,1
|
2,3
|
2,5
|
0,1
|
0,3
|
216,0
|
1512,0
|
6480
|
B. Kelapa Sawit
|
11,8%
|
166,4
|
1,7
|
1,4
|
1,3
|
0,0
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
141,6
|
991,2
|
4248
|
Onggok
|
19,6%
|
540,2
|
0,4
|
0,0
|
1,9
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
235,2
|
1646,4
|
7056
|
Dedak
|
36,0%
|
864,0
|
3,5
|
2,8
|
2,4
|
0,1
|
0,0
|
0,1
|
0,2
|
432,0
|
3024,0
|
1296
|
Minyak
|
3,3%
|
283,8
|
0,0
|
3,3
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
39,6
|
277,2
|
1188
|
CaCO3
|
0,3%
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,1
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
3,6
|
25,2
|
108
|
Jumlah
|
100%
|
2653,94
|
19,86
|
7,91
|
7,7
|
2,5
|
2,7
|
0,3
|
0,9
|
1200
|
8400
|
36000
|
Kebutuhan
|
100%
|
MIN 2700
|
20
|
8
|
Mx 9
|
3
|
|
KET: Perhitunggan
dengan menggunakan microsoft exel, satuan kandungan nutrisi diperoleh dari data
dalam tabel 1
Tabel
4. Pertambahan Bobot Tubuh
ITIK
KE-
|
BOBOT TUBUH
(Kg)
|
||||||
AWAL
|
MINGGU I
|
MINGGU II
|
MINGGU III
|
MINGGU IV
|
MINGGU V
|
MINGGU VI
|
|
1
|
1
|
1
|
1,2
|
1,5
|
1,6
|
1,3
|
1,5
|
2
|
1,1
|
1
|
1,1
|
1,5
|
1,7
|
1,2
|
1,4
|
3
|
1,1
|
1
|
1,4
|
1,7
|
1,7
|
1,5
|
1,6
|
4
|
1,1
|
1
|
1,2
|
1,6
|
1,6
|
1,4
|
1,4
|
5
|
0,9
|
1
|
1,4
|
1,6
|
1,6
|
1,4
|
1,4
|
6
|
1,2
|
1
|
1
|
1,4
|
1,3
|
1,1
|
1,2
|
7
|
1,3
|
1,2
|
1,3
|
1,5
|
1,4
|
1,2
|
1,4
|
8
|
0,9
|
1
|
1,2
|
1,5
|
1,5
|
1,2
|
1,3
|
JUMLAH
|
8,6
|
8,2
|
9,8
|
12,3
|
12,4
|
10,3
|
11,2
|
Tabel
5. Produksi telur
HARI KE-
|
MINGGU I
|
MINGGU II
|
MINGGU III
|
MINGGU IV
|
MINGGU V
|
MINGGU VI
|
1
|
0
|
0
|
1
|
4
|
5
|
4
|
2
|
0
|
0
|
1
|
4
|
4
|
5
|
3
|
0
|
0
|
1
|
2
|
6
|
5
|
4
|
0
|
0
|
1
|
5
|
6
|
3
|
5
|
0
|
0
|
0
|
5
|
2
|
5
|
6
|
0
|
0
|
1
|
4
|
4
|
3
|
7
|
0
|
1
|
1
|
6
|
6
|
1
|
JUMLAH
|
0
|
1
|
6
|
30
|
33
|
26
|
Tabel 6. Variabel pengamatan
VARIABEL
|
MINGGU KE-
|
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
|||||
PENGAMATAN
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
Konsumsi Pakan
|
6,7
|
8,4
|
12,0
|
10,8
|
10,8
|
10,8
|
59,5
|
9,9
|
(Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Produksi telur
|
0
|
1
|
6
|
30
|
33
|
26
|
96
|
16
|
(Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Bobot Tubuh (awal 8,6)
|
8,2
|
9,8
|
12,3
|
12,4
|
10,3
|
11,2
|
64,2
|
10,7
|
(kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Pertambahan B. Tubuh
|
-0,40
|
1,60
|
2,50
|
0,10
|
-2,10
|
0,90
|
2,60
|
0,43
|
PBT (Kg/8e/Mgg)
|
||||||||
Feed Conversation
|
-16,75
|
5,25
|
4,80
|
108,0
|
-5,14
|
12,0
|
108,16
|
18,03
|
Ratio (FCR)
|
||||||||
Effisiensi Ransum (%)
|
-5,97
|
19,05
|
20,83
|
0,93
|
-19,44
|
8,33
|
23,73
|
3,95
|
Perhitungan:
Pertambahan
Bobot =
B.Tubuh Minggu keX – B.Tubuh Minggu sebelumnya
Tubuh
(PBT)/mg
Feed
Conversation = Σ Konsumsi Pakan
(kg/8e/mg)
Ratio
(FCR)/mg Σ PBT
(kg/8e/mg)
Effisiensi
Ransum = Σ PBT (kg/8e/mg) X 100%
= 1/FCR x 100%
Σ Konsumsi Pakan (kg/8e/mg)
MINGGU
I
·
PBT = 8,2 kg – 8,6 kg =
-0 ,4 kg
·
FCR = 6,7kg / -0,4 g = -16,75
·
Eff.Ransum = (-0 ,4kg /6,7g)x 100% = 5,97 %
MINGGU
II
·
PBT = 9,8 kg – 8,2 = 1,6 kg
·
FCR = 8,4kg / 1,6kg = 5,25
·
Eff.Ransum = (1,6kg/8,4kg)x 100% = 19,05 %
MINGGU
III
·
PBT = 12,3 kg – 9,8kg =
2,5 kg
·
FCR = 12kg / 2,5kg =
108
·
Eff.Ransum = (2,5kg/12kg)x100% = 0,93 %
MINGGU
IV
·
PBT = 12,4 kg – 12,3 kg =
0,1kg
·
FCR = 10,8kg / 0,1kg =
4,52
·
Eff.Ransum = (0,1kg/10,8kg)x100% = 22,14 %
MINGGU
V
·
PBT =10,3kg-12,4kg = -2,1kg
·
FCR = 10,8kg/-2,1kg = -5,14
·
Eff.Ransum = (-2,1kg/10,8kg)x100% = - 19,44%
MINGGU
VI
·
PBT =11,2kg -10,3 kg = 0,9
·
FCR = 10,8kg/0,9 kg = 12
·
Eff.Ransum = (0,9kg/10,8kg)x100% = 8,33%
Comments
Post a Comment