PERFORMANS  ITIK DENGAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR RANSUM 20 %
(Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa)
                                                                                      


Oleh

Kelompok III
·   Ali Sodikin
·      Amita Juliana
·      Dani Ariestama
·      Dwi Haryanto
·      Fitria Maghfiroh
·      Fitri Yuwanda
·      Laras Gusniarti
·      Lisa Hayuni
·      Jenny Marthika
·      Miftahudin
·      Nia Yuliyanti
·      Widi astomo

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa ini disusun berdasarkan tugas terstruktur yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui performans itik dengan kandungan protein kasar ransum 20 %.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu, baik dalam analisis data maupun penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ir. Dr. Rudy Sutrisna, M.S...selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa,  Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2.      Rekan-rekan kelompok  III (Tiga)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekuranan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan semua orang yang membacanya.

Bandar Lampung, 29 November 2012

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum            : Performans Itik dengan Kandungan Protein Kasar
  Pakan 20 %
Tempat Praktikum        : Kandang, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
                                      Universitas Lampung
Tanggal Praktikum        : 1 – 29 Oktober 2012
Kelompok                    : III (Tiga)
Nama                          :-Nia Yuliyanti                                       -Amita Juliana
-Miftahudin                                           -Dani Ariestama
-Fitria Maghfiroh                                  -Fitri Yuwanda
-Dwi Haryanto                                     -Lisa Hayuni
-Jenny Marthika                                   -Laras Gusniarti
-Ali Sodikin                                          -Widi astomo
Jurusan             : Peternakan
Fakultas                       : Pertanian
Universitas                    : Universitas Lampung

Bandar Lampung, 12 Nopember 2012
Mengetahui,
      Dosen Pembimbing

  Ir. Dr. Rudy Sutrisna, M.S...
NIP.195707261986032001


































DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv

                    I.            PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang......................................................................................1
B.     Tujuan...................................................................................................2

                 II.            TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3

               III.            MATERI DAN METODA
A.     Waktu dan Tempat................................................................................5
B.     Alat Dan Bahan.....................................................................................5
C.     Cara Kerja.............................................................................................5

              IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil Praktikum.....................................................................................7
B.     Pembahasan..........................................................................................9

                 V.            KESIMPULAN.................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
LAMPIRAN

I.    PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Itik (Anas platyrhynchos) merupakan unggas yang memiliki sifat aquatik, yaitu suka dengan air dan termasuk hewan pemakan segala makanan (omonuvorus), mulai dari biji-bijian, rumput, umbi hingga hewan kecil seperti keong, ikan, serangga, dan sebagainya.
Itik memiliki potensi yang baik untuk diternakkan, selain pemeliharaannya yang mudah, itik juga lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan jenis unggas lainnya. Untuk memulai usaha peternakan itik, tentunya harus didasari pengetahuan yang cukup dibidangnya sehingga dapat memproleh produktifitas yang optimal. Dalam beternak, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah cara pemeliharaan dan pakan. Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan, karena presentasenya dapat mencapai 70%  dari biaya produksi.
Itik petelur adalah jenis unggas yang dimanfaatkan telurnya sebagai produksi utama. Kebutuhan nutrisi dalam pemeliharaan itik petelur tentunya berbeda dengan jenis pedanging. Nutrisi yang dibutuhkan itik haruslah tersedia di dalam pakan yang diberikan dan  mencukupi kebutuhan untuk hidup pokok, produksi

dan reproduksinya. Pada prinsipnya fungsi pakan untuk  memenuhi kebutuhan pokok hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta menggantikan bagian-bagian yang rusak, selanjutnya makanan untuk kebutuhan berproduksi.

Kandungan nutrisi yang paling penting untuk produksi telur pada itik adalah kandungan protein kasar, hal ini dikarenakan 13% protein dalam pakan akan digunakan untuk produksi telur dan sisanya untuk pertumbuhan.

Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami bagaimana pengaruh kandungan protein dalam pakan terhadap performa itik, pemeliharaan itik yang baik, dan pembuatan pakan sendiri dengan menyesuaikan kebutuhan nutrisinya. Sehingga  mahasiswa dibekali pengetahuan untuk dapat memulai usaha peternakan khususnya peternakan itik petelur.


B.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu:
1.      Mengetahui kebutuhan protein kasar bagi itik petelur dan performans itik menggunakan ransum dengan PK 20 %
2.      Menyusun  dan membuat ransum itik petelur
3.      Memelihara itik dengan baik, dan
4.      Mampu Menghitung pertambahan bobot tubuh, feed conversation ratio, effisiensi ransum


II.               TINJAUAN PUSTAKA

Itik petelur (Anas moscha) yaitu itik yang dibudidayakan untuk menghasilkan telur. Sifat khas itik adalah bentuk kaki yang pendek, kuat dengan jari-jari kaki dihubungkan oleh selaput renang (Ade A, 2011).
Pakan merupakan kebutuhan pokok  dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kandungan nutrisi utama yang harus tercukupi ketersediaaannya dalam pakan adalah kandungan protein, energi metabolis, lemak, Ca, dan P. (Cut M. 2011).
Tabel  Kebutuhan gizi itik petelur pada berbagai umur
GIZI
Starter (0-8 minggu)
Grower (9-20 minggu)
Layer (>20minggu)
PK (%)
17-20
15-17
17-19
EM (Kkal/kg)
3100
2700
2700
Metionin (%)
0,37
0,29
0,37
Lisin (%)
1,05
0,74
1,05
Ca (%)
0,6-1,0
0,6-1,0
2,90-3,25
P Tersedia (%)
0,6
0,6
0,6
Sumber: NRC 2004 dan Sinurat (2000)

Kebutuhan protein kasar  tergantung pada fase hidup itik. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, mengganti jaringan-jaringan yang rusak serta berproduksi. (Cipto, 2011).
Kecepatan pertumbuhan itik diukur melalui pertambahan berat tubuh (PBT) yang dapat dicapai oleh itik. PBT dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, makanan, umur, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban serta penyakit. Biasanya  PBT akan bertambah dengan peningkatan konsumsi ransum. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan selama masa pemeliharaan. Rata-rata jumlah konsumsi ransum akan meningkat saat suhu lingkungan menurun, namun jumlah konsumsi minum akan meningkat saat suhu lingkungan meningkat. (Rasyaf, 2003)
Parakkasi (1999) menyatakan bahwa penambahan protein dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sedangkan serat dalam ransum akan menurunkan bobot badan
Feed convertion ratio (FCR) atau konversi pakan adalah besarnya perubahan dari pakan yang dikonsumsi menjadi pertambahan berat badan (gain).  FCR atau rasio konversi pakan digunakan untuk menghitung efisiensi pakan pada budidaya pembesaran dan penggemukan. Nilai  FCR menunjukkan perbandingan antara jumlah  pakan yang diberikan dengan bobot yang dihasilkan  Hasil perhitungan FCR dengan angka yang kecil berarti pakan yang diberikan tersebut semakin bagus (Effendi, 2000)


III. MATERI DAN METODA

A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan dalam praktikum ini adalah pada:
Tanggal                       : 16 Oktober -  27 November 2012
Tempat                        : Kandang Itik, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

B.     Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam prakikum ini adalah Plastik, Ember, Sekop, Timbangan, Kandang, dan buku catatan itik, sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah hidrolisat tepung bulu ayam dan tepung udang, bungkil kelapa sawit, onggok, dedak, minyak, CaCo3, dan air

C.    Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah:
 C.1 Membuat Pakan

Menyiapkan semua bahan pembuatan pakan, kemudian menimbang bahan sesuai kebutuhan, bahan yang telah di timbang dicampur hingga homogen  menggunakan karung/terpal sebagai alas dengan membuat lapisan-lapisan bahan yang lebih banyak terlebih dahulu sedangkan minyak dan CaCO3 dicampurkan terakhir dan diaduk hingga homogen. (Komposisi bahan pakan terlampir)
C.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan berkelompok dengan pembuatan jadwal piket tiap harinya, mempersiapkan 8400 g ransum untuk konsumsi satu minggu dan pemberian ransum dan minum setiap hari, pagi dan sore. Pemberian  ransum ± 1200 g untuk delapan ekor perhari dengan dua kali penyajian. Menjaga kebersihan kandang itik dengan menganti alas sekam tiap awal minggu, penimbangan sisa pakan, dan bobot tubuh itik per ekor per minggu.
C.3 Perhitungan
Menghitung jumlah konsumsi pakan, feed conversation ratio, pertambahan bobot tubuh,  dan efisiensi ransum.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.                Hasil Praktikum

Hasil praktikum disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Performans itik selama pemeliharaan 6 minggu dengan kandungan protein dalam pakan 20 %
VARIABEL
MINGGU KE-
JUMLAH
RATA-RATA
PENGAMATAN
I
II
III
IV
V
VI
Konsumsi Pakan
6,7
8,4
12,0
10,8
10,8
10,8
59,5
9,9
(Kg/8e/Mgg)
Produksi telur
0
1
6
30
33
26
96
16
(Kg/8e/Mgg)
Bobot Tubuh
(awal 8,6)
8,2
9,8
12,3
12,4
10,3
11,2
64,2
10,7
(kg/8e/Mgg)
Pertambahan B. Tubuh
-0,40
1,60
2,50
0,10
-2,10
0,90
2,60
0,43
PBT (Kg/8e/Mgg)
Feed Conversation
-16,75
5,25
4,80
108,0
-5,14
12,0
108,16
18,03
Ratio (FCR)
Effisiensi Ransum
-5,97
19,05
20,83
0,93
-19,44
8,33
23,73
3,95
(%)

Ket: perhitungan terlampir

Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Bahan Makanan dalam Ransum Itik Minggu ke-1
Bahan Pakan
Imbangan (%)
Kandungan Nutrisi (%)
Kebutuhan Pakan Itik (g)
EM
PK
LK
SK
Ca
P
met
lysn
pkn/8e/hr
pkn/8e/mg
pkn/8e/bln
H.Bulu Ayam
11%
259,6
8,8
0,4
0,1
0,0
0,1
0,1
0,3
132
924
3960
H.Tepung Udang
18%
540,0
5,6
0,0
2,1
2,3
2,5
0,1
0,3
216
1512
6480
B. Kelapa Sawit
27%
380,7
3,8
3,2
2,9
0,0
0,2
0,1
0,1
324
2268
9720
Onggok
25%
689,0
0,5
0,0
2,4
0,0
0,0
0,0
0,0
300
2100
9000
Dedak
14%
336,0
1,3
1,1
0,9
0,0
0,0
0,0
0,0
168
1176
5040
Minyak
4%
344,0
0,0
4,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
48
336
1440
CaCO3
1%
0,0
0,0
0,0
0,0
0,4
0,0
0,0
0,0
12
84
360
Jumlah
100%
2549,3
20,0
8,7
8,4
2,8
2,8
0,2
0,7
1200
8400
36000
Kebutuhan
100%
2700
20
8
9






Tabel 3. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Bahan Makanan dalam Ransum Itik minggu ke 2-6

Bahan Pakan
Imbangan (%)
Kandungan Nutrisi (%)
Kebutuhan Pakan Itik (g)
EM
PK
LK
SK
Ca
P
met
lysn
pkn/8e/hr
pkn/8e/mg
pkn/8e/bln
H.Bulu Ayam
11,0%
259,6
8,8
0,4
0,1
0,0
0,1
0,1
0,3
132,0
924,0
3960
H.Tepung Udang
18,0%
540,0
5,6
0,0
2,1
2,3
2,5
0,1
0,3
216,0
1512,0
6480
B. Kelapa Sawit
11,8%
166,4
1,7
1,4
1,3
0,0
0,1
0,0
0,1
141,6
991,2
4248
Onggok
19,6%
540,2
0,4
0,0
1,9
0,0
0,0
0,0
0,0
235,2
1646,4
7056
Dedak
36,0%
864,0
3,5
2,8
2,4
0,1
0,0
0,1
0,2
432,0
3024,0
1296
Minyak
3,3%
283,8
0,0
3,3
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
39,6
277,2
1188
CaCO3
0,3%
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
3,6
25,2
108
Jumlah
100%
2653,94
19,86
7,91
7,7
2,5
2,7
0,3
0,9
1200
8400
36000
Kebutuhan
100%
MIN 2700
20
8
Mx 9
3


Keterangan: Perhitungan terlampir
B.     Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan performans itik selama pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan secara berkelompok dengan pembagian jadwal piket dan rutin dilaksanakan selama 6 minggu. Pemberiaan pakan yang dikonsumsi itik adalah ransum hasil penyusunan kelompok menggunakan kandungan protein kasar 20% sedangkan kandungan nutrisi lainnya menyesuiakan kebutuhan nutrisi itik dari berbagai sumber sebagai literatur. Pemberian pakan ± 1,2 Kg per hari untuk 8 ekor itik dengan dua kali pemberian yakni, pagi dan sore hari. Tujuan pemeliharaan ini adalah agar itik dewasa/vase layer (>20 minggu) dapat memproduksi telur .
Menurut Yosyhombing (2012) itik yang sudah memasuki vase layer atau dewasa, yakni itik yang berumur >20 minggu membutuhkan pakan 160 – 180 gram/ekor per harinya. Sehingga jika dikonversikan kebutuhan pakan untuk satu ekor selama seminggu adalah 1120 – 1260 gram dan untuk 8 ekor itik 8,96 – 10,8 Kg.
Konsumsi pakan pada minggu pertama untuk 8 ekor itik adalah 6,7 Kg dan menyebabkan terjadinya penurunan bobot badan itik secara keseluruhan 0,1 – 0,2 Kg (bobot tubuh perminggu masing-masing itik terlampir) dengan total penurunan 0,4 Kg. Hal ini tentunya disebabkan oleh jumlah konsumsi pakan jauh dibawah kebutuhan sehingga asupan nutrisi untuk hidup pokok dan pertumbuhan tidak tercukupi. Kekurangan nutrisi dalam tubuh itik akan dilengkapi dengan pembongkaran lemak menjadi energi sehingga bobot tubuh itik mengalami penurunan. Rendahnya tingkat konsumsi pakan disebabkan itik sedang stres karena proses adaptasi terhadap perubahan pakan dan lingkungan kandangnya sebagaimana menurut Nurul (2009), Stress pada itik dipicu oleh beberapa faktor antara lain Faktor pakan dan perubahannya dan faktor kandang dan lingkungan.  Selain itu, pada minggu pertama adanya penggunaan methionin sebanyak 2% menyebabkan aroma pakan kurang disukai oleh itik, penggunaan metionin dalam pakan ini berlebih dari kebutuhannya, berdasarkan NRC (2004) dan Sinurat (2000) kebutuhan metionin untuk itik fase layer adalah 0,37 %  . Dengan turunnya bobot tubuh itik maka menghasilkan FCR dan efisiensi ransum  yang negatif yakni -16,57 dan – 5,97 % artinya dengan mengkonsumsi pakan 16,57 Kg menyebabkan penurunan bobot tubuh sebanyak 1 kg dan konsumsi pakan tidak ada yang digunakan untuk pertumbuhan.
Pada minggu kedua konsumsi pakan 8 ekor itik adalah 8,4 kg dan menghasilkan PBT (Pertambahan bobot tubuh) 1,6 kg yakni secara keseluruhan per ekor mengalami PBT 0 – 0,4 kg. Konsumsi pakan pada minggu kedua sudah normal dan menghasilkan FCR 5,25 dan effisiensi pakan 19,05 % artinya dibutuhkan 5,25 Kg pakan untuk menghasilkan 1 kg bobot tubuh dan dalam 1 Kg pakan, 190,5 gr digunakan untuk petumbuhan. Selain itu, pada akhir minggu kedua, salah seekor itik bertelur, sehingga pada minggu ini menghasilkan produksi telur 1 butir.
Pada minggu ketiga terjadi peningkatan jumlah konsumsi menjadi 12 kg dan menghasilkan PBT terbesar selama enam minggu pemeliharaan yakni 2,5 kg. Sedangkan FCR dan efisiensi ransun minggu ini adalah 4,8 dan 20,83%, artinya 20,83% dari 100% pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan dan untuk meningkatkan bobot tubuh 1 kg diperlukan 4,8 kg pakan. Selain peningkatan PBT dan efisiensi pakan yang cukup tinggi, pada minggu ini dihasilkan 6 butir telur dari 8 ekor itik, hal ini dapat disimpulkan bahwa  nutrisi untuk pertumbuhan sudah dipenuhi dan itik mulai berproduksi menghasilkan telur.
Jumlah telur meningkat menjadi 30 butir pada minggu keempat dan konsumsi pakan menjadi dalam kisaran normal yakni 10,8 kg sedangkan bobot tubuh hanya mengalami pertambahan 0,1 kg. Hal ini disebabkan nutrisi pakan terfokus dalam pembentukan telur dan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan sudah terpenuhi. FCR yang dihasilkan sanggat tinggi yakni 108 dan efisiensi ransum hanya 0,93%. Rendahnya efisiensi pakan dan tingginya FCR bukan berarti kecernaan ataupun kualitas pakan minggu ini sangat buruk, pada unggas khususnya itik petelur harus mempertimbangkan produktifitasnya. Produktifitas telur pada minggu ini cukup tinggi dengan rata-rata per itik menghasilkan 3 – 4 butir perminggu.
Pada minggu kelima, jumlah konsumsi pakan tetap yakni 10,8 kg dan bobot tubuh secara keseluruhan mengalami penurunan 2,1 kg dengan rata-rata per ekor bobot tubuhnya mengalami penurunan 0,1 – 0,3 kg. Kondisi ini tentunya menyebabkan nilai FCR dan Efisiensi pakan menjadi negatif, yaitu -5,14 dan 19,44 %. Namun, dilihat dari sisi produksi mengalami peningkatan menjadi 33 butir telur yang dihasilkan. Penurunan bobot tubuh kemungkinan disebabkan terjadinya pembongkaran cadangan makanan tubuh untuk produksi telur.
Pada minggu keenam, jumlah konsumsi pakan stabil, yakni 10,8 dan memproduksi 26 telur. PBT pada minggu ini 0,9 kg, sedangkan FCR 12 dan effisiensi ransum 8,33 %. Jumlah produksi telur mengalami penurunan sedangkan bobot tubuh mengalami peningkatan, artinya nutrisi pakan terbagi untuk pembentukan telur dan pertumbuhannya.
Selama pemeliharaan 6 minggu menggunakan susunan pakan dengan kandungan protein kasar 20 % menghasilkan total produksi telur  96 butir, PBT total 2,6 kg dengan rata-rata FCR 18, 03 dan efisiensi ransum 3,95%. Sedangkan menurut Sinurat (2000) kandungan protein kasar yang dibutuhkan untuk itik fase layar (>20 minggu) adalah 17 – 19 %. Dengan demikian pakan yang diberikan sudah lebih dari cukup untuk itik berproduksi menghasilkan telur, namun dalam kenyataannya produksi telur belum optimal seperti yang diharapkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, terjadi beberapa kali telat dalam pemberian pakan (tidak tepat waktu) dan besaran pemberian pakan tidak riil nilainya hanya berdasarkan perkiraan selain itu dapat disebabkan karena petugas pemberi pakan berubah-ubah sehingga itik dapat mengalami stres karena perbedaan cara perlakuan dan juga campuran pakan tiap minggunya yang tidak homogen akan memperbesar kemungkinan perubahan komposisi dan keseragaman pakan.







V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Kebutuhan protein kasar untuk itik fase layer  (>20 minggu) adalah 17 – 19%
2.        Pakan dengan PK 20% selama 6 minggu  menghasilkan produksi telur 96 butir dan PBT total 2,6 kg
3.        Penambahan metionin yang tinggi menyebabkan pakan mudah tengik dan busuk sehingga tidak disukai itik dan menurunkan jumlah konsumsi kebutuhan metionin fase layer adalah 0,37 %.
4.           Faktor-faktor yang paling mempengaruhi jumlah konsumsi pakan adalah tingkat stres, faktor pakan dan perubahannya serta faktor kandang dan lingkungan
5.         Produksi telur akan meningkat pada batas tertentu kemudian mengalami penurunan. Rata-rata bobot tubuh meningkat tiap minggunya dan pada saat produksi telur tertinggi menyebabkan penurunan bobot tubuh.
6.        Semakin tinggi nilai persentase effisiensi pakan artinya semakin tinggi penggunaan pakan oleh tubuh itik untuk pertumbuhannya, nilai FCR  dan efisiensi pakan terbaik pada minggu yakni 4,8 dan 20,83%



DAFTAR PUSTAKA

           
A, Ade. 2011. Ternak Itik intensif.
Diakses Senin, 26 November 2012
Cut, M.2011. Meramu Pakan Itik. http://carabudidaya.com/meramu-pakan-itik/
Diakses Senin, 26 November 2012

Cipto, 2011. Beternak Itik. http://far71.wordpress.com/pakan-itik/
Diakses Senin, 26 November 2012

Effendi, F. 2000. Budidaya Udang Putih. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rasyaf, M. 1995. Beternak  Itik Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
H, Nurul. 2009. Kiat Menghindari Penurunan Produksi Telur Itik Akibat Stress.
Diakses Senin, 26 November 2012
H, yosi. 2012. Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik.
Diakses Senin, 26 November 2012

Kopnaci.2011. Istilah Pertumbuhan..
Diakses Senin, 26 November 2012.

Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan Proyek Pengembangan Agribisnis Peternakan. Jakarta: Dinas Peternakan DKI Jakarta.

NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press, Washington, D.C.







LAMPIRAN

 KOMPOSISI DAN KANDUNGAN PAKAN, PBT,FCR, EFF.RANSUM, DAN PRODUKSI TELUR

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan dalam pembuatan ransun
Bahan Pakan
Kandungan Nutrisi
EM
PK
LK
SK
Ca
P
met
lys
H.Bulu Ayam
2360
79,88
3,3
0,5
0,28
0,71
0,59
2,49
H.Tepung Udang
3000
31
0
11,49
13
14
0,57
1,5
B. Kelapa Sawit
1410
14,112
11,903
10,72
0,1
0,62
0,3
0,55
Onggok
2755,9
1,9
0
9,71
0
0
0
0
Dedak
2400
9,6
7,9
6,7
0,2
0,1
0
0
Minyak
8600
0
100
0
0
0
0
0
Methionin
5020
58,6
0
0
0
0
99
0
Lysin
3990
95,6
0
0
0
0
0
78,8
CaCo3
0
0
0
0
40
0
0
0


Tabel 2. Susunan ransum pada minggu pertama
Bahan Pakan
Imbangan (%)
Kandungan Nutrisi (%)
Kebutuhan Pakan Itik (g)
EM
PK
LK
SK
Ca
P
met
lysn
pkn/8e/hr
pkn/8e/mg
pkn/8e/bln
H.Bulu Ayam
11%
259,6
8,8
0,4
0,1
0,0
0,1
0,1
0,3
132
924
3960
H.Tepung Udang
18%
540,0
5,6
0,0
2,1
2,3
2,5
0,1
0,3
216
1512
6480
B. Kelapa Sawit
27%
380,7
3,8
3,2
2,9
0,0
0,2
0,1
0,1
324
2268
9720
Onggok
25%
689,0
0,5
0,0
2,4
0,0
0,0
0,0
0,0
300
2100
9000
Dedak
14%
336,0
1,3
1,1
0,9
0,0
0,0
0,0
0,0
168
1176
5040
Minyak
4%
344,0
0,0
4,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
48
336
1440
CaCO3
1%
0,0
0,0
0,0
0,0
0,4
0,0
0,0
0,0
12
84
360
Jumlah
100%
2549,3
20,0
8,7
8,4
2,8
2,8
0,2
0,7
1200
8400
36000
Kebutuhan
100%
2700
20
8
9





KET: Perhitunggan dengan menggunakan microsoft exel, satuan kandungan nutrisi diperoleh dari data dalam tabel 1



Tabel 3. Susunan ransum pada minggu ke 2-6


Bahan Pakan
Imbangan (%)
Kandungan Nutrisi (%)
Kebutuhan Pakan Itik (g)
EM
PK
LK
SK
Ca
P
met
lysn
pkn/8e/hr
pkn/8e/mg
pkn/8e/bln
H.Bulu Ayam
11,0%
259,6
8,8
0,4
0,1
0,0
0,1
0,1
0,3
132,0
924,0
3960
H.Tepung Udang
18,0%
540,0
5,6
0,0
2,1
2,3
2,5
0,1
0,3
216,0
1512,0
6480
B. Kelapa Sawit
11,8%
166,4
1,7
1,4
1,3
0,0
0,1
0,0
0,1
141,6
991,2
4248
Onggok
19,6%
540,2
0,4
0,0
1,9
0,0
0,0
0,0
0,0
235,2
1646,4
7056
Dedak
36,0%
864,0
3,5
2,8
2,4
0,1
0,0
0,1
0,2
432,0
3024,0
1296
Minyak
3,3%
283,8
0,0
3,3
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
39,6
277,2
1188
CaCO3
0,3%
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
3,6
25,2
108
Jumlah
100%
2653,94
19,86
7,91
7,7
2,5
2,7
0,3
0,9
1200
8400
36000
Kebutuhan
100%
MIN 2700
20
8
Mx 9
3


KET: Perhitunggan dengan menggunakan microsoft exel, satuan kandungan nutrisi diperoleh dari data dalam tabel 1


Tabel 4. Pertambahan Bobot Tubuh
ITIK
 KE-
BOBOT TUBUH (Kg)
AWAL
MINGGU I
MINGGU II
MINGGU III
MINGGU IV
MINGGU V
MINGGU VI
1
1
1
1,2
1,5
1,6
1,3
1,5
2
1,1
1
1,1
1,5
1,7
1,2
1,4
3
1,1
1
1,4
1,7
1,7
1,5
1,6
4
1,1
1
1,2
1,6
1,6
1,4
1,4
5
0,9
1
1,4
1,6
1,6
1,4
1,4
6
1,2
1
1
1,4
1,3
1,1
1,2
7
1,3
1,2
1,3
1,5
1,4
1,2
1,4
8
0,9
1
1,2
1,5
1,5
1,2
1,3
JUMLAH
8,6
8,2
9,8
12,3
12,4
10,3
11,2

Tabel 5. Produksi telur
HARI KE-
MINGGU I
MINGGU II
MINGGU III
MINGGU IV
MINGGU V
MINGGU VI
1
0
0
1
4
5
4
2
0
0
1
4
4
5
3
0
0
1
2
6
5
4
0
0
1
5
6
3
5
0
0
0
5
2
5
6
0
0
1
4
4
3
7
0
1
1
6
6
1
JUMLAH
0
1
6
30
33
26

Tabel 6. Variabel pengamatan
VARIABEL
MINGGU KE-
JUMLAH
RATA-RATA
PENGAMATAN
I
II
III
IV
V
VI
Konsumsi Pakan
6,7
8,4
12,0
10,8
10,8
10,8
59,5
9,9
(Kg/8e/Mgg)
Produksi telur
0
1
6
30
33
26
96
16
(Kg/8e/Mgg)
Bobot Tubuh (awal 8,6)
8,2
9,8
12,3
12,4
10,3
11,2
64,2
10,7
(kg/8e/Mgg)
Pertambahan B. Tubuh
-0,40
1,60
2,50
0,10
-2,10
0,90
2,60
0,43
PBT (Kg/8e/Mgg)
Feed Conversation
-16,75
5,25
4,80
108,0
-5,14
12,0
108,16
18,03
Ratio (FCR)
Effisiensi Ransum (%)
-5,97
19,05
20,83
0,93
-19,44
8,33
23,73
3,95

Perhitungan:
Pertambahan Bobot    = B.Tubuh Minggu keX – B.Tubuh Minggu sebelumnya
Tubuh (PBT)/mg

Feed Conversation      = Σ Konsumsi Pakan (kg/8e/mg)
Ratio (FCR)/mg                      Σ PBT (kg/8e/mg)

Effisiensi Ransum       =          Σ PBT (kg/8e/mg)         X 100%  = 1/FCR x 100%

                                        Σ Konsumsi Pakan (kg/8e/mg)                               

MINGGU I
·         PBT                 = 8,2 kg – 8,6 kg                     = -0 ,4 kg
·         FCR                = 6,7kg / -0,4 g                        = -16,75
·         Eff.Ransum     = (-0 ,4kg /6,7g)x 100%          = 5,97 %

MINGGU II
·         PBT                 = 9,8 kg – 8,2                          = 1,6 kg
·         FCR                = 8,4kg / 1,6kg                        = 5,25
·         Eff.Ransum     = (1,6kg/8,4kg)x 100%           = 19,05 %
MINGGU III
·         PBT                 = 12,3 kg – 9,8kg                    = 2,5 kg
·         FCR                = 12kg / 2,5kg                         = 108
·         Eff.Ransum     = (2,5kg/12kg)x100%             = 0,93 %

MINGGU IV
·         PBT                 = 12,4 kg – 12,3 kg                 = 0,1kg
·         FCR                = 10,8kg / 0,1kg                      = 4,52
·         Eff.Ransum     = (0,1kg/10,8kg)x100%          = 22,14 %

MINGGU V
·         PBT                 =10,3kg-12,4kg                       = -2,1kg
·         FCR                = 10,8kg/-2,1kg                       = -5,14
·         Eff.Ransum     = (-2,1kg/10,8kg)x100%         = - 19,44%

MINGGU VI
·         PBT                 =11,2kg -10,3 kg                     = 0,9
·         FCR                = 10,8kg/0,9 kg                       = 12
·         Eff.Ransum     = (0,9kg/10,8kg)x100%          = 8,33%


Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

BIOSECURITY DAN LAYOUT KANDANG