istilah pakan


A.     Soya bean MealSoya Bean Meal(SBM)adalah produk sampingan dari proses pengolahan minyak kedelai. Dalam proses pembuatan minyak kedelai, yang diambil hanyalah sedikit bagian dari kedelai, dan sisanya diolah menjadi bentuk bungkil dengan menggiling ampas kedelai yang dihasilkan, sehingga menjadi seperti bubuk kasar yang kita kenal dengan SBM atau Soya Bean Meal.
Soya Bean Mealmengandung protein kasar tertinggi (sekitar 44 – 45%) dibandingkan pakan dari biji – bijian pada umumnya. Komposisi nutrisi ditentukan oleh jumlah serpihan kulit ari, atau sekam yang ditambahkan ke dalam ampas serta sisa minyak yang masih tertinggal. Soya Bean Meal juga mengandungberbagai macam asam amino esensial, dan merupakan merupakan sumber lisin, metionin, isoleusin, leusin, arginine, glisin, dan treonin.Indian SBM – Protein 47.11% ; Fibre 5.89% ; fat 1.05% ; sand/silica 1.32%, moisture 11.81%
Selain karena tingginya kandungan protein, konsistensi kandungan nutrisi dan ketersediaannya sepanjang tahun membuat Soya Bean Meal menjadi produk unggulan. Karena para peternak menginginkan pakan dengan energi tinggi, Soya Bean Meal juga memiliki nilai lebih, karena tidak ada pakan protein dari tanaman yang mengandung protein lebih tinggi dari Soya Bean Meal. Ditambah lagi, tidak ada pembatasan jumlah penggunaan Soya Bean Meal untuk pakan ternak. Hal inilah yang membuat Soya Bean Meal menjadi bahan baku utama penyusun ransum ternak.Soya Bean Meal untuk pakan ternak bisa mencapai 15 – 20%.
DDGS- protein 27.2% ; Fat 10.8% ; Fibre 6.1% ; Moisture 10.2%
Arg SBM- Protein 46.64% ; Fibre 3.49% ; sand/silica 0.13% ; moisture 10.56%
Indian SBM – Protein 47.11% ; Fibre 5.89% ; fat 1.05% ; sand/silica 1.32%, moisture 11.81%
MBM- Protein 53.6% ; Fat 12.5% ; ash 24.7%; cure fibre 2.7% ; pepsin digest 89.3% ; phosphorus 4.03% ; moisture 6%
B.     Corn Gluten Meal (CGM)
CGM merupakan salah satu bahan pakan sumber protein tinggi yangmempunyai kandungan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan ayam broiler dan sudahlazim dan sering digunakan peternak dalam ransum unggas.

Corn Gluten Meal (CGM) adalah sisa dari penggilingan jagung dalam prosesproduksi pati dan sirup jagung, yang merupakan residu dari pemisahan pati danlembaga jagung kemudian dikeringkan (P fost, 1976). CGM sangat kaya denganprotein (60%) sehingga dapat bersaing dengan protein hewani (Amrullah, 2003),dengan demikian tepung ikan dapat digantikan oleh CGM mengingat kedua bahan
tersebut merupakan sumber protein dan harga CGM saat ini harganya lebih murahdibandingkan tepung ikan.

CGM selain sebagai sumber energi jugaberperan sebagai sumber protein. Kandungan protein kasar CGM lebih tinggidibandingkan dengan tepung ikan, yaitu sebesar 62%. CGM adalah hasil ikutanproses penggilingan jagung secara basah dari jagung yang digunakan dalam industrisirup kaya fruktosa. Karena dari bagian pati dan lembaga yang menghasilkan energidipisahkan, maka hasil ikutan yang tersisa adalah bagian yang banyak mengandungprotein. CGM sangat kaya dengan protein sehingga bersaing dengan protein hewani(Amrullah, 2003).

Corn Gluten Meal berasal dari Shogon, Cina. Protein yang terkandung dalam bahan ini pada saat musim dingin minimal 58 %. Kadar air dalam bahan pakan ini adalah mancapai 12 % sedangkan kadar lemaknya maksimal 2 % dan kadar abunya 2 %

Menurut Ensminger (1990) CGM sudah lama diproduksi untuk bahanmakanan ternak dengan mengandung rata -rata protein kasar sekitar 43% - 70%, danrendah akan lysine dan tryptophan. CGM diperoleh dengan memisahkan glutendengan starch (pati) menggunakan mesin separator yang prinsip kerja pemisahannyaberdasarkan berat jenis cairan. Indartono (2003a), menyatakan bahwa CGM adalahbahan baku pakan ternak yang merupakan hasil ikutan dari pengolahan tepungjagung. Harganya yang kompetitif, menyebabkan sebagian besar pabrik pakan ternakdi Indonesia menggunakan bahan baku pakan ini. CGM cocok digunakan untukpakan ternak unggas dan ikan. CGM mengandung protein kasar dan energi metabolisyang tinggi, tetapi sangat sedikit mengandung asam amino lysine dan mudahterkontaminasi racun aflatoxin. Proses pembuatan CGM, yakni melalui prosespenggilingan, menghasilkan produk yang seragam. Penyimpanan tepung tersebutmengakibatkan kehilangan zat warna xanthophylls.

Bila disimpan dalam jangka waktu terlalu lama, CGM akan mengeras danberjamur, oleh karena itu CGM sebaiknya berkadar air di bawah 12% (Indartono,
2003b), batas maksimum penggunaan CGM dalam ransum broiler adalah 20% daritotal formulasi ransum (Amrullah, 2003).

Zat Nutrisi
CGM
TEPUNG IKAN
Bahan Kering (%)1
90
93
Kadar Air (%)1
10
7
Energi Metabolis (kkal/kg)2
60
62
Protein Kasar (%)2
60
61
Serat Kasar (%)2
2,0
1,0
Kalsium(%)2
-
5,5
Phospor Tersedia (%)2
0,2
2,8
Lisin (%)2
9,4
5,0
Methionin (%)2
1,8
1,8
Leusin (%)2
9,4
5,0
Isoleusin (%)2
2,9
3,6
Phenilalanin (%)2
4,5
2,7
Tirosin (%)2
2,4
2,0
Valin (%)2
3,7
3,4
Cistein (%)2
0,9
0,91
Sumber :
1. Pfost (1976)
2. Scott et al.,

C.     Tepung bulu (feather meal)
Para peneliti ini memanfaatkan limbah seperti, bulu, darah dan jeroan untuk diubah menjadi energi. Sebelumnya, limbah tersebut diproses dalam temperatur uap yang tinggi untuk menciptakan apa mereka sebut sebagai feather meal atau bubuk bulu. Feather meal digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk, karena kendungan protein dan nitrogen yang tinggi. Namun yang membuat feather meal berpotensi menjadi energi alternatif adalah kandungan lemaknya. Untuk mengekstrak lemak ini para ilmuwan menggunakan air rebusan dan kemudian memprosesnya menjadi biodiesel.
Feather Meal dan Hydrolized Feather Meal atau yang disebut dengan tepung bulu terbuat dari bulu unggas yang dihidrolisis dibawah panas dan tekanan tinggi dan kemudian digiling
Buluayammengandung protein kasarsekitar 80-91 % daribahankering (BK)melebihikandungan protein kasarbungkilkedelai 42,5 % dantepungikan 66,2 %
Pemanfaatanlimbahbuluayamsebagaisumber protein broiler diyakinimampumeminimalkandampaklingkungandarilimbahbuluayamdanmenciptakanramahlingkunganindustripeternakan.
D.    Dried Distiller Grain with Soluble (DDGS)
DDGS merupakan produk utama yang dipasarkan di dalam negeri. Beberapa pabrik etanol relatif baru dirancang dan dibangun tanpa alat pengering. Akibatnya, sekitar 40% dari Distillers butir dengan solubles dipasarkan sebagai produk basah untuk digunakan dalam operasi dan susu sapi feedlots. Sisanya 60% dari Distillers butir dengan solubles adalah kering (DDGS) dan dipasarkan di dalam negeri dan internasional untuk digunakan dalam susu, daging sapi, babi dan unggas feed. Ekstrak jagung terfermentasi (corn steep liquor). Ekstrak jagung terfermentasi memiliki bobot 50% dari bobot keringnya, dimana kadar proteinnya mencapai 25%. Produk ini biasanya dikombinasikan dengan corn gluten feed atau dijual terpisal sebagai protein cair untuk pakan sapi. Ekstrak jagung terfermentasi memiliki kadar vitamin B dan mineral yang baik .DDGS- protein 27.2% ; Fat 10.8% ; Fibre 6.1% ; Moisture 10.2%.
E.     Meat Bone Meal (MBM)
Kebutuhan kalsium dan fosfor yang terpenting untuk pertumbuhan dan produksi telur ini dipenuhi dari tepung tulang. Tepung tulang bercapur daging (Meat dan Bone meal) yang mempunyai kandungan kalsium 31,0 %, fosfor 14,5 % dan protein 6,5 %. Tepung tulang semacam ini telah melalui proses penguapan panas dikeringkan lalu digiing. MBM- Protein 53.6% ; Fat 12.5% ; ash 24.7%; cure fibre 2.7% ; pepsin digest 89.3% ; phosphorus 4.03% ; moisture 6%.



Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK