ANALISIS DATA
TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN REKORDING YANG DIBUDIDAYAKAN OLEH PETERNAK
(Tugas
Terstruktur 1 Dasar Pemuliaan Ternak)
OLEH:
KELOMPOK
1
Depo
Kurniawan Abka 11141410
Dhimas
Angger K 0914061030
Nia
Yuliyanti 1114141054
Widi
Astoromo 10
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan laporan Dasar Pemuliaan Ternak dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Laporan
Dasar Pemuliaan Ternak ini disusun berdasarkan tugas terstruktur yang diberikan
kepada mahasiswa untuk mengetahui kolekting ternak yang dibudidayakan oleh
peternak. Ternak yang akan dianalisis rekordingnya adalah sapi perah jenis
Frisian Hollan.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu, baik dalam
analisis data maupun penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu
IR. Idalina Harris, M.S. selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar Pemuliaan
Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung
2. Kelompok
Ternak Lembu Poang, Metro, sebagai Narasumber
3. Rekan-rekan
kelompok 1 (satu)
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekuranan. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan
semua orang yang membacanya.
Bandar
Lampung, 04 Oktober 2012
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Laporan
: Analisia
Data Ternak Sapi Perah Berdasarkan
Rekording Yang Dibudidayakan Oleh Peternak
Tempat
kunjungan
: Kelompok Tetnak Lembu Poang Desa Purwoasri
Metro Utara
Tanggal kunjungan
:22 September 2012
Kelompok
: 1 (satu)
Nama
: Depo Kurniawan Abka (11141410 )
Dhimas Angger Kusuma (0914061030)
Nia Yuliyanti (1114141054)
Widi Astoromo (10 )
Jurusan : Peternakan
Fakultas
: Pertanian
Universitas :Universitas
Lampung
Bandar
Lampung, 04 Oktober 2012
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
IR. Idalina Harris, M.S
195205301997102001
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR.......................................................................................ii
HALAMAN
PENGESAHAN..........................................................................iii
DAFTAR
ISI.....................................................................................................iv
I.
PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar
Belakang............................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................2
II.
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
III.
METODE KERJA...........................................................................5
A. Waktu
dan Tempat.....................................................................5
B. Cara
Kerja...................................................................................5
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................6
A. Hasil............................................................................................6
B. Pembahasan................................................................................7
V.
KESIMPULAN...............................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................12
LAMPIRAN.....................................................................................................13
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sapi perah adalah jenis
hewan ternak yang dikembangkan untuk produktifitas susu sebagai tujuan
utamanya. Pengembangan peternakan, khususnya sapi perah di Indonesia mesih
belum produktif.
Sistem peternakan sapi perah
yang ada di Indonesia umumnya masih berupa jenis peternakan rakyat yang hanya
berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional.
Keberhasilan usaha
peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di
bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management).
Namun, ketiga bidang tersebut belum teraplikasi dengan baik oleh para peternak
sapi perah di Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia
berkualitas dibidang peternakan sapi perah, serta kurangnya informasi dan
kreatifitas peternak.
Pada kesempatan ini, Mata
kuliah Dasar Pemuliaan Ternak mengadakan tugas terstruktur kunjungan lapang ke
peternakan sapi perah milik rakyat untuk mengetahui sistem rekording yang
digunakan oleh peternak tradisional dalam memanajemen pemeliharaan sapi perah. Peternakan
sapi perah yang dikunjungi adalah peternakan sapi perah Lembu Poang, desa Purwo Asri, 28 Metro Utara.
Sejarah peternakan sapi
perah di kelurahan Purwo Asri ini dirintis oleh Bapak Nugroho sejak tahun 2002,
dan saat ini diketuia oleh Bapak Suwondo. Jenis sapi perah yang dikembangkan
adalah jenis Sapi Friesian Hollan atau lebih dikenal dengan
istilah FH yang berasal dari Malang, Jawa Timur.
B.
Tujuan
Tujuan diadakannya tugas terstruktur
kunjungan lapang ke peternakan sapi perah ini diantaranya adalah agar mahasiswa
1.
Mengetahui tempat-tempat peternakan
sapi perah rakyat, khususnya di Lampung.
2.
Mengetahui dan memahami
manajemen pemeliharaan sapi perah yang ada di peternakaan rakyat.
3.
Mampu menganalis data dan informasi yang
diperoleh dari peternak sapi perah rakyat.
11. TINJAUAN PUSTAKA
Ternak perah
adalah ternak yang dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat
mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya
sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada antara lain
sapi perah, kambing perah dan kerbau perah. Ternak perah diperlihara khusus
untuk diproduksi susunya. (Suryanto, et.al.
1988)
Friesian Holland sering dikenal dengan
nama Frisien Irgistein atau disingkat FH. Sapi ini berasal dari negara Belanda.
Jenis sapi ini dapat dikenali dengan cepat dari warnanya yaitu putih dan hitam
atau merah serta produksi susunya yang tinggi. Berat pedet yang baru lahir
dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan tinggi 58
inchi.
Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan, jika berat badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali melahirkan antara 24-27 bulan. Lama kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan lama produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di Amerika 8.000 liter dengan lemak 330 kg dan protein 275 kg per ekor per tahun. Di Indonesia produksi susu masih rendah, pertahun berkisar 3.000 liter. (Jauzanoey, 2011)
Bobot badan sapi betina dewasa
yang ideal adalah 628 kg, sedangkan yang jantan dewasa bobotnya 1000 kg. Sapi
FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi, dibandingkan bangsa-bangsa
sapi perah lainya, dengan kadar lemak susu yang rendah. Produksi susu rata-rata
di Amerika Serikat 7245 kg/laktasi dan kadar lemak 3,65%, sedangkan di
Indonesia produksi susu rata-rata per hari 10 liter/ekor. (Sutardi et
al, 1979)
Bobot lahir pedet sapi FH
berkisar 30-50 kg (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). Menurut Parakkasi (1999),
bobot lahir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa, bobot induk, umur induk,
dan lama kebuntingan. Anak sapi yang baru lahir memiliki empat bagian perut,
tetapi hanya abomasum yang dapat berfungsi.
Anonim (2010) menyebutkan bangsa
sapi FH murni warna bulunya hitam dan putih atau merah dan putih dengan
batas-batas warna yang jelas. Sapi FH baik untuk menghasikan daging (beef)
karena tumbuhnya cepat dan menghasilkan karkas sangat baik. Bobot lahir anak
sapi tinggi yaitu 43 kg, tambahan lain warna lemak daging putih, sehingga baik
sekali untuk produksi veal (daging anak sapi). Sapi FH termasuk masak
kelamin lambat, tidak seperti sapi-sapi bangsa Jersey dan Guernsey yang termasuk
masak dini.
Sapi FH termasuk bangsa sapi
yang mempunyai daya tahan terhadap panas paling rendah, sehingga iklim di
daerah pemeliharaan perlu dipertimbangkan. Cekaman panas dapat mempengaruhi
suhu tubuh dan metabolisme, sehingga dapat menimbulkan terjadinya penimbunan
panas dalam tubuh ternak. Penimbunan panas yang berlangsung terus-menerus akan
membuat proses pernapasan tinggi sehingga kebutuhan oksigen untuk metabolisme
juga tinggi. Pakan yang cukup diperlukan agar dapat mempertahankan pertumbuhan dan
produksinya (Ungerer, 1985).
Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari
keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding),
dan tata laksana (management).
III. METODE
KERJA
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat pelaksanaan kolekting data berdasarkan rekording ternak yang
dibudidayakan oleh peternak, yakni pada:
Hari,
tanggal : Sabtu, 22 September 2012
Waktu : 08.00 – 15.00 WIB
Tempat : Desa Purwo Asri, 28 Metro Utara
B.
Cara
Kerja
Tahapan
kerja dalam kolekting data rekording
ternak yang dibudidayakan oleh peternak adalah secara berkelopok mahasiswa
mengunjungi peternakan sapi perah Lembu Poang, Purwo Asri, 28 Metro Utara.
Tahap pertama, mengunjungi ketua kelompok ternak yaitu Bapak Suwondo selaku
ketua kelompok ternak, kemudian meminta izin mengamati situasi ternak sapi
perah di kandangnya. Tahap selanjutnya
melakukan wawancara kepada 3 orang peternak yang tergabung dalam kelompok
ternak sapi perah Lembu Poang berdasarkan rekomendasi dari ketua kelompok
ternak yaitu Bapak Usmanto, Giman dan Supriono. Kemudian mengisi Borang sesuai
informasi yang diperoleh dari peternak. Tahap terakhir adalah menganalisis data
yang diperoleh.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
A. Sapi
Perah (FH)
|
P1
|
P2
|
P3
|
TOTAL
|
É›
|
||||
Jenis
Kelamin
|
|||||||||
É›
(Jumlah)
|
1
|
2
|
2
|
8
|
2
|
4
|
5
|
14
|
19
|
Kondisi Fisiologis:
|
|||||||||
-
Lahir
-
Prasapih
-
Pascasapih
-
Dewasa kelamin
-
Dewasa tubuh
-
Indukan
|
1
-
-
-
-
-
|
-
-
-
1
-
1
|
-
2
-
-
-
-
|
-
-
-
1
2
5
|
2
-
-
-
-
-
|
1
-
-
-
-
3
|
3
2
-
-
-
-
|
1
-
-
2
2
9
|
4
2
-
2
2
9
|
Tipe
kelahiran
|
Tunggal
|
-
|
Tunggal
|
-
|
Tunggal
|
Tunggal
|
Tunggal
|
-
|
-
|
Bobot (kg):
-
Lahir
-
Prasapih
-
Pascasapih
-
Dewasa kelamin
-
Dewasa tubuh
-
Indukan
|
± 60-70Kg
-
-
-
-
-
|
-
-
±250 Kg
-
±350 Kg
|
-
±150 Kg
-
-
-
-
|
-
-
-
±250 Kg
±300 Kg
±350 Kg
|
± 60-70 Kg
-
-
-
-
-
|
±60-70Kg
-
-
-
-
±350 Kg
|
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
|
B. Pembahasan
Kelompok
ternak dalam Analisis ini adalah Kelompok Ternak Lembu Poang, Kelurahan Purwo
Asri, 28 Metro Utara yang dirintis oleh Bapak Nugroho sejak tahun 2002. Awal berdirinya kelompok tani ini dipelopori oleh 5 orang yang merasa
perduli pada perkembangan potensi peternakan yang ada di desa tersebut.
Langkah awal yang dilakukan adalah pendataan pekerjaan warga Kelurahan Purwo
Asri, warga yang bermata pencaharian sebagai petani dikirim ke Indramayu untuk
mengikuti pelatihan dan pendidikan di bidang sapi perah.
Pemeritah
Daerah memberikan bantuan dana kepada warga yang telah mengikuti pelatihan
sebagai salah satu bagian program pemerintah daerah di bidang pengembangan
peternakan khusunya sapi perah. Warga-warga tersebut akhirnya bergabung
membentuk kelompok tani ternak yang saat ini dikenal sebagai kelompok ternak
Lembu Poang.
Bantuan sapi pertama yang
didapatkan oleh kelompok ternak ini sebanyak 5 ekor yang didatangkan dari
Malang, Jawa Timur yang merupakan sapi perah jenis Friesian
Holland . Perkembangan peternakan sapi perah di peternakan ini terus berkembang
dari tahun ke tahun, hingga saat ini sudah ada ±50 ekor ternak sapi perah yang
dipelihara 15 peternak.
Pengisian borang quisoners dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada 3 orang peternak yang tergabung dalam kelompok ternak Lembu
Poang yakni Bapak Usmanto (P.1), Bapak Supriono
(P.2), dan Bapak Giman (P.3).
Sapi perah yang diternakan
oleh bapak Usmanto (P.1) berjumlah 3 ekor,
yakni 1 ekor jantan yang sudah lahir ± 1 bulan dengan bobot lahir ±60-
70 kg dengan tipe kelahiran tunggal dan
2 ekor betina yang 1 ekor sudah dewasa kelamin dengan bobot tubuh ± 250 kg dan
1 ekor lagi adalah indukan dengan bobot tubuh ±350 kg. Pak Usmanto tidak
memiliki rekording, data yang diperoleh didapatkan dari survei langsung untuk
melihat ternaknya dan berdasarkan ingatan dan perkiraan dari Pak Usmanto
sebagai narasumber (P.1). Keluhan yang dialami Pak Usmanto adalah sulitnya
memperoleh hijauan.
Menurut Jauzanoey (2011), Smith & Mangkoewidjojo (1988) dan Annonim
(2010), Berat pedet FH yang baru
lahir dapat mencapai 40- 50 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan
tinggi 58 inchi. Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan (dewasa kelamin)
jika berat badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali
melahirkan antara 24-27 bulan.
Berdasarkan literatur tersebut, maka bobot
lahir pedet milik Pak Usmanto jauh lebih besar dibandingkan literatur yakni mencapai 60-70 kg sedangkan literatur
berkisar 30-50 kg dan bobot dewasa
(indukan) jauh dibawah literatur yakni ±350 kg sedangkan bobot dewasa
(indukan) literatur mencapai ± 750 kg. Selain itu, bobot dewasa kelamin sapi perah milik pak Usmanto lebih rendah
dari literatur, yakni ± 250 kg sedangkan menurut literatur ± 400 kg.
Narasumber yang kedua adalah Bapak Supriono (P.2), sapi perah yang
dipelihara oleh Pak Supriono berjumlah 10 ekor, yang terdiri dari 2 jantan dan
8 betina. Kedua sapi jantan tersebut berasal dari indukan yang berbeda
(kelahiran tunggal) dan masih memasuki
masa prasapih dengan bobot tubuh ± 150 kg.
Pada hewan betina, terdiri dari 1 ekor dewasa kelamin dengan bobot tubuh
± 250 kg, 2 ekor dewasa tubuh dengan bobot ± 300 kg dan 5 ekor indukan dengan
bobot tubuh ± 350 kg.
Keadaan fisiologis dilihat dari bobot tubuh dan kelahiran, ternak sapi
perah milik Pak Supriono juga memiliki bobot tubuh yang jauh berbeda dengan
literatur. Pak Supriono juga tidak memiliki recording. Masalah yang dialami Pak
Supriono juga mengenai pakan, yakni sulitnya memperoleh hijauan saat musim
kemarau.
Narasumber yang ketiga adalah Bapak Giman (P.3), sapi perah yang
dipelihara oleh Pak Giman berjumlah 6 ekor, yang terdiri dari 2 ekor jantan dan
2 ekor betina. Kedua ekor sapi jantan tersebut diperkirakan lahir 2 bulan yang
lalu dan dilahirkan dari indukan yang berbeda (kelahiran tunggal ) dengan bobot
tubuh 60-70 kg. Pada sapi betina, 1 ekor yang baru lahir dengan bobot tubuh
60-70 kg, dan 3 ekor indukan dengan bobot tubuh ±350 kg
Sapi perah peliharaan Pak Giman juga tidak memiliki data rekording.
Menurutnya ketiga ekor pedet/anakan sapi miliknya lahir dalam waktu yang tidak
berbeda jauh, yakni sekitar 2 bulan yang lalu. Keluhan Pak Giman sama dengan
peternak lainnya yaitu sulitnya memperoleh hijauan saat musim kemarau.
Keadaan Fisiologis dlihat dari tipe kelahiran dan bobot tubuh lahir,
dewasa kelamin, dewasa tubuh dan indukan dari ketiga narasumber adalah sama.
Dengan demikian, data yang diperoleh dari ketiganya menunjukkan perbedaan
terhadap literatur yang diperoleh. Perbedaan yang begitu
besar dilihat dari bobot tubuh sapi perah peliharaan Pak Usmanto, Pak Supriono dan Pak Giman kemungkinan disebabkan
oleh beberapa hal, yakni data yang diperoleh bukanlah data yang akurat berdasarkan penimbangan, melainkan
dugaan dari peternak. Selain itu, bobot dewasa kelamin dan indukan yang lebih
rendah dari literatur mungkin disebabkan sapi perah tersebut bukan bangsa
Friesian Holland asli atau sudah mengalami persilangan dengan bangsa lain
sehingga sudah faktor genetis yang
membentuk performa tubuh sapi berbeda dari sapi FH keturunan aslinya. Faktor
lainnya juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pakan, kandang, suhu,
manajemen pemeliharaan.
Sebagaimana menurut Parakkasi (1999), bobot lahir
dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa, bobot induk, umur induk, dan lama
kebuntingan. Seharusnya semakin besar bobot lahir akan berkorelasi positif
terhadap bobot dewasa, namun pada kenyataannya di ketiga ternak narasumber
besarnya bobot lahir berkorelasi negatif terhadap bobot dewasa.
Tidak adanya data rekording peternak sapi perah tradisional, membuat data yang
diperoleh tidak akurat sehingga sulit untuk dianalisis, selain itu peternak
juga kesulitan dalam manajemen pemeliharaan tanpa adanya catatan harian atau
rekording. Hal ini pula yang mungkin menyebabkan pertumbuhan sapi perah di
kelompok ternak Lembu Poang tidak bisa dimaksimalkan produktifitasnya.
Hasil pemerahan susu dapat dijual di
penampung susu yaitu Bapak Supriono yang bertungas pengepul dan penyalur susu. Selain
pemanfaatan susunya, sapi perah di kelompok ternak ini juga dimanfaatkan
fesesnya sebagai pupuk kandang. Bagi peternak yang memiliki sapi perah ≥ 5
ekor, di tahun 2012 ini mendapatkan bantuan pembuatan BIOGAS dari feses-feses
tersebut. Hasil dari pemeliharaan sapi perah ini digunakan untuk kebutuhan
hidup peternak sehari-harinya.
Sistem manajemen yang diterapkan di
kelompok ternak Lembu Poang, selain penghasilan dari produktifitas susu, ada
pula penjualan pedet atau anakan sapi guna memenuhi biaya hidup peternak maupun
ketersediaan pakan ternak. Apabila induk melahirkan anak betina (pedet), maka
pedet betina tersebut akan dipelihara dan dibesarkan untuk kemudian dijadikan
indukan. Tapi, apabila indukan melahirkan anak jantan, maka pedet jantan
tesebut biasanya akan dijual. Hasil penjualan pedet tersebut yang akan
digunakan untuk pembelian pakan. Pakan yang biasa dibeli oleh peternak adalah
tebon jagung. Sapi-sapi perah ini hanya diberi makanan berupa hijauan, sehingga
akan mengalami kesulitan pakan ketika musim kemarau.
II.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis
dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1.
Pentingnya rekording dalam
manajemen pemeliharaan ternak, khusunya sapi perah, agar mengetahui kondisi
fisiologis yang akurat agar dapat dimanajemen dengan tepat.
2.
Kondisi fisiologis ternak
berdasarkan tipe kelahiran dan bobot tubuh dari ketika peternak adalah sama, yakni
pada pedet bobot lebih tinggi dari literatur, namun ketika memasuki masa dewasa
dan indukan, bobot tubuh jauh lebih rendah dari literatur
3.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi fisiologis ternak diantaranya faktor genetis (keturunan)
dan faktor lingkungan serta manajemen
4.
Manajemen pemeliharaan yang
dilakukan oleh kelompok ternak Lembu Poang masih sangat tradisional, tanpa adanya
rekording sehingga data dan informasi manajemen pemeliharaan sulit dianalisis.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryanto, Bambang;
Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu
Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP.
Sutardi, T dan M. Djohari. 1979. Beternak
Sapi Perah. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Annonim. 2010. Bangsa Sapi Perah. http://www.sapi-sapi-fh-ind.html
Comments
Post a Comment