PENETASAN TELUR DI HATCHERY



HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Teknologi Penetasan Unggas
Lokasi hatchery harus dipilih ditempat yang sejuk dan tenang. Hatchery harus dijaga dengan biosecurity yang ketat agar proses produksi dapat optimum. Bioseurity yang dilakukan sebelum memasuki lokasi breeding farm yang  terdiri dari unit hatchery dan unit farm harus terlebih dahulu dilakukan penyemprotan atau shower dengan menggunakan desinfektan terhadap orang, barang maupun kendaraan yang masuk melalui pos security. Penyemprotan menggunakan desinfektan ini dilakukan untuk mencegah penyakit dari luar masuk ke area hatchery
Prinsip sanitasi dalam unit hatchery terdiri dari 3S yakni sebelum, sedang, dan sesudah  proses pekerjaan harus higienis atau tersanitasi dengan baik. Sanitasi yang dilakukan sebelum memasuki gedung unit hatchery dilakukan penyemprotan dan pergantian pakaian. Sedangkan barang- barang didesinfeksi dikotak bagian luar. Pakaian bekas akan dimasukkan didalam gentong berisi air desinfektan yang berfungsi membebas hamakan pakaian agar aman digunakan kembali. Selain itu,  saat akan mendekati/ memasuki gedung harus dilakukan pencelupan kaki (dipping) di bak yang telah disediakan. Bak tersebut berisi air desinfektan untuk membersihkan kaki dari kotoran ataupun kontaminasi hama selama perjalanan menuju gedung.
Gedung hatchery merupakan tempat terakhir proses produksi di breeding farm. Gedung ini terdiri dari ruang terminal, colling room, setter room, hatcher room , wash room, ruang pull chick, ruang administrasi, dan ruang distribusi. Penempatan ruangan ini menggunakan one way system sehingga arah angin diatur dari arah yang bersih ke arah yang kotor. Setiap ruangan harus tersedia kran air, stop kontak listrik,  saluran air untuk drainase, alarm juga diperlukan untuk memperingatkan jika ada sesuatu yang berbahaya.
Berikut ini adalah ruang-ruang yang terdapat di hatchery:
1)      Ruang terminal
Ruang ini berfungsi sebagai tempat penerimaan telur dari farm serta tempat penyeleksian telur. Ruang ini dilengkapi dengan lemari fumigasi telur tetas dan exhaust fan. Menurut Ihan (2012) fungsi dari exhaust fan  adalah untuk menghisap udara di dalam ruang untuk dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan.  Seleksi telur tetas dilakukan berdasarkan bobot  yakni bobot 46—60 gram, telur yang  tidak retak, tidak pecah, bersih, kulit halus, dan tidak bertotol totol.  Telur yang terlalu kecil bobotnya ≤ 46 gram akan menghasilkan bobot DOC yang rendah  yakni ≤ 37 gram, sedangkan telur yang terlalu besar akan menghasilkan double yolk. Sebagaimana menurut Made (2012), bobot telur yang tidak seragam juga akan menurunkan daya tetas karena pemerataan panas, sirkulasi udara dan perkembangan embrio menjadi tidak seragam.
Telur yang telah diseleksi diletakkan ke tray setter yang berkapasitas 54 butir dan disusun pada kereta setter yang memiliki kapasitas 32 deret. Kontrol egg tray dan boks telur dikontrol dengan buku kontrol, egg tray yang dikirim ke farm dicelupkan dengan desinfektan terlebih dahulu.
2)      Cooling room
Biosekurity yang dilakukan di rungan ini adalah dengan menyediakan bakcuci tangan didekat pintu masuk yang berisi air desinfektan.  Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan telur tetas selama ± 24 jam sampai menunggu terpenuhinya kuota telur yang diinginkan dan jadwal setting yang direncanakan.  Suhu ruangan ini memiliki suhu rata-rata 18,30 C  dengan kelembaban 70—80%  . Ruangan ini dilengkapi dengan termometer untuk mengukur suhu ruangan, higrometer untuk mengukur kelembaban, ac untuk meratakan hawa dingin, dangan cerobong plastiknya. Selama telur tetas berada disini emrio akan dorman. Menurut Bagus (2011) telur yang dorman adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami telur sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal, keadaan ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan dini embrio telur sebelum dimasukkan ke mesin setter.
3) Setter room
Ruangan ini dilengkapi dengan exhaus fan untuk sirkulasi udara. Tekanan dalam ruangan setter  harus positif artinya  udara bersih dan masuk lebih besar dari udara yang keluar. Fumigasi ruangan setter dengan menggunakan pembersihkan dengan mengeluarkan  PK 250 gram dan formalin 500 cc selama 15—20 menit. Semua rak, egg bag, dan kereta setter dikeluarkan kemudian digosok dengan desinfektan. Menurut Santi (2013), penggunaan Formaldehyde secara luas diperusahaan penetasan telur, karena selain mudah dilakukan, juga mempunyai daya basmi terhadap mikroba yang tinggi.
4) Hatcher room
Ruang hatcher ditempati dengan beberapa dengan mesin hatcher dengan kapasitas  90.000 butir telur tetas dan dilengkapi dengan exhaus fan. Tekanan harus negarif artinya udara yang kotor keluar lebih besar daripada udara yang masuk. Mesin hatcher dan baki setelah panen dicuci dengan air bertekanan tinggi kemudian disemprot larutan air dan formalin  20cc/liter kemudian difumingasi dengan PK 250 gram dan formalin 500 cc selama 15—20 menit.
5) Pull chick room
Kebutukan ruang segar pada ruang pull chick harus sesuai jumlah panen doc/panen dan jumlah pekerja dengan. Ruangan ini dilengkapi dengan evaporating cooler yang menghembuskan udara bersih dan dacting evaporating yang menyedot udara kotor dan bulu agar tidak menyebar, pada dinding ruang pull chick dipasang cooling pad. Menurut Kurtini (2011), ruangan pull chick berfungsi sebagai tempat pelaksanaan seleksi doc, pemotongan paruh, vaksinasi marek, pengemasan doc kedalam boks, dan penyimpanan sementara sampai doc dikirim ke pelanggan. Ventilasi ruang ini harus lancar dengan suhu optimum 22 0C dengan Rh 60%.
6)      Ruang administrasi
Ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang dilengkapi dengan program-program yang disesuaikan dengan status kerja mesin yang ada. Menurut Kurtini (2011) ruang administrasi penetasan adalah ruang khusus bagian administrasi proses penetasan, pencatatan telur, anak ayam, barang-barang dan kepegawaian, dll.

7)      Ruang maintenance
Ruang ini merupakan  ruang untuk perawatan dan penggerak mesin-mesin yang ada di unit hatchery. Menurut Kurtini (2011) ruang ini selain untuk menyimpan boks yang belum digunakan, juga untuk menyimpan suku cadang mesin.
Hal- hal yang harus diperhatikan selama pross penetasan yakni:
Sebelum dimasukkan kedalam mesin setter telur harus di masukkan ke dalam ruang pre-heating untuk mencegah kondensasi dan mencegah penurunan suhu yang terlalu tinggi, penyimpanan di cooling room selama  6—18 jam. Penempatan telur pada mesin setter disesuaikan dengan kode kandang, perencanaan, kode  setting dan tanggal setting. Tetur disusun merata dan waktu  dimesin setter 19 hari  dengan suhu 99,5—99,8 oF dengan kelembaban 85 %.
Apabila ada telur yang pecah dimasukkan ke ember khusus berisi larutan desinfektan. Emutaran dengan 45 0 kekiri kekanan membentuk sudut 90 0 cper jamnya. Turning dilakukan secara otomatis dalam mesin seter agar panas merata dan mencegah pelekatan embrio dikerabang telur. Transfer telur dilaksanakan 19 hari setelah di setter. Lama telur tetas di hatcher selama 2 hari dengan suhu 98,5—99 oF dan kelembaban 85— 90 %.
Sebelum dimasukkan ke hather dilakukan candling untuk memisahkan telur fertil dan infertil dengan menggunkan meja kaca yang dibawahnya dilengkapi dengan lampu. Telur yang fertil diletakkan pada baki hatcher dan yang infertil pada tray khusus.
Saat telur mulai menetas diberi formalin 800cc/mesin agar DOC yangdihasilkan lebih kuning dan lebih menarik, kegiatan pullchick dilakukan pada hari 21 dan pengeluaran DOC saat  kondisi 5 % masih basah bulu leher, karena apabila terlalu lama di hatcher, DOC akan menglami dehidrasi, kerdil dan abnormal. Kemudian tray yang berisi DOC yang sudah menetas di bawa ke ruang panen dan dipindakkan ke boks.
Sisa penetasan berupa kerabang telur, telur yang tidak menetas dibawa ke tempat pembuangan limbah. Setelah semua kegiatan selesai semua peralatan dibersihkan. DOC yang menetas diseleksi diruang packing. Seleksi DOC dilakukan berdasarkan kelincahan, bobot tubuh dan mata jernih.  DOC dengan kualitas jelek seperti kepala kecil, paruh pendek,  tidak punya sayap, mata satu, dan kerdil, di caling dan tidak layak jual. DOC yang layak jual dipacking dan dikemas dengan 2 kemasan. Kemasan pertama menggunakan baki plastik berisi 85 ekor yang dipasarkan ke mitra peternak komersil sedangkan packing karton boks berisi 100 ekor ditamah 2 ekor untuk resiko transportasi.  Boks kardus berbentuk trapesium dengan sekat pemisah yang membagi menjadi 4 ruangan.
Apabila dilakukan sexing, maka dilakukan pemisahan jantan dengan betina. DOC jantan bulu penutup sama panjang dengan bulu primeris sedangkan betina bulu penutup lebih panjang dibandingkan bulu primer.
Packing diberi label pada kemasan boks  untuk memberi keterangan DOC yang berisi tanggal DOC menetas, jumlah atau isi kemasan, jaminan bobot atau grad DOC, nama perusahaan dan galur.
Dari ruangan packing doc dibawa keruangan distribusi. Mobil chick fan harus sudah dibersihkan dan fumigasi dengan tripel dosis, dilengkapi sekat pembatas dan harus memiliki  ventilasi. Fungsi sekat pembatas untuk menghindari goncangan terlalu besar saat pengangkutan dan ventilasi untuk ketersediaan oksigen.

B.     Perkembangan Embrio Ayam
Telur fertil memperlihatkan perkembangan pembuluh darah. Perkembangan embrio terdiri dari 3 periode, yakni:
1)      Periode Pertama, Pertumbuhan  Organ Dalam
Periode ini berlangsung pada umur 1—5 hari, dengan perkembangan sebagai berikut:
·         Hari pertama: pembesaran embrio, menurut Kurtini (2011), pada umur ini embrio belum terlihat jelas, terjadi perkembangan area pellucida dan area opaca vitellina pada germ spot, muncul primitive streak dengan poros memanjang dari tubuh embrio, sistem saluran syaraf sebagai alur syaraf, usus depan, kelompk darah dalam area opaca veitellina serta muncul sel-sel primordial seks.
·         Hari kedua: jantung mulai berdenyut (30 jam setelah inkubasi), pembuluh darah mulai tampak, cairan amnion mulai tumbuh dengan fungsinya untuk menjaga embrio dari goncangan, penguapan dan kehancuran.
·         Hari ketiga: paruh, kaki, sayap mulai terbentuk begitu pula alantois mulai berfungsi untuk proses dan mengeluaran sisa metabolisme embrio
·         Hari keempat: calon lidah mulai terbentuk. Menurut Kurtini (2011), pada umur ini sistem vasculer jelas dan mata sudah mulai terlihat dan tampak sebagai bintik gelap yang terletak di sebelah kanan jantung. Dengan mikroskop otaknnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu otak depan, tengah dan otak belakang.
·         Hari kelima: organ reproduksi mulai terbentuk, dengan mikroskop amnion dan allantois sudah terlihat, proventriculus dan gizzard terbentuk, ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.

2)      Periode II,  Pertumbuhan Jaringan Luar
Periode ini berlangsung pada umur 6 sampai 14 hari, perkembangan embrio yang terjadi adalah:
·         Hari ke-6: paruh mulai tumbuh, mata nampak menonjol, rongga dada sudah mulai berkembang, dan jantung sudah membesar
·         Hari ke-7: paruh sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata, otak dan leher mulai terbentuk, ceca mulai berkembng jari terbentuk dan vicera, gerakan tubuh jelas terlihat
·         Hari ke-8: bulu mulai tumbuh, ceca berfungsi, mata embrio sudah terlihat jelas
·         Hari ke-9: bentuk tubuh seperti burung, allantois di sekitar embrio, amnion dan yolk, lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah serta jari kakinya ulai terbentuk.
·         Hari ke-10: paruh mulai mengeras, sayap sempurna, dan folikel bulu embrio mulai terbentuk.
·         Hari ke-11: embrio sudah tampak seperti ayam, embrio semakin besar sehingga yolk semakin menyusut, paruh sudah jelas terlihat, dinding abdominal dan intestinal terlihat.
·         Hari ke-12: embrio semakin besar dan yolk semakin kecil, mata kanan mulai embuka sedikit, telinga mulai tampak, jari kaki mulai terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah.
·         Hari ke-13: kaki mulai tumbuh dan ukuran allantois mencapai maksimum
·         Hari ke 14: Aggota tubuh ayam telah lengkap, bulu hampir menuup seluruh tubuh embrio.

3)      Periode III, Pertumbuhan Membesaran Embio
Periode ini berlangsung pada umur 15 sampai 21 hari, perkembangan embrio yang terjadi adalah:
·         Hari ke-15: kaki dan cakar mulai mengeras, kepala sudah mengarah ke bagian tumpul dari telur
·         Hari ke-16: allantois lengkap menghilang, sisik, cakar, dan paruh mengeras dan bertanduk.
·         Hari ke-17: paruh menghadap keruang udara, Cairan amnion mulai menghilang dan habis pada hari ke-19
·         Hari ke-18:  cairan amnion menghilang, yolk sac siap memasuki tubuh, jari kaki, sayap, dan bulu berkembang dengan baik
·         Hari ke-19: kuning telur masuk keruang embrio dan ruang udara dipecah oleh embrio dengan paruhnya
·         Hari ke-20: kuning telur masuk semua ke dalam perut embrio. Embrio memenuhi ruang telur dan kulit telur retak
·         Hari ke-21: anak ayam menetas, ayam suda membuka kulit telurnya meskipun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya dibutuhkan waktu 12-18 jam untuk dapat keluar dari kulit telurnya.








KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dari vidio penetasan dan dari beberapa literatur, maka dapat dismpulkan bahwa:
1.      Lokasi hatchery harus dipilih ditempat yang sejuk dan tenang.  Hatchery harus dijaga dengan biosecurity yang ketat dengan  prinsip sanitasi 3S yakni sebelum, sedang, dan sesudah  proses pekerjaan harus higienis atau tersanitasi dengan baik agar proses produksi dapat optimum.
2.      Gedung ini terdiri dari ruang terminal yakni tempat penerimaan telur, colling room yakni tempat menyimpan telur tetas sementara,  setter room dan hatcher room  yakni ruang inkubasi/penetasan telur, wash room, ruang pull chick atau penanganan DOC, ruang administrasi, dan ruang distribusi.
3.      Perkembangan embrio terdiri dari 3 periode, yakni:
·         Periode I pertumbuhan  organ dalam, periode ini berlangsung pada umur 1—5 hari.
·         Periode II pertumbuhan jaringan luar, periode ini berlangsung pada umur 6 sampai 14 hari
·         Periode III pertumbuhan membesaran embio, periode ini berlangsung pada umur 15 sampai 21 hari





B.     Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis adalah:
1.      Sebelum melakukan penetasan, maka perlu diadakan pemilihan lokasi yang tepat, biosecurity yang ketat untuk menunjang produksi yang maksimum
2.      Perlunya pemahaman mengenai ruang, perlengkapan, dan fungsi dalam hatchery dan tahapan pelaksanaan yang harus dilakukan serta perlakuan kusus yang harus diperhatikan.

3.      Selain itu perlu pengetahuan mengenai penanganan DOC dan perkembangan embrio yang terjadi selama proses penetasan.

Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS