SOSPER MENENAI STRATIFIKASI/PELAPISAN MASYARAKAT
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT
(Laporan Sosiologi Pertanian)
Oleh :
Nia Yuliyanti
(1114141054)
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS LAMPUNG
2012
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat
adalah kelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup terbuka,
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut.
Interaksi
yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan suatu pandangan sosial yang
berbeda untuk setiap individu didalam masyarakat tersebut yang akan membentuk
lapisan-lapisan dan sistem status dalam masyarakat atau stratifikasi.
Istilah
stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification berasal dari kata
strata atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah
individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat
dikatakan berada dalam suatu lapisan / stratum
Masyarakat
senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal
tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari
hal-hal lainnya. Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material daripada
kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan
yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu
kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Adanya
lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau
kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat
maka masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan
masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya
kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula
didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang
dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan
kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka semakin
kompleks sistem lapisan masyarakat.
Secara
teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal
tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala
universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan
dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya
lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
Terkait
dengan uraian di atas maka untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai
stratifikasi dalam masyarakat maka di dalam makalah ini penulis akan mencoba
menguraikan bentuk lapisan yang ada dalam masyarakat.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap pembaca
atau orang lain mengenai sistem status dan pelapisan masyarakat terutama bentuk
stratifikasi masyarakat yang menjadi studi kasus dari penulis
C. Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud
dengan sistem status dan
pelapisan masyarakat
itu ?
·
Pada faktor apakah yang
menyebabkan terjadinya pelapisan masyarakat ?
·
Bagaimanakah
bentuk-bentuk pelapisan masyarakat?
·
Bagaimana sistem
pelapisan masyarakat?
·
Bagaimana kondisi
yang
mendorong
terciptanya
pelapisan masyarakat?
·
Apa unsur-unsur lapisan masyarakat?
BAB II ISI
a.
Pengertian Sistem Status
Dan Pelapisan Masyarakat
Menurut P.J.
Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu
cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu,
mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam
kehidupan anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada
di kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas
rendah.
Menurut Pitirim
A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita
ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelasyang lebih rendah dalam
masyarakat.
Sedangkan menurut Theodorson dkk, didalam Dictionary of Sociology, bahwa “Pelapisan
Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanent yang
terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat) di
dalam pembedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan. Masyarakat yang berstratifikasi
sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana lapisan bawah
adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit ke atas.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang
bersifat universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan
sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama
dalam masyarakat ada sesuatuyang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan
sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta
kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam
kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan
di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi
dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila
dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan
rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan,
seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan
wewenang.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu.
Individu-individu yang terdiri dari berbagai
latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang
terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan terjadinya kelompok sosial itu
maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata.
b. Faktor Penyebab Pelapisan Masyarakat
Stratifikasi sosial dapat
terjadi sejalan dengan prooses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat
untuk mencapai tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan oleh Karl Marx
yaitu karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial dan kepemilikan.
·
Pembagian Kerja
Jika dalam sebuah masyarakat terdapat
pembagian kerja, maka akan terjadi ketergantungan antar indivudu satu dengan
indivudu yang lain. Seorang yang sukses dalam mengumpulkan semua sumber daya
yang ada dan berhasil dalam kedudukannya dalam sebuah masyarakan akan semakin
banyak yang akan diraihnya. Sedangkan yang bernasib buruk berada diposisi yang
amat tidak menguntungkan. Semua itu adalah penyebab terjadinya stratifikasi
sosial yang berawal dari ketidaksamaan dalam kekuasaan dalam mengakses
sumberdaya.
Menurut Bierstedt (1970) dalam
Prasodjo dan Pandjaitan (2003) pembagian kerja adalah : merupakan fungsi dari
ukuran masyarakat.
1.
Merupakan syarat perlu
terbentuknya kelas.
2.
Menghasilkan ragam posisi
dan peranan yang membawa pada ketidaksamaan sosial yang berakhir pada
stratifikasi sosial.
·
Konflik Sosial
Konflik sosial disini dianggap sebagai suatu
usaha oleh pelaku- pelaku untuk memperebutkan sesuatu yang dianggap langka dan
berharga dalam masyarakat. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kekuasaan yang
lebih dibanding yang lain. Dari sinilah stratifikasi sosial lahir. Hal ini
terjadi karena terdapat perbedaan dalam pengaksesan suatu kekuasaan.
·
Hak Kepemilikan
Hak kepemilikan adalah lanjutan dari konflik
sosial yang terjadi karena kelangkaan dari sumberdaya. Maka yang memenangkan
konflik sosial akan mendapat akses lebih dan terjadi kelangkaan pada
kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut.
Setelah semua akses yang mereka dapatkan,
maka mereka akan mendapatkan kesempatan hidup (life change) dari yang lain.
Lalu mereka akan memiliki gaya hidup (life style) yang berbeda dari yang lain
serta menunjukan dalam simbol-simbol sosial tertentu.
Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2,
yaitu:
ü Terjadi
dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai
dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki
lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk
lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan
kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
ü Terjadi
dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan
sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan
secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang.
Didalam sistem organisasi yang
disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional,
merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan
harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan
pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal
).
c.
Bentuk-Bentuk Pelapisan Masyarakat
Bentuk konkrit daripada
pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang membagi pelapisan masyarakat
seperti:
1) Masyarakat terdiri dari Kelas
Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2) Masyarakat terdiri dari tiga
kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class) dan Kelas
Bawah (Lower Class).
3) Sementara itu ada pula sering
kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas
Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam satu lapisan. (Calhoun dalam
Soekanto, 1990) adalah sebagai berikut:
ü
Ukuran kekayaan,
barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisanm
teratas. Kekayaan tersebut misalnya: mobil, rumah, tanah, dan sebagainya.
ü
Ukuran kekuasaan,
barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati
lapisan atas.
ü
Ukuran kehormatan,
orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran
semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
ü
Ukuran ilmu pengetahuan,
ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan.
Para pendapat sarjana memiliki
tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori tentang pelapisan
masyarakat. seperti:
ü Aristoteles
Membagi masyarakat berdasarkan
golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.
ü Prof.Dr.Selo
Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA
Menyatakan bahwa selama
didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat
pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan menjadi bibit
yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
ü Vilfredo
Pareto
Menyatakan bahwa ada 2 kelas
yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.
ü
Gaotano Mosoa
Menyatakan bahwa di dalam
seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai
kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul
ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
ü Karl
Marx
Menjelaskan secara tidak
langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia,
pada pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki
tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya
memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
d.
Sistem
Pelapisan Masyarakat
Sifat sistem pelapisan didalam suatu
masyarakat menurut Soekanto (1990) dapat bersifat tertutup (close social
stratification) dan terbuka (open social stratification).
ü Sistem tertutup
Membatasi kemungkinan pindahnya seseorang
dalam suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas
maupun ke bawah. Didalam sistem yang demikian, satu-satunya
jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran
(mobilitas yang demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada).
Contoh masyarakat dengan sistem stratifikasi
sosial tertutup adalah masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau
masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial. Sistem pelapisan
tertutup kita temui misalnya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta yakni:
ü Kasta Brahmana : yang merupakan
kastanya golongan – golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi
ü
Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan
bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
ü
Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan
pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
ü
Kasta Sudra : merupakan
kasta dari golongan rakyat jelata
ü
Paria :adalah golongan
dari mereka yang tidak mempunyai kasta .
·
Sistem
terbuka
Masyarakat di
dalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik
lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang
atas ke lapisan yang dibawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar). Di dalam
sistem yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk
jatuh ke lapisan yang ada di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.
Sistem
yang demikian ini dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia
sekarang ini . Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan
bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi disamping itu orang juga
dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya. Status
(kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Achieve
status”. Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan
masyarakat yang terbuka sangat menguntungkan.
Sebab
setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain. Dengan
demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar dapat
meraih kedudukan yang dicita – citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka yang
tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang
bersangkutan bisa jatuh ke tangga sosial uang lebih rendah.
e.
Kondisi Yang Mendorong
Terciptanya Stratifikasi
Beberapa kondisi yang mendorong terciptanya
stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut Fernandes dkk (1997), yaitu:
· Perbedaan
ras dan budaya. Ketidaksamaan ciri biologis seperti warna kulit,
latar belakang etnis, dan budaya telah mengarah pada stratifikasi sosial
masyarakat, dibawah penguasaan kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain.
· Pembagian
tugas. Pemabagian tugas yang bersifat spesialisasi
dalam posisi-posisi dengan perbedaan fungsi stratifikasi sosial.
· Kelangkaan.
Alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau langka.
f.
Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal
yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat
menurut Soemardjan dan Soemardi dalam Soekanto (1990) adalah kedudukan
(status) dan peranan (role).
Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya, dan hak-hak serta
kewajibannya. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu:
·
Ascribeed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status dijumpai
pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal
(bangsawan, kasta).
·
Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja yang tergantung dari
kemampuan masisng-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya,
misalnya: setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan
tertentu. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu: assigned
status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status sering
memiliki hubungan erat dengan achieved status.
Peranan (role) merupakan
aspek dinamis kedudukan. Apabila ada seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannnya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.
Peranan melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyrakat merupakan unsur
statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.
BAB III PEMBAHASAN
Pada sistem status dan pelapisan masyarakat,
penulis mengambil contoh stratifikasi masyarakat yang terdapat di desa
Ciasmara, berukut hasil penelitian yang diperoleh dari sumber internet.
·
Stratifikasi masyarakat
yang terdapat pada desa Ciasmara
Masyarakat Desa Ciasmara didapat pelapisan
masyarakat yang berdasarkan teori Calhoun dan Soekanto sebagai berikut:
Ukuran
kekayaan, dilihat dari siapa yang memiliki
kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
misalnya: mobil, rumah, tanah, dan sebagainya. Di Desa Ciasmara terdapat
klasifikasi sebagai berikut :
ü
Lapisan Atas adalah anggota masyarakat yang mempunyai aset lahan
pertanian yang luas dan aset lainnya diluar pertanian (usaha jual beli emas,
kepemilikan salon dan perlengkapan pesta, juragan angkot, toko penyedia
kebutuhan sehari-hari) yaitu Pak Haji Sawa (sebagai pemilik lahan pertanian
terluas), Pak Haji Idris (pemilik alat penggilingan padi), pemilik toko emas, dll.
ü
Lapisan bawah adalah anggota masyarakat yang memiliki lahan sempit dan
atau tidak memiliki lahan sama sekali tetapi mereka hanya sebagai penggarap dan
buruh tani. keduanya hanya mengandalkan hasil dari pembagian hasil panen
(bawon). pengarap adalah petani yang tidak memiliki lahan dan mereka
mendapatkan bagi hasil dengan pembandingan 1 berbanding 5, dan petani tersebut
tidak bisa berpindah ke pengolahan lahan sawah yang lain selama satu periode
tanam. sedangkan buruh tani adalah petani yang tidak memiliki lahan dan hanya
membantu proses pengolahan sawah secara musiman pada saat yang diperlukan
misalnya pada saat panen dan pada saat musim tandur. Buruh tani tidak terikat dalam
suatu periode tanam tertentu, dan kontrak kerja mereka berakhir ketika tugas
merek selesai. Perhitungan upah kerja sebanyak 20.000 per hari buruh tani pria
dan 15.000 untuk buruh tani wanita.
Ukuran
kekuasaan, kekausaan merupakan kemampuan
seseorang mempengaruhi orang lain. Dari hasil penelitian kami barang siapa yang
memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan
atas. Di Desa Ciasmara, hal ini tercermin dari posisi anggota masyarakat dalam
pemerintah desa.
Lapisan atas merupakan orang-orang yang
mempunyai posisi yang strategis dalam struktur pemerintahan desa yaitu Bapak
Maman Firmansayah selaku kepala desa Ciasmara, beserta semua stafnya yang
meliputi sekretaris desa ( Bapak Suhada), Ketua urusan Pemerintahan (Naji Suhadi),
Kaur Pembangunan (Anung S) dll.
Kelompok masyarakat lain yang tidak memiliki
kepentingan dalam pemerintahan digolongkan ke dalam lapisan bawah yang terdiri
dari masyarakat biasa yang tidak memiliki kemampuan penganbilan keputusan
secara langsung.
Ukuran
kehormatan, orang yang paling disegani dan
dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa. yang termasuk pada golongan ini adalah Bapak Haji Amil
yang diangggap sebagai tokoh masyarakat setempat yang memiliki andil untuk
mengeluarkan pendapat yang mewakili suara masyarakat setempat.
Ukuran ilmu
pengetahuan, ilmu
pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Indikator dari ilmu
pengetahuan itu dilihat dari pendidikan yang
diselesaikan. Lapisan atas terdiri dari atas para kyai yang memimpin
pondok pesantren setempat. Terdapat beberapa kyai di desa Ciasmara salah
satunya yaitu Kyai Anin. Selain itu juga terdapat beberapa lulusan dari
perguruan tinggi yang mempunyai peran sebagai tokoh yang dianggap tinggi dari
masyarakat di sekitarnya. Mereka dianggap lebih mampu untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga dapat diajak
bekerja sama dalam pengambilan keputusan yang terjadi di desa tersebut.
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan teori dan pembahasan dalam
makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Lapisan masyarakat ( stratifikasi sosial ) adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (
secara hierarkis ). Kelas-kelas
dalam lapisan masyarakat ada tiga yaitu:
a Kelas atas.
b. Kelas
menengah.
c. Kelas
bawah.
2. Sistem
lapisan masyarakat terjadi karena dua hal yaitu:
a.
Terjadi dengan sendirinya.
b.
Terjadi dengan seengaja di susun untuk mengejar tumpuan bersama.
3.
Sifat sistem lapisan dalam suatu
masyarakat dapat bersifat tertutup ( closed
social stratification ) dan dapat bersifat terbuka ( open
social stratification ).
4. Unsur-unsur stratifikasi masyarakat adalah
kedudukan dan peranan
5. Faktor yang
menyebabkan terjadinya pelapisan masyarakat yakni:
a.
Pembagian kerja
b.
Konflik sosial
c.
Hak kepemilikan
6.
Kondisi
Yang Mendorong Terciptanya Stratifikasi, yakni
a.
Perbedaan ras dan
budaya
b.
Pembagian tugas
c.
Kelangkaan
DAFTAR
PUSTAKA
Kolopaking,
Lala M, dkk.2003. Sosiologi Umum. Bogor
: Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian IPB.
Soekanto,
Soerjono.2000.Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta :
PT RajaGrafindo
Persada.
Taufik Wartono. Tarsisius,dkk. 2000.Sosiologi XI SMU . Jakarta
:Yudhistira
/MAKALAH-SOSIOLOGI.html
Diakses pada Rabu, 23
Mei 2012. Pukul 22:19 WIB
Comments
Post a Comment