DEFISIENSI KALSIUM PADA ITIK
DEFISIENSI KALSIUM PADA ITIK
(Makalah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa)
Disusun oleh:
Nia Yuliyanti 1114141054
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah
Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa dengan judul “Defisiensi Kalsium Pada Itik”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah
ini disusun berdasarkan tugas terstruktur yang diberikan kepada mahasiswa untuk
mengetahui pengaruh defisiensi nutrisi terhadap performans unggas.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ir.
Dr. Rudy Sutrisna, M.S...selaku
dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung kepada semua pihak yang turut membantu, baik dalam analisis
data maupun dalam penyusunan makalah ini
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekuranan. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan
semua orang yang membacanya.
Bandar
Lampung, 29 November 2012
Penulis
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
Praktikum : Defisiensi Kalsium Pada Itik
Nama :Nia Yuliyanti
Jurusan : Peternakan
Fakultas
: Pertanian
Universitas
: Universitas Lampung
Bandar Lampung, 30 Nopember 2012
Mengetahui,
Dosen
Pembimbing
Ir. Dr. Rudy Sutrisna, M.S...
NIP.195707261986032001
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL..................................................................i
KATA
PENGANTAR................................................................ii
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................iii
DAFTAR
ISI..............................................................................iv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..........................................................1
B. Tujuan.......................................................................2
II.
TINJAUAN
PUSTAKA............................................3
III.
PEMBAHASAN.......................................................7
IV.
KESIMPULAN.........................................................9
DAFTAR
PUSTAKA................................................................10
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mineral merupakan pembentuk in-organik yang ada di seluruh jagad raya. mineral membantu proses kimia dan elektrik yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Proses -proses kimia dan elektrik hanya akan berfungsi dengan benar apabila keseimbangan mineral yang sesuai diberikan pada sistem. Misalnya zat besi untuk darah, belerang untuk otot, kalsium untuk tulang, dan banyak lainnya yang secara umum memberikan kelancaran fungsional tubuh makhluk hidup
Mineral
dibutuhkan untuk pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh,
fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain.
Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh
melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan.
Mineral yang diperlukan
unggas antara lain adalah Calcium, Phosphor, Iron, Manganase, Iodium, Cuprum,
Zinccum, Magnesium, Sodium Chlorin dan Kalium.
Kalsium merupakan salah satu kation yang
keberadaannya sangat berlimpah dalam tubuh unggas. Kalsium diperlukan oleh
unggas sebagai komponen esensial dalam pembentukan tulang, tulang rawan, dan esoskleton
krustasea. Oleh karena
itu dibuatlah makalah ini untuk
mengetahui pengaruh defisiensi kalsium terhadap performa itik.
B.
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah
ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui:
1. Kebutuhan kalsium untuk itik
2. Dampak defisiensi kalsium
3. Tanda-tanda defisiensi kalsium dan penanganannya.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Kalsium merupakan salah satu kation yang
keberadaannya sangat berlimpah dalam tubuh unggas. Kalsium diperlukan oleh
unggas sebagai komponen esensial dalam pembentukan tulang, tulang rawan, dan
esoskleton krustasea (H.Hertanto, 2011).
Menurut Abun (2008), Fungsi kalsium dalam tubuh unggas
adalah sebagai berikut:
a)
Kalsium sangat diperlukan dalam proses
penggumpalan darah dengan menstimulir pengeluaran thromboplastin dari plasma
darah.
b) Kalsium adalah suatu aktivator untuk
beberapa enzim seperti enzim lipase pankreatik, asam phosphatase,
cholinesterase, dan suksinik dehydrogenase.
c)
Berdasarkan peranannya sebagai aktivator enzim, kalsium menstimulir konstraksi
otot dan mengatur tranmisi impuls dari satu sel ke sel lainnya melalui
pengontrolan prosuksi acetyl cholin.
d)
Dalam membran sel, kalsium terikat kuat dengan phospholipid yang sangat
berperan dalam pengaturan membran sel dan karena itu pengambilan nutrien lebih
banyak melalui sel.
e)
Selain itu kalsium dapat menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan hasil
produksi mikroba.
f)
Fungsi lain dari kalsium antara lain menjaga integritas membran sel dan
jaringan skeletal.
Kebutuhan kalsium pada sebagain besar unggas
tercukupi oleh kemampuan unggas dalam memperoleh ion-ion tersebut secara
langsung dari lingkungannya. Kebutuhan kalsium ternak Itik menurut Yosyhombing (2012)
berbeda sesuai tahapan pertumbuhan Umur, yakni sebagai berikut:
Jenis
Nutrisi
|
Anak
(0-8mgg)
|
Dara
(9-18mgg)
|
Dewasa
>19 mgg
|
Ca(%)
|
0.60-1.0
|
0.60 – 1.0
|
2.90–3.25
|
Sedangkan menurut Nutrient Requirements of Poultry (1994) Persyaratan Itik Pekin Putih sebagai Persentase atau Unit per Kilogram dari Diet (90 persen bahan kering)
Gizi
|
Satuan
|
0 sampai 2
Minggu; 2.900 a
|
2 sampai 7
Weeks; 3.000 a
|
Pembibitan;
2.900 a
|
Kalsium
|
%
|
0.65
|
0.60
|
2.75
|
Kekurangan kalsium pada unggas dapat menyebabkan
pertumbuhan dan konversi pakan menurun, serta mineralisasi pada tulang rendah.
Kebutuhan kalsium pada unggas dipengaruhi oleh sifat kimia air tempat
pembudidayaan, ketersediaan phosphor dalam pakan, dan spesies unggas. (Central
Ternak, 2012)
Mineral
kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis
ternak, sehingga kekurangan kandungan kalsium dapat menyebabkan kelainan proses
fisiologis yang disebut defisiensi mineral. Defisiensi mineral yang terjadi
pada itik antara lain: pertumbuhan
menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolik basal
tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara
cara berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam
jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur
menurun, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan mengunyah
kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar (Anggorodi, R. 1926)
Menurut Dawibo(2011), Kalsium banyak ditemukan di
dalam tepung ikan namun untuk kelengkapanya digunakan juga mineral tambahan
buatan pabrik untuk menjaga kebutuhan mineral yang seimbang dan proporsional,
ransum komersial biasanya sudah mengandung mineral yang dimaksud, bahkan
peternak kadang-kadang sering menambahkan mineral di dalam air minum ternak. Menurut
M. Rasyaf (2009), Kebutuhan mineral oleh itik sangat berbeda beda menurut jenis
dan umur itik. Kebutuhan kalsium untuk ternak dipengaruhi oleh:
a.
Tingkat produksi telur
Untuk
itik jenis petelur yang sedang berproduksi lebih tinggi akan membutuhkan
kalsium lebih banyak daripada itik yang berproduksi rendah bahkan untuk itik
yang tidak memproduksi telur.
b
Ukuran ayam itik yang lebih besar mengkonsumsi ransum lebih banyak dan dengan
sendirinya berbeda pula konsumsi kalsiumnya.
c.
Umur itik yang lebih tua membutuhkan kalsium yang lebih banyak daripada itik
yang umurnya lebih muda.
d.
Kandungan energi metabolis ransum Ransum yang mengandung energi metabolis
tinggi akan mengurangi konsumsi ransum. Ini menunjukkan akan ada kekurangan gizi
lainya yang masuk ketubuh itik termsuk kalsium demikian pula kasus sebaliknya
e.
Temperatur yang tinggi akan mengurangi konsumsi ransum dan akibatnya berkursang
pula asupan gizi kedalam tubuh itik.
Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam
jumlah banyak, dan dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang. Normalnya,
kalsium tersebut akan diganti dari kalsium dalam ransum. Namun pada saat
terjadi kekurangan kalsium, fosfor, dan atau vitamin.D, penggantian kalsium
ini, tidak berlangsung dengan baik. Akibatnya tulang menjadi keropos. Kondisi
ini diperparah dengan perkembangan kerangka kurang optimal pada ayam telur yang
dipelihara dalam kandang baterai karena kurangnya pergerakan. (Royan, 2012)
Itik yang mengalami lelah kandang berarti kekurangan
kalsium dalam tulang dan akan segera menghentikan produksinya. Gejala-gejaia
lelah kandang meliputi kelumpuhan, patah tulang, bentuk tulang berubah. dan
kerabang telur retak. Untuk mencegah lelah kandang, berikan vitamin dan mineral
feed suplement (Majalah Invofet,2009)
Penyebab kekurangan
kalsium dalam makanan yang disebabkan oleh variasi diet kalsium dan fosfor akan
mengalami efek Rapuh tulang atau rakitis,
dan di kalangan itik muda akan mengalami pertumbuhan yang terbelakang atau
pertumbuhan yang tidak normal, dalam fase layer apabila kasus kekurangan
vitamin D, fosfor, dan kalsium terjadi, Efeknya telur akan mengalami penipisan
kerabang. (Muksin,2009)
Kalsium
yang terbentuk kurang mencukupi maka saat produksi tinggi, simpanan kalsium
tidak mencukupi,maka cadangan kalsium karena di samping untuk pembentukan
kerabang telur juga untuk kekuatan tulang tersebut, kalau tetap
tergerogoti terus menerus,akan terjadi Osteoporosisi tulang rapuh sehingga ayam atau itik mudah mengalami kelumpuhan
(Betha, 2012).
Gejala
Defisiensi Nutrisi terlihat dari beberapa gejala seperti
pertumbuhan yang tidak optimal, itik mudah terserang bibit penyakit, penurunan
produksi telur atau penurunan daya tetas telurdan apabila itik suka mematuk
temannya sendiri (kanibalisme) dan lumpuh, maka bisa diindikasikan bahwa itik
kekurangan mineral, terutama kalsium. (Anonim 2012)
III. PEMBAHASAN
Kalsium merupakan salah satu nutrisi penting yang
harus dipenuhi dalam pemeliharaan itik karena sebagaimana menurut H.Hertanto
(2011) dan Abun (2008) kalsium diperlukan oleh unggas sebagai komponen esensial
dalam pembentukan tulang, tulang rawan, dan esoskleton krustasea, selain itu
juga kalsium diperlukan dalam proses penggumpalan darah dengan menstimulir
pengeluaran thromboplastin dari plasma darah, aktivator untuk beberapa enzim
dan menjaga integritas membran sel dan jaringan skeletal. Sedangkan menurut
Royan ( 2011), Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam jumlah
banyak, dan dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang sehingga
keberadaannya dalam tubuh itik harus diganti dengan asupan dari ransum.
Kebutuhan mineral kalsium oleh itik berbeda beda
menurut jenis dan umur itik sebagaimana menurut Dawibo (2011) Kebutuhan kalsium
untuk ternak dipengaruhi oleh tingkat produksi telur, umur dan ukuran atau
bobot tubuh itik, kandungan energi metabolisme ransum dan temperatur. Makin tinggi
produksi telur dan bobot tubuh itik akan memerlukan kalsium lebih banyak,
sedangkan tingginya kandungan energi metabolisme ransum dan temperatur
lingkungan menyebabkan penurunan tingkat konsumsi sehingga kebutuhan kalsium
juga mengalami penurunan.
Kebutuhan kalsium pada itik berdasarkan umurnya, menurut
literatur dari Yosyhombing (2012) kebutuhan Ca untuk Anak itik (0-8 minggu)
adalah 0,6 – 1,0%, Itik dara (9 –18
minggu) adalah 0,6 –1,0 % dan untuk itik
dewasa (>19 minggu) membutuhkan kalsium 2,90 – 3,25%. Kebutuhan
kalsium pada unggas ini dipengaruhi oleh sifat kimia air tempat pembudidayaan,
ketersediaan phosphor dalam pakan, dan spesies unggas sebagaimana menurut
Central Ternak (2012).
Gejala defisiensi nutrisi terlihat dari beberapa gejala sebagaimana menurut Anonim (2012), seperti
pertumbuhan yang tidak optimal, itik mudah terserang bibit penyakit, penurunan
produksi telur atau penurunan daya tetas telurdan apabila itik suka mematuk
temannya sendiri (kanibalisme) dan lumpuh, maka bisa diindikasikan bahwa itik
kekurangan mineral, terutama kalsium.
Penyebab kekurangan kalsium dalam makanan yang menurut Muksin
(2009) disebabkan oleh variasi diet kalsium dan fosfor akan mengalami efek Rapuh tulang atau rakitis,
dan di kalangan itik muda akan mengalami pertumbuhan yang terbelakang atau
pertumbuhan yang tidak normal.
Kekurangan kalsium pada unggas dapat menyebabkan
beberapa kemungkinan sebagaimana menurut Anggorodi, R (1926), Central Ternak (2012),
Anonim (2011), Majalah
Invofet (2009), dan Royan (2011) diantaranya
pertumbuhan dan konversi pakan menurun, serta mineralisasi pada tulang
rendah sehingga telur
akan mengalami penipisan kerabang, kanibalisme,
laju metabolik basal tinggi, kepekaan dan aktivitas
menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara berjalan abnormal, peka
terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam jumlah urine, daya hidup
berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu
nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu
kasa.
Untuk mengatasi defisiensi kalsium pakan yang
diberikan haruslah mengandung kalsium yang cukup. Menurut Dawibo (2011),
Kalsium banyak ditemukan di dalam tepung ikan namun untuk kelengkapanya
digunakan juga dapat dengan menambahkan mineral buatan pabrik untuk menjaga
kebutuhan mineral yang seimbang dan proporsional, ataupun dengan pemberian
ransum komersial yang biasanya sudah mengandung mineral yang dibutuhkan itik.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari berbagai literatur, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kalsium sangan penting untuk pertumbuhan
dan produksi bagi itik
2.
Kebutuhan Ca untuk Anak itik (0-8 minggu)
adalah 0,6 – 1,0%, Itik dara (9 –18
minggu) adalah 0,6 –1,0 % dan untuk itik
dewasa (>19 minggu) membutuhkan kalsium 2,90 – 3,25%.
3.
Kebutuhan kalsium untuk ternak
dipengaruhi oleh tingkat produksi telur, umur dan ukuran atau bobot tubuh itik,
kandungan energi metabolisme ransum dan temperatur
4.
Gejala
defisiensi nutrisi dapat terlihat dari pertumbuhan yang
tidak optimal, mudah terserang bibit penyakit, penurunan produksi telur dan
itik suka mematuk temannya sendiri (kanibalisme) serta kelumpuhan.
5.
Kekurangan kalsium pada unggas dapat
menyebabkan pertumbuhan, kanibalisme, laju metabolik basal tinggi,
kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara
berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam
jumlah urine, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, nafsu
makan menurun, hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar.
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2008. Nutrisi Mineral Pada Unggas, Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi
Unggas dan
Monogastrik, Universitas Padjadjaran.
Anonim. 2012. Dilema Defisiensi Nutrisi pada Ayam
Anggorodi, R. 1926, dalam
Sentral Ternak. 2009.
Betha. 2012. Kanibalisme Bubuldan Lumpuh
Pada Ayam Itik
Central
Ternak (2012). Pakan Itik Fase Starter.
Dawibo. 2011. Nekropsi pada Unggas.
(H.Hertanto,2011). Kalsium Untuk Itik.
Majalah Invofet. 2009. Penyebab Turunnya Produksi Telur.
M. Rasyaf. Kebutuhan Mineral Itik.
Muksin
(2009). Formula
Kebutuhan nutrisi ternak Itik
Nutrient Requirements of Poultry. Ninth Revised Edition, 1994 (1994)
http://www.nap.edu/openbook.php?record_id=2114&page=35
Royan.
2011. Nutrisi dalam Pakan Itik
Yosyhombing (2012). Formula Kebutuhan Nutrisi Ternak
Itik.
LAMPIRAN
Nutrient Requirements of Ducks
Ducks can be
grown successfully in either of two environments—an open rearing system, in
which the growing house opens to an exercise yard with water for wading or
swimming, or a confinement growing system, in which ducks are raised in
environmentally controlled houses with litter or combination litter and wire
floors.
Pelleted
diets are utilized more efficiently by ducks than are diets in mash form
primarily because of reduced wastage and ease of consumption (Wilson, 1973;
Dean, 1986). Starter diets (0 to 2 weeks) usually are fed as pellets of 3.18 mm
(1/8 inch) diameter, and grower diets (after 2 weeks) are given in 4.76-mm
(3/16 inch) form (Elkin, 1987).
Ducks
typically are given 2 or 3 feeds during the growing period. Information
presented in Table 5-1 is on the basis of a two-feed program; a diet containing
22 percent protein for the period of 0 to 2 weeks and a 16 percent protein diet
for the period from 2 to 7 weeks (Dean, 1972a, 1986). The need for 22 percent
protein during the starting period, however, is questionable because Wilson
(1975) and Siregar et al. (1982) reported that protein levels of 18 and 19
percent, respectively, in diets providing 3,000 to 3,025 kcal MEn/kg,
were adequate from 0 to 2 weeks. A typical three-feed program may consist of
diets containing 20, 18, and 16 percent protein for the periods from 0 to 2, 2
to 4, and 4 to 7 weeks, respectively. The growth rate of ducklings is not
affected greatly by theMEn concentration of the diet;
however, feed efficiency is usually improved and carcass fat increased when
dietary MEn is increased (Wilson, 1975; Leclercq,
1986). Few data are available documenting the MEn values
of feed ingredients for ducks. Mohamed et al. (1984) found that the MEnvalues
of several feedstuffs were very similar for ducks and broiler chickens.
Although
most ducks grown commercially in the United States are White Pekins,
considerable research
TABLE 5-1 Nutrient Requirements of
White Pekin Ducks as Percentages or Units per Kilogram of Diet (90 percent dry
matter)
Nutrient
|
Unit
|
0 to 2
Weeks; 2,900a
|
2 to 7
Weeks; 3,000a
|
Breeding;
2,900a
|
Protein
and amino acids
|
||||
Protein
|
%
|
22
|
16
|
15
|
Arginine
|
%
|
1.1
|
1.0
|
|
Isoleucine
|
%
|
0.63
|
0.46
|
0.38
|
Leucine
|
%
|
1.26
|
0.91
|
0.76
|
Lysine
|
%
|
0.90
|
0.65
|
0.60
|
Methionine
|
%
|
0.40
|
0.30
|
0.27
|
Methionine
+ cystine
|
%
|
0.70
|
0.55
|
0.50
|
Tryptophan
|
%
|
0.23
|
0.17
|
0.14
|
Valine
|
%
|
0.78
|
0.56
|
0.47
|
Macrominerals
|
||||
Calcium
|
%
|
0.65
|
0.60
|
2.75
|
Chloride
|
%
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
Magnesium
|
mg
|
500
|
500
|
500
|
Nonphytate
phosphorus
|
%
|
0.40
|
0.30
|
|
Sodium
|
%
|
0.15
|
0.15
|
0.15
|
Trace
minerals
|
||||
Manganese
|
mg
|
50
|
?b
|
?
|
Selenium
|
mg
|
0.20
|
?
|
?
|
Zinc
|
mg
|
60
|
?
|
?
|
Fat
soluble vitamins
|
||||
A
|
IU
|
2,500
|
2,500
|
4,000
|
D3
|
IU
|
400
|
400
|
900
|
E
|
IU
|
10
|
10
|
10
|
K
|
mg
|
0.5
|
0.5
|
0.5
|
Water
soluble vitamins
|
||||
Niacin
|
mg
|
55
|
55
|
55
|
Pantothenic
acid
|
mg
|
11.0
|
11.0
|
11.0
|
Pyridoxine
|
mg
|
2.5
|
2.5
|
3.0
|
Riboflavin
|
mg
|
4.0
|
4.0
|
4.0
|
NOTE: For
nutrients not listed or those for which no values are given, see requirements
of broiler chickens (Table 2-5) as a guide. Where experimental data are lacking,
values typeset in bold italics represent an estimate based on values obtained
for other ages or species.
a These
are typical dietary energy concentrations as expressed in kcalMEn/kg
diet.
b Question
marks indicate that no estimates are available.
|
data
obtained by using other breeds of ducks (that is, Muscovy and "mule"
ducks) have been used to fill several voids in the requirement data of Table
5-1, especially with respect to amino acids and minerals. Published research
reviewed in Appendix Table A-6 on lysine and total sulfur amino acid (TSAA)
requirements indicates that values listed in the previous edition of this
report were too high (Jeroch and Hennig, 1965; Dean, 1967; Gazo et al., 1970;
Leclercq and de Carville, 1977a,b; Adams et al., 1983; Elkin et al. 1986).
Adjustments were made accordingly. In addition, a tentative methionine
requirement for starting ducks (0.40 percent) is given on the basis of data
reported by Elkin et al. (1986). Noteworthy is information published recently
by Elkin et al. (1988) showing that the relative value of the D-methionine
isomer was 78 percent of that of the L-isomer. Consequently, in instances where
supplemental methionine is needed in duck diets, adjustments may be needed in
supplemental levels of the DL-methionine sources used.
Only single
papers have been published documenting the requirements of starting ducks for
arginine, tryptophan, leucine, isoleucine, and valine (Chen and Shen, 1979; Wu
et al., 1984; Yu and Shen, 1984). The values for these nutrients listed in
Table 5-1 must therefore be viewed as tentative. The same is true of the
requirement values for breeding ducks because relevant information is scarce
(Cvetanov et al., 1969).
Research to
determine the mineral and vitamin requirements of ducks has focused primarily
on the starting
TABLE 5-2 Approximate Body Weights
and Feed Consumption of White Pekin Ducks to 8 Weeks of Age
Age
(weeks)
|
Body
Weight (kg)
|
Weekly
Feed Consumption (kg)
|
Cumulative
Feed Consumption (kg)
|
|||
Male
|
Female
|
Male
|
Female
|
Male
|
Female
|
|
0
|
0.06
|
0.06
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
1
|
0.27
|
0.27
|
0.22
|
0.22
|
0.22
|
0.22
|
2
|
0.78
|
0.74
|
0.77
|
0.73
|
0.99
|
0.95
|
3
|
1.38
|
1.28
|
1.12
|
1.11
|
2.11
|
2.05
|
4
|
1.96
|
1.82
|
1.28
|
1.28
|
3.40
|
3.33
|
5
|
2.49
|
2.30
|
1.48
|
1.43
|
4.87
|
4.76
|
6
|
2.96
|
2.73
|
1.63
|
1.59
|
6.50
|
6.35
|
7
|
3.34
|
3.06
|
1.68
|
1.63
|
8.18
|
7.98
|
8
|
3.61
|
3.29
|
1.68
|
1.63
|
9.86
|
9.61
|
period (0 to
2 or 3 weeks of age). In most instances, data on these nutrients are meager,
and, with the exception of some research on dietary selenium and niacin
requirements, only one report has appeared in the literature since 1980.
Leclercq et al. (1990) reported that the calcium requirements of Muscovy ducks
were 0.46 and 0.42 percent for age periods of 3 to 8 and 8 to 12 weeks,
respectively. No information has been published recently on the calcium requirements
for modern-day Pekin ducks.
Body weight
and feed consumption data for ducks from time of hatching to 8 weeks of age are
given in Table 5-2.
Nutrisi Persyaratan Bebek
Bebek dapat tumbuh dengan sukses di salah satu dari dua lingkungan-sistem pemeliharaan
terbuka, di mana rumah tumbuh membuka ke halaman latihan dengan air untuk
mengarungi atau berenang, atau sistem kurungan berkembang, di mana bebek
dibesarkan dalam lingkungan rumah dikontrol dengan sampah atau kombinasi sampah
dan lantai kawat.
Diet pellet yang digunakan lebih efisien dengan bebek daripada diet dalam
bentuk tumbuk terutama karena pemborosan berkurang dan kemudahan konsumsi
(Wilson, 1973; Dean, 1986). Diet Starter (0 sampai 2 minggu) biasanya
diberi makan pelet sebagai dari 3,18 mm (1/8 inci) diameter, dan diet petani
(setelah 2 minggu) diberikan dalam 4,76 mm (3/16 inch) bentuk (Elkin, 1987) .
Bebek biasanya diberikan 2 atau 3 feed selama masa pertumbuhan.Informasi
yang disajikan pada Tabel 5-1 adalah berdasarkan sebuah program dua-pakan, diet
yang mengandung protein 22 persen untuk periode 0 sampai 2 minggu dan diet
protein 16 persen untuk periode dari 2 sampai 7 minggu (Dean, 1972a ,
1986). Kebutuhan protein 22 persen selama periode awal, bagaimanapun,
adalah dipertanyakan karena Wilson (1975) dan Siregar et al. (1982)
melaporkan tingkat protein yang dari 18 dan 19 persen, masing-masing, dalam
diet menyediakan 3.000 sampai 3.025 kkal ME n /
kg, yang memadai dari 0 sampai 2 minggu. Sebuah program tiga-pakan khas
mungkin terdiri dari diet yang mengandung 20,, 18, dan 16 persen protein
untuk periode dari 0 sampai 2, 2 sampai 4, dan 4 sampai 7 minggu,
masing-masing. Tingkat pertumbuhan anak itik tidak terpengaruh oleh
sangat ME n konsentrasi diet, namun, efisiensi
pakan biasanya ditingkatkan dan lemak karkas meningkat ketika makanan ME nmeningkat
(Wilson, 1975; Leclercq, 1986). Sedikit data yang tersedia
mendokumentasikan ME n nilai bahan pakan untuk
itik. Mohamed et al.(1984) menemukan bahwa ME n nilai
bahan pakan beberapa yang sangat serupa untuk bebek dan ayam broiler.
Meskipun bebek kebanyakan ditanam secara komersial di Amerika Serikat
adalah Pekins Putih, penelitian yang cukup
TABEL 5-1 Gizi
Persyaratan Itik Pekin Putih sebagai Persentase atau Unit per Kilogram dari
Diet (90 persen bahan kering)
Gizi
|
Satuan
|
0 sampai 2
Minggu; 2.900 a
|
2 sampai 7
Weeks; 3.000 a
|
Pembibitan;
2.900 a
|
Protein
dan asam amino
|
||||
Protein
|
%
|
22
|
16
|
15
|
Arginine
|
%
|
1.1
|
1.0
|
|
Isoleusin
|
%
|
0.63
|
0.46
|
0.38
|
Leucine
|
%
|
1.26
|
0.91
|
0.76
|
Lysine
|
%
|
0.90
|
0.65
|
0.60
|
Metionin
|
%
|
0.40
|
0.30
|
0.27
|
Metionin +
sistin
|
%
|
0.70
|
0.55
|
0.50
|
Triptofan
|
%
|
0.23
|
0.17
|
0.14
|
Valin
|
%
|
0.78
|
0.56
|
0.47
|
Macrominerals
|
||||
Kalsium
|
%
|
0.65
|
0.60
|
2.75
|
Khlorida
|
%
|
0.12
|
0.12
|
0.12
|
Magnesium
|
mg
|
500
|
500
|
500
|
Nonphytate
fosfor
|
%
|
0.40
|
0.30
|
|
Sodium
|
%
|
0.15
|
0.15
|
0.15
|
Jejak
mineral
|
||||
Manggan
|
mg
|
50
|
? b
|
?
|
Selenium
|
mg
|
0.20
|
?
|
?
|
Seng
|
mg
|
60
|
?
|
?
|
Larut
dalam lemak vitamin
|
||||
A
|
IU
|
2,500
|
2,500
|
4,000
|
D 3
|
IU
|
400
|
400
|
900
|
E
|
IU
|
10
|
10
|
10
|
K
|
mg
|
0.5
|
0.5
|
0.5
|
Larut
dalam air vitamin
|
||||
Niacin
|
mg
|
55
|
55
|
55
|
Asam pantotenat
|
mg
|
11.0
|
11.0
|
11.0
|
Piridoksin
|
mg
|
2.5
|
2.5
|
3.0
|
Riboflavin
|
mg
|
4.0
|
4.0
|
4.0
|
CATATAN: Untuk nutrisi tidak terdaftar atau mereka yang tidak ada
nilai-nilai yang diberikan, lihat persyaratan ayam broiler (Tabel 2-5)
sebagai panduan. Dimana data eksperimen kurang, nilai mengeset dalam
garis miring tebal merupakan estimasi yang didasarkan pada nilai-nilai yang
diperoleh untuk usia lain atau spesies.
a Ini adalah konsentrasi energi khas
makanan seperti yang dinyatakan dalam kkal ME n /
diet kg.
b tanda Pertanyaan menunjukkan bahwa
tidak ada perkiraan yang tersedia.
|
Data diperoleh dengan menggunakan keturunan lain dari bebek (yaitu,
Muscovy, dan "keledai" bebek) telah digunakan untuk mengisi
kekosongan beberapa data kebutuhan Tabel 5-1, terutama berkenaan dengan asam
amino dan mineral. Penelitian yang dipublikasikan terakhir pada Lampiran
Tabel A-6 pada lisin dan total asam amino sulfur (TSAA) persyaratan menunjukkan
bahwa nilai-nilai yang tercantum dalam edisi sebelumnya laporan ini terlalu
tinggi (Jeroch dan Hennig, 1965; Dean, 1967; Gazo et al,. 1970, Leclercq dan de
Carville, 1977a, b, Adams et al, 1983;. Elkin et al 1986).. Penyesuaian
dibuat sesuai. Selain itu, persyaratan metionin sementara untuk bebek
mulai (0,40 persen) diberikan berdasarkan data yang dilaporkan oleh Elkin et
al. (1986). Yang perlu diperhatikan adalah informasi yang diterbitkan
baru-baru oleh Elkin et al. (1988) menunjukkan bahwa nilai relatif dari
isomer D-metionin adalah 78 persen dari yang dari isomer L-. Akibatnya,
dalam kasus di mana suplemen metionin yang dibutuhkan dalam diet bebek, penyesuaian
mungkin diperlukan dalam tingkat tambahan dari DL -metionin sumber
yang digunakan.
Hanya kertas tunggal telah dipublikasikan mendokumentasikan persyaratan
bebek awal untuk arginin, triptofan, leusin, isoleusin, dan valin (Chen dan
Shen, 1979; Wu et al, 1984;. Yu dan Shen, 1984). Nilai untuk nutrisi yang
tercantum dalam Tabel 5-1 sehingga harus dipandang sebagai tentatif. Hal
yang sama juga berlaku untuk nilai kebutuhan peternakan itik karena informasi
yang relevan langka (Cvetanov et al., 1969).
Penelitian untuk menentukan persyaratan mineral dan vitamin dari bebek
telah difokuskan terutama pada awal
TABEL Berat Badan 5-2
Perkiraan dan Konsumsi Pakan Itik Pekin Putih untuk Umur 8 Minggu
Usia
(minggu)
|
Tubuh
Berat (kg)
|
Pakan
Mingguan Konsumsi (kg)
|
Pakan
Kumulatif Konsumsi (kg)
|
|||
Laki-laki
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
0
|
0.06
|
0.06
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
1
|
0.27
|
0.27
|
0.22
|
0.22
|
0.22
|
0.22
|
2
|
0.78
|
0.74
|
0.77
|
0.73
|
0.99
|
0.95
|
3
|
1.38
|
1.28
|
1.12
|
1.11
|
2.11
|
2.05
|
4
|
1.96
|
1.82
|
1.28
|
1.28
|
3.40
|
3.33
|
5
|
2.49
|
2.30
|
1.48
|
1.43
|
4.87
|
4.76
|
6
|
2.96
|
2.73
|
1.63
|
1.59
|
6.50
|
6.35
|
7
|
3.34
|
3.06
|
1.68
|
1.63
|
8.18
|
7.98
|
8
|
3.61
|
3.29
|
1.68
|
1.63
|
9.86
|
9.61
|
Periode (0 sampai 2 atau 3 minggu usia).dalam kebanyakan kasus, data
nutrisi yang sedikit, dan dengan pengecualian dari penelitian tentang diet
selenium dan persyaratan niasin, hanya satu laporan telah muncul dalam sejak
tahun 1980. Leclercq et al. (1990) melaporkan bahwa kebutuhan kalsium dari
bebek Muscovy adalah 0,46 dan 0,42 persen untuk periode usia 3 sampai 8 dan 8
sampai 12 minggu, masing-masing. Tidak ada informasi yang telah
dipublikasikan baru-baru ini pada kebutuhan kalsium untuk zaman modern bebek
Pekin.
Berat badan dan data konsumsi pakan untuk itik dari waktu menetas sampai 8
minggu usia diberikan pada Tabel 5-2.
Comments
Post a Comment