Kapasitas Tampung Ternak (UT)


BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Monografi Desa

Dusun kandis Kelurahan Muara Putih kecamatan Natar Lampung Selatan memiliki potensi hijauan yang baik mengingat bahwa banyak lahan pertanian yang tumbuh subur serta potensi hijauan yang tersedia dapat berasal dari bawah lahan kebun karet, persawahan maupun lahan lapang yang tersedia. Luas kebun karet yang ada dapat juga dimanfaatkan sebagai lahan pengembalaan karena masih dapat produktif untuk memproduksi hijauan makanan ternak.

Bagi daerah yang memiliki sosial budaya memelihara ternak secara ekstensif, keberadaan padag penggembalaan sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemanfaatan terhadap padang penggembalaan yang ada dengan menentukan kapasitas tampung, sehingga lahan yang memproduksi hijauan makanan ternak dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Kapasitas tampung merupakan analisis kemampuan areal padang penggembalaan atau kebun rumput untuk dapat menampung sejumlah ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun bagi makanan ternak tersedia dengan cukup.
Kapasitas tampung padang penggembalaan atau kebun rumput, erat berhubungan dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput, musim, dan luas padang penggembalaan atau kebun rumput. Oleh karena itu, kapasitas tampung bisa bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan rumput. Pada musim basah, hijauan rumput akan tinggi produksinya daripada musim kering. Hal


demikian juga berarti bahwa pada musim basah bisa tersedia lebih banyak produksi hijauan rumput untuk sejumlah ternak, namun pada musim kering jumlah ternak akan terbatas jumlahnya sesuai dengan tersedianya hijauan rumput.

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini antaralain;
1.      mahasiswa dapat mengetahui kapasitas tampung dari luas lahan yang dikelola;
2.      mahasiswa dapat mengetahui potensi lahan pertanian sebagai penyedia hijauan makanan ternak



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Daya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar
(Reksohadiprodjo, 1994).

Selanjutnya dikatakan oleh Moore, (1964) yang disitasi oleh Reksohadiprodjo, (1985)  bahwa padang penggembalaan alam terdiri dari tanaman dominan yang ditumbuhi rumput perenial, sedikit atau tak ada sama sekali belukar (gulma) atau weed, tidak ada pohon. Sering  dikatakan bahwa padang penggembalaan permanen karena tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya.

Pada sistem penggembalaan bebas, ternak dilepas untuk mencari makan di padang rumput alam yang kurang terkontrol sehingga dapat menyebabkan terjadinya under grazing (kelebihan rumput yang tersedia) maupun over grazing (penggembalaan yang berlebihan).  Overgrazing berakibat pada musnahnya spesies-spesies rumput alam yang disenangi ternak (palatable) dan bernilai nutrisi baik yang kemudian digantikan dengan jenis rumput yang berkualitas kurang baik dan berumur pendek.

Menurut M. Agus (2012) kebutuhan berat kering pakan ternak adalah sebesar 3 % dari bobot tubuhnya, sehingga rata-rata ternak sapi membutuhkan 9-12 kg berat kering tiap harinya.


Menurut Saulan Sinaga (2009), Daya tampung padang pengembalaan tergantung kepada kemiringan lahan, jarak dengan sumber air, kecepatan pertumbuhan/produksi tanaman pakan, kerusakan lahan, ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, variasi musim, keadaan ekologi padang
penggembalaan. Pengelolaan padang pengembala diperlukan untuk mencapai : Keseragaman penggunaan rumput oleh ternak dan tingkat pertumbuhan hijauan yang optimal. Cara yang digunakan untuk menghitung daya tampung terdiri dari 2 cara yakni :
1.    Cut and Carry             : dipotong langsung dari kebun/ padang diberikan kepada ternak di kandang
2.    Carrying Capacity      : Daya tampung padang penggembalaan (ha/UT) untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan
Pengukuran kapasitas tampung padang penggembalaan digunakan petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam Koddang dkk (1994), yaitu sebagai berikut :
-          Kuadran dijatuhkan secara acak dipadang penggembalaan
-          Hijauan di dalam kuadrant dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah
-          Hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik untuk ditimbang
-          Cuplikan ke dua diukur ke arah kanan dan kiri sejauh 5 langkah sampai 10 langkah
-          Cuplikan pertama dan kedua disebut satu cluster

Pengambilan cluster selanjutnya diukur dengan jarak 100 – 125 meter tergak lurus dengan cluster pertama dan disesuaikan dengan luas padang penggembalaan yang tersedia.


BAB III
METODE KERJA


A.           Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat yang dilakukan adalah :
Hari/Tanggal      : Rabu, 10 April 2013
Waktu                : Pukul 10.00-14.00 WIB
Tempat         : Dusun Kandis, Kelurahan Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung   Selatan


B.            Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam kunjungan ini adalah :
1.      Timbangan merk Five Goats kapsitas 15 kg
2.      Alat tulis
3.      Karung
4.      Sabit
5.      Tali Rafia
6.      Kayu
7.      Kamera






Adapun bahan yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu :
1.      Lahan Kebun Karet
2.      Rumput dan Legum
3.      Jumlah Ternak


C.       Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada perhitungan kapasitas tampung adalah :
1.      Menentukan lokasi pengambilan sampel
2.      Pemilihan varietas rumput dan legum secara acak
3.      Membuat petak persegi 1x1 m
4.      Mengambil sampel dengan menggunakan sabit
5.      Meletakkan sampel kedalam karung
6.      Menimbang sampel
7.      Mencatat hasil sampel kemudian merata-ratakan hasilnya
8.      Menentukan kapasitas tampung
 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada kunjungan ini adalah :
Jumlah Hijauan Makanan Ternak
Sampel ke-
Jumlah rumput+legum (Gram)
Legum
(Gram)
Rumput
(Gram)
1
900
-
900
2
400
300
100
3
650
-
650
4
900
500
400
5
300
-
300
6
400
100
300
7
500
100
400
8
600
-
600
9
800
300
500
10
200
-
200
Rata-rata
565
130
435






B.            Pembahasan

Luas lahan kebun karet yang akan dihitung kapasitas tampung ternaknya adalah 1,5 ha. Metode pengambilan sampel produksi hijauan ternak berdasarkan  petunjuk Hall (1964) yang dikutip Susetyo (1980) dalam Koddang dkk (1994), yaitu dengan menggunakan kuadran dijatuhkan secara acak dipadang penggembalaan, dengan luas kuadran 1m x 1m.
Hijauan di dalam kuadran dipotong sedekat mungkin dari permukaan tanah yakni ± 5cm dari permukaan tanah, kemudian hijauan hasil pemotongan dimasukkan ke dalam plastik untuk ditimbang, pengambilan sampel ke-2 sampai ke-10 dilakukan dengan teknik yang sama. Saat penimbangan sampel masing-masing kuadran dipisahkan antara jenis rumput dan legumnya.
Berdasarkan dari 10 kali pengambilan sampel jumlah hijauan makanan ternak yang terdapat pada kebun karet tersebut diperoleh rata-rata 565 Gram rumput dan legum per m2. Lahan yang dihitung kapasitas tampungnya ditumbuhi oleh  950 pohon karet dengan diameter rata-rata 19 cm. Sehingga untuk lahan 1,5 ha digunakan 26,946 m2 untuk pertumbuhan pohon karet. Luas lahan yang ditumbuhi rumput dari 1,5 ha adalah 14973,054 m2.

Dengan produksi hijauan tiap 1 m2 adalah 565 gram maka diperoleh total produksi hijauan makanan ternak sebanyak 8,46 ton/1,5ha lahan kebun karet atau 5,64 ton/ha. Diasumsikan kebun hijauan ternak mengalami masa panen sebanyak 6 kali/tahun atau 2 kali pada musim kemarau dan 4 kali pada musim penghujan. Sehingga diperoleh produksi sebesar 50,76 ton HMT/1,5 ha/tahun. Proper use sebesar 60 % karena hijauan yang diproduksi di lahan tersebut adalah hijauan yang memiliki palatabilitas tinggi yakni sebagian besar adalah jenis Colopogonuim mucoides dan rumput lapang lainnya yang compatable. Perbandingan proporsi legume dan rumput sebesar 1:3 yaitu sebesar 130gram legum/m2 dan 435 rumput/m2.
Dengan persentase proper use tersebut diperoleh produksi hijauan makanan ternak yang dapat dikonsumsi oleh ternak sebanyak 30,456 ton/tahun. Diasumsikan hijauan makanan ternak yang diproduksi tersebut memiliki kadar air sebesar 80%, maka produksi Berat kering hijauan tersedia sebesar 6,0912 ton/tahun.
Ternak yang akan digembalakan adalah sapi dengan bobot tubuh rata-ratanya 300 kg dengan kebutuhan Berat kering hijauan makanan ternak sebagaimana menurut M. Agus (2012) yakni sebesar 3% dari bobot tubuhnya, sehingga kebutuhan berat kering tiap ekor ternak adalah 9 kg BK/ hari  atau 3,285 ton BK/tahun.
Berdasarkan produksi berat kering hijauan makanan ternak yang tersedia per tahunnya dibandingkan dengan kebutuhan berat kering per ekor per tahun, maka diperoleh kapasitas tampung ternak sebesar 1,85 UT/tahun/1,5 ha.

Jumlah ternak yang digembalakan di lahan karet  tersebut adalah 3 ekor sapi dengan bobot rata-rata 300 kg. Maka dapat disimpulkan ketersediaan pakan hijauan ternak di tempat tersebut tidak memenuhi kebutuhan bahan keringnya dan menyebabkan ternak kekurangan hijauan makanan ternak atau over grazing.



BAB V
KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :

1.        Produksi legum dengan hijauan di kebun karet ini adalah 1: 4, yaitu dengan rata-rata produksi legum 130 gram/m2 dan hijauan 435 gram/m2
2.        Kualitas padang gembala di kebun karet ini cukup  baik karena proporsi legum sebagai sumber protein cukup tinggi dengan proper use sebesar 60 %.
3.        Kebun karet ini ditumbuhi beberapa jenis rumput dan leguminosa. Jenis leguminosa diantaranya adalah Mimosa pudica, Colopogonium mucoides dan jenis rumput bijian lainnya.
4.        Kapasitas tampung ternak sapi di kebun seluas 1,5 ha  yang ditumbuhi 950 pohon karet dengan produksi hijauan 565 gram adalah 1,85 UT/tahun
5.        Lahan kebun karet kurang produktif sebagai lahan penggembalaan bagi ternak, karena produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan ternak rakyat.


PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNG

Hasil Pengamatan
       Luas Lahan                         : 1,5 ha kebun karet
       Luas untuk HMT                : 14973,054 m2.
       Produksi HMT/m2             : 565 gram
       Masa Panen                        : 6 kali per tahun
       Produksi hijauan/1,5ha/th   : 8,46  ton
       Produksi hijauan/ha/th        : 5,64 ton
       Ternak gembala                  : sapi
       Proper use                           : 60%
       BB sapi dewasa                  : 300kg
       Kebutuhan BK                   : 3% BB

Produksi hijauan di PP
                                                : 5,64 ton × 1,5 ha
                                                : 8,46  ton/1,5 ha/th
Diasumsikan dalam 1 tahun dilakukan 6x panen HMT
Maka, produksi HMT             : 8,46   ton × 6

:50,76 ton/1,5 ha/tahun

Maka, Jumlah Produksi HMT di kebun karet  seluas 1,5 ha adalah 50,76 ton/1,5ha /th
Asumsi Proper use 60 %
Produksi HMT yang bisa dikonsumsi ternak
                        : proper use x prod HMT (tahun)
                        : 60% x 50,76 ton
                        : 30, 456 ton
Asumsi kadar air 80 %
Prod. BK: 20% x 30, 456 ton
                        : 6,0912 ton
Daya tampung
         Keb BK/ekor             : 3 % BB
: 3 %  x 300  kg           
: 9 Kg    
         Keb. BK/tahun          : 9 Kg x 365 hari
                                                : 3285  kg
                                                : 3,285  ton/e/tahun
UT/ tahun/1,5 ha                   : kebutuhan BK (Tahun)/prod BK HMT (Tahun)
                                                :6,0912 ton/3,285  ton
                                                : 1,85 UT
Jadi, luas lahan kebun karet 1,5 Ha  dengan produksi HMT 565 gram/ m2 diperoleh kapasitas tampung ternak sebanyak 1,85 unit ternak

Comments

Popular posts from this blog

KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN UNGGAS

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK