KEBUTUHAN MINERAL MAKRO PADA TERNAK
A. Latar Belakang
Lambatnya pertumbuhan termak dapat
disebabkan faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan salah satunya adalah pakan,
pakan yang tidak mencukupi kebutuhan mineral tubuh ternak dapat mengakibatkan
defisiensi mineral. Defisiensi mineral,
berhubungan dengan kadar mineral dalam tanah
tempat hijauan atau sumber pakan tersebut tumbuh. Mineral yang dibutuhkan ternak jumlahnya
sedikit, namun sangat penting dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
(Darmono dan S. Bahri, 1989). Kekurangan
mineral mengakibatkan ternak mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi makanan
tidak tercapai, terjadi gangguan pertumbuhan, dan gangguan kesuburan
ternak bibit. Apabila defisiensi tersebut hebat, gejala
klinis dapat terlihat, tetapi bila terjadinya ringan kemungkinan gejala klinis
tidak akan terlihat atau sulit terdiagnosa (Almatsier, 2004).
Mineral makro adalah kelompok mineral yang
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif besar dibandingkan kelompok
mineral yang lain, kekurangan unsur mineral ini akan menyebabkan terganggunya
proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh.
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir
semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak.
Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia maupun
hewan yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti
untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,
membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan
haemoglobin. Mineral digolongkan atas mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg
sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan tubuh kurang dari 100 mg sehari.
Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium,
fosfor, magnesium, dan sulfur (Almatsier, 2004).
B. Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui:
1. macam-macam
mineral makro yang penting bagi ternak dan kebutuhannya;
2. bahan
pakan yang mengandung mineral makro;
3. akibat
defisiensi mineral makro.
II. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Mineral Makro pada Ternak
Kebutuhan mineral makro pada ternak dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1.
Kebutuhan Mineral Makro pada Ternak.
Mineral
Makro
|
Bobot
Tubuh (g/kg)
|
Kalsium (Ca)
|
15
|
Fosfor (P)
|
10
|
Magnesium (Mg)
|
0,4
|
Sulfur (S)
|
1,5
|
Natrium (Na)
|
1,6
|
Kalium (K)
|
2
|
Klor (Cl)
|
1,1
|
Sumber: McDonald et al. (2002).
Tabel 2. Kebutuhan Mineral Sapi Pedaging
Mineral
|
Growing
Finishing
|
Dara
|
Awal
laktasi
|
Ca (%)
|
0,13
|
0,27
|
0,16
|
P (%)
|
0,05
|
0,19
|
0,09
|
Mg (%)
|
0,10
|
0,12
|
0,20
|
S (%)
|
0,15
|
0,15
|
0,15
|
Na (%)
|
0,06
-0,08
|
0,06-0,08
|
0,10
|
Fe (mg/kg)
|
50
|
50
|
50
|
Mn (mg/kg)
|
20
|
40
|
40
|
Zn (mg/kg)
|
30
|
30
|
30
|
Sumber: NRC (2002).
Tabel 3. Kebutuhan Mineral untuk Sapi Perah Laktasi
|
||||||
Mineral
|
Jantan
|
Dara
|
Awal laktasi
|
Kering
|
Laktasi
|
|
Produksi
7—13 liter
|
Produksi
13—20 liter
|
|||||
Ca (%)
|
0,30
|
0,41
|
0,77
|
0,39
|
0,43
|
0,51
|
P (%)
|
0,19
|
0,30
|
0,48
|
0,24
|
0,28
|
0,33
|
Mg (%)
|
0,16
|
0,16
|
0,25
|
0,16
|
0,20
|
0,20
|
S (%)
|
0,16
|
0,16
|
0,25
|
0,16
|
0,20
|
0,20
|
Sumber: NRC (2002).
B. Bahan Pakan Sumber Mineral Makro dan Akibat Defisiensi
Mineral Makro
Unsur mineral makro antara lain adalah natrium, klorida,
kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur (Almatsier, 2004). Berikut adalah tabel mengenai mineral makro
pada ternak.
Tabel 4. Fungsi Dan Gejala Defisiensi
Mineral Makro Pada Ternak.
Mineral
|
Fungsi
|
Gejala
Defisiensi Klinis
|
Sumber
Utama
|
Kalsium (Ca)
|
Pembentukan tulang dan
gigi, pembekuan darah, pengaktifan enzim, dan kontraksi otot.
|
Rakhitis, pertumbuhan
lamat, pembentukan tulang lambat, osteomalasi.
|
Susu, leguminosa, tepung
ikan,MBM, kalsium, kulit kerang.
|
Fosfor (P)
|
Pembentukan tulang dan
gigi, bagian dari enzim, pelepasan energi tubuh, bagian dari DNA dan RNA.
|
Bulu kasar, nafsu makan
berkurang, pertumbuhan lambat.
|
Susu, bungkil, tepung
tulang, dikalsium fosfat, defluorinated phosphate.
|
Magnesium (Mg)
|
Aktivator enzim, bagian
dari jaringan kerangka.
|
Anoreksia, hiper
irritabilitas, tetani, saliva berlebihan, opistholonus.
|
Hijauan dan leguminosa.
|
Natrium (Na)
|
Kontraksi otot,
pemeliharaan tekanan osmtik cairan tubuh, pencernaan lemak.
|
Kehilangan bobot badan,
anoreksia, makan tanah.
|
Garam dapur.
|
Kalium (K)
|
Memelihara keseimbangan
elektrolit, aktivator enzim, fungsi otot.
|
Kerusakan jantun, bobot
badan menurun, bulu kasar.
|
Ransum normal.
|
Khloor (Cl)
|
Hubungan asam-basa,
memelihara tekanan osmotok cairan tubuh, pencernaan.
|
Nafsu makan berkurang,
kadar Cl darah menurun.
|
Garam dapur.
|
Sulfur
|
Sinesis asam amino pada
ruminansia.
|
pertumbhan lambat,
efisiensi ransum rendah, pertumbuhan bulu lambat.
|
Hijauan dan leguminosa.
|
1.
Kalsium
(Ca)
Fungsi:
Kalsium (Ca) merupakan elemen mineral
yang paling banyak dibutuhkan oleh tubuh ternak. Kalsium memiliki peranan penting sebagai
penyusun tulang dan gigi. Sekitar 99 %
dari total tubuh terdiri dari Ca. Fungsi Kalsium adalah sebagai berikut:
a.
pembentukan tulang
dan gigi;
b.
kalsium dalam tulang
berguna sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat
menyimpan kalsium;
c.
mengatur pembekuan
darah;
d.
meningkatkan fungsi
transport membran sel, stabilisator membrane, dan transmisi ion melalui
membrane organel sel;
e.
katalisator reaksi
biologi, seperti absorpsi vitamin b12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase
pancreas, eksresi insulin oleh pancreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin;
f.
relaksasi dan
kontraksi otot, dengan interaksi protein yaitu aktin dan myosin;
g.
berperan dalam
fungsi saraf, tekanan darah dan fungsi kekebalan.
Kalsium berperan sebagai penyusun sel dan jaringan
(McDonald et al., 2002). Menurut Piliang (2002), fungsi Ca yang tidak
kalah pentingnya adalah sebagai penyalur rangsangan syaraf dari satu sel ke sel
lain. Kalsium pada ternak berfungsi
sebagai pembentuk tulang dan gigi, transmisi saraf, pengaturan jantung,
pembekuan darah, aktivitas dan stabilisasi enzim dan sebagai komponen mineral
dalam susu pada sapi laktasi (NRC, 2002; Horst et al., 1994).
Defisiensi: Jika ransum ternak pada masa pertumbuhan
defisien Ca maka pembentukan tulang menjadi kurang sempurna dan akan
mengakibatkan gejala penyakit tulang. Gejala penyakit tulang diantaranya adalah
wajah keriput, pembesaran tulang sendi, tulang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Sedangkan pada ransum ternak dewasa yang mengalami defisien Ca akan
menyebabkan osteomalacia (Piliang,
2002). Ca air susu cukup stabil walaupun
defisiensi Ca, namun produksi susu akan turun. Ransum yang memiliki kadar Ca yang rendah akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin (Foley et al.,1972).
Sumber Utama: Susu, leguminosa, tepung tulang, kulit kerang,
MBM, kapur, dll. Beberapa faktor makanan
dapat membantu meningkatkan absorpsi Ca, sedangkan beberapa faktor lain dapat
menurunkan absorpsi Ca oleh usus halus. Asam
fitat dan asam oksalat dapat menurukan absorpsi mineral Ca dengan jalan
mengikat Ca dan membentuk garam Ca yang tidak larut dalam lumen usus halus
(Piliang, 2002).
2.
Magnesium
(Mg)
Fungsi: Magnesium merupakan salah satu mineral yang
dibutuhkan oleh ternak yang berfungsi dalam perkembangan tulang dan aktivitas
sistem enzim (McDonald, 1988), kadarnya dalam tulang sekitar 62% dan 1% dalam
sel. Kadar Mg plasma dalam keadaan
normal adalah 1,70—2,5 mg/dl (Georgievskii, 1982) atau 2—4 mg/dl (McDowell,
1992). Tubuh hewan dewasa mengandung 0,05% Mg. Menurut McDonald et al. (2002), Mg berperan dalam
membantu aktivitas enzim seperti thiamin phyrofosfat sebagai kofaktor.
Ketersediaan Mg dalam ransum harus selalu tersedia. Fungsi Magnesium:
a.
magnesium berperan
penting dalam sistem enzim dalam tubuh;
b.
berperan sebagai
katalisator dalam reaksi biologi, termasuk metabolisme energi, karbohidrat,
lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan
stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel
jaringan lunak.;
c.
di dalam sel
ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. dalam hal ini magnesium berlawanan
dengan kalsium;
d.
magnesium mencegah
kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.
Defisiensi: Perubahan konsentrasi Mg dari keadaan normal
selama 2-18 hari dapat menyebabkan hipomagnesemia (Toharmat dan Sutardi, 1985).
Sekitar 30-50% Mg dari rata-rata konsumsi harian ternak akan diserap di usus
halus. Penyerapan ini dipengaruhi oleh protein, laktosa, vitamin D, hormon
pertumbuhan dan antibiotik (Ensminger et
al., 1990). Magnesium sangat penting
peranannya dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Defisiensi Mg dapat meningkatkan iritabilitas
urat daging dan apabila iritabilitas tersebut parah akan menyebabkan tetany
(Linder, 1992). Defisiensi Mg pada sapi
laktasi dapat menyebabkan hypomagnesemic tetany atau grass tetany. Keadaan ini
disebabkan tidak cukupnya Mg dalam cairan ekstracellular,
yaitu plasma dan cairan interstitial (National Research Council, 1989).
Sumber
Utama: Semua
bahan makanan, terutama tumbuh-tumbuhan (hijauan dan leguminosa).
3.
Fosfor
(P)
Fungsi: Fosfor memegang peranan penting dalam proses
mineralisasi tulang (Piliang, 2002). Fosfor
(P) adalah mineral yang jumlahnya terbesar kedua setelah Ca yaitu29% dari total
mineral tubuh (McDowell, 1992), atau sekitar 80%-85% total P tubuh; P seperti
juga Ca berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, dan berperan dalam
fosforilasi dan oksidasi beberapa enzim penting. Fosfor juga merupakan pembentuk protein
fosfor, asam nukleat dan lipida-lipida fosfor, dan mempunyai peranan dalam
metabolisme Ca (Williamson dan Payne, 1993). Pada ruminansia P dibutuhkan untuk
perkembangan mikroba rumen (Vrzgula, 1990). Fosfor pada ruminansia juga sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan sel mikroba rumen dan mencerna serat maksimal oleh bakteri
selulolitik serta menstimulir produksi VFA (Chruch 1988; Rukebusch dan Stivend,
1980). Fosfor dibutuhkan oleh semua sel
mikroba terutama untuk menjaga integritas dari membran sel dan dinding sel,
komponen dari asam nukleat dan bagian dari molekul berenergi tinggi seperti ATP
dan ADP (Bravo et al., 2003;
Rodehutscord et al., 2000). McDonald et
al. (2002) menyatakan P mempunyai fungsi sangat penting bagi tubuh ternak
diantara elemen mineral lainnya. Fosfor umumnya ditemukan dalam bentuk
phospholipid, asam nukleat dan phosphoprotein. Kandungan P dalam tubuh ternak
lebih rendah daripada kandungan Ca.
Defisiensi: Gejala defisiensi P yang parah dapat
menyebabkan persendian kaku dan otot menjadi lembek. Ransum yang rendah
kandungan P-nya dapat menurunkan kesuburan (produktivitas), indung telur tidak
berfungsi normal, depresi dan estrus tidak teratur. Pada ternak ruminansia mineral
P yang dikonsumsi, sekitar 70% akan diserap, kemudian menuju plasma darah dan
30% akan keluar melalui feses.
Sumber
Utama: Susu,
tepung tulang, leguminosa, dikalsium fosfat, defluorinated phosphate.
4.
Sulfur
(S)
Fungsi: Sulfur (S) merupakan komponen penting protein
pada semua jaringan tubuh. Pada
ruminansia 0,15% komponen jaringan tubuh terdiri atas unsur S, sedangkan pada
air susu sebesar 0,03%. Sulfur adalah
komponen penting dari beberapa asam amino (metionin dan sistein), vitamin
(thiamin dan biotin), hormon insulin dan eksoskleton krustacea. Sulfur dalam
bentuk asam sulfat merupakan komponen penting dari chondrotin, fibrinogen, dan
taurin. Beberapa enzim seperti
koenzim A dari glutathione, keaktifan
mereka tergantung kepada gugus sulphidril bebas. Sulfur juga terlibat dalam
detoksifikasi senyawa-senyawa aromatik di dalam hewan.
Sulfur atau belerang adalah salah satu unsur penting
yang mempengaruhi proses fermentasi dalam rumen. Sulfur berperan dalam
pembentukan protein mikroba. Rasio N : S dalam protein mikroba berkisar antara
(11:1) sampai (22:1), dengan perbandingan rata 14:1. Sulfur diabsorpsi di dalam rumen dalam bentuk
sulfida (Arora,1989). Belerang berada dalam bentuk sulfat yang terdapat pada
tulang rawan dan terikat dalam ikatan ester ke asam amino serin dalam hormon
peptide kolesistokinin. Peran S sangat penting dalam tubuh yaitu untuk
pembentukan protein mikroba dan defisien S mengindikasikan defisien protein
mikroba dalam tubuh (McDonald, 2002). Selain berperan dalam pembentukan protein
mikroba, S juga berperan dalam menstimulir produksi VFA (Ruckebusch dan
Stivend,1980). Sebagian besar senyawa sulfur dapat disintesis secara in vivo
dari asam amino esensial.
Defisiensi: Hewan-hewan yang diberi ransum defisien dalam
mineral sulfur akan menunjukkan penyakit anorexia,
penurunan bobot badan, penurunan produksi susu, kekurusan, kusut, lemah dan
akhirnya mati. Tanda-tanda tersebut berhubungan erat dengan menurunnya fungsi
rumen dan fungsi sistem peredaran darah (McDowell, 1992).
Sumber
Utama: Kandungan
mineral S pada tanaman hijauan dapat berkisar dari 0,04% sampai melebihi 0,3%.
Bahan makanan yang mengandung protein tinggi akan mengandung kadar mineral S
yang tinggi pula (Piliang, 2002).
5. Natrium (Na)
Fungsi: Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler, 35-40 %
terdapat dalam kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan empedu
dan pancreas mengandung banyak natrium. Fungsi Natrium yaitu:
a.
menjaga keseimbangan
cairan dalam kompartemen ekstraseluer;
b.
mengatur tekanan
osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel;
c.
menjaga keseimbangan
asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam;
d.
berperan dalam transmisi
saraf dan kontraksi otot;
e.
berperan dalam
absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membrane,
terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium;
Defisiensi:
Devisiensi Natrium menyebabkan ternak kehilangan bobot badan, anoreksia,
makan tanah
Sumber Utama: Sumber utama Natrium
adalah garam dapur (NaCl). Sumber lainnya seperti hijauan, dan tepung
ikan.
6. Klorida (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor
tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal
(otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pancreas. Fungsi Klorida:
a.
berperan dalam
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam cairan ekstraseluler;
b.
memelihara suasana
asam dalam lambung sebagai bagian dari hcl, yang diperlukan untuk bekerjanya
enzim-enzim pencernaan;
c.
membantu
pemeliharaan keseimbangan asam dan basa bersama unsur-unsur pembentuk asam
lainnya;
d.
ion klor dapat
dengan mudah keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma darah guna
membantu mengangkut karbondioksida ke paru-paru dan keluar dari tubuh;
e.
mengatur system
rennin-angiotensin-aldosteron yang mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Defsiensi: Defisiensi Klor dapat menyebabkan menurunkan
nafsu makan, dan kadar Cl dalam darah menurun.
Sumber
Utama: Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur dan beberapa jenis
hijauan.
7. Kalium (K)
Fungsi: Kalium merupakan ion
yang bermuatan positif dan terdapat di dalam sel dan cairan intraseluler. Fungsi Kalium:
a.
berperan dalam
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan
basa bersama natrium;
b.
bersama kalsium,
kalium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot;
c.
di dalam sel, kalium
berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologi, terutama metabolisme
energi dan sintesis glikogen dan protein;
d.
berperan dalam
pertumbuhan sel.
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Kalium dieksresi melalui
urin,feses, keringat dan cairan lambung. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion
dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula
ginjal.
Defisiensi: Defisiensi kalium dapat menyebabkan
kerusakan jantung, nafsu makan turun, dan pertumbuhan bulu kasar.
Sumber Utama: Kalium berasal dari Hijauan dan pakan asal hewan. Sumber utama adalah hijauan segar atau, terutama kacang-kacangan/leguminosa.
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari. Unsur mineral makro antara lain adalah natrium,
klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur;
2.
Mineral makro banyak terdapat pada bahan pakan,
seperti tepung tulang, MBM, garam dapur, feed
aditif buatan, hijauan serta leguminosa;
3. Defisiensi mineral
makro dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang akan berdampak pada
produksi ternak. Masalah kesehatan yang
umumnya terjadi disebabkan defisiensi mineral makro adalah, anoreksia,
penurunan kadar Cl darah, bulu kasar, pertumbuhan lambat dan penurunan bobot badan.
Daftar Pustaka
Arora,
S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia. Penerbit Gajah
Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Bravo, D., D. Sanvant, C. Bogaert and F.
Meschy. 2003. Quantitative aspect of phosphorous absorption in ruminant. Reproductive
Nutrition Development 43 : 271-284. INRA. EDP. Sciences.
Church,
D. C. 1988. Livestock Feed and Feeding. Third Edition. Prentice Hall.
International Edition. Rhoma, Italy.
Foley,
T. P., Owings, J., Hayford, J. T., and Blizzard, R. M. (1972). Serum
thyrotropin responses to synthetic thyrotropin-releasing hormone in normal
children and hypopituitary patients. J'ournal
of Clinical Investigation, 51, 431.
Georgievskii.
1982. Mineral Nutrition of Animal. English Transition Butterworth and
Co. English.
Linder,
C. M., 1992 Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan : A. Parakkasi. UI
Press. Jakarta.
McDonald, P. ; Edwards, R.A. ;
Greenhalgh, J. F. D., 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Longman,
London and New York. 543 pp
McDowell, L. R. 1992. Minerals in Animal
and Human Nutrition. Academic Press, Inc. Publisher, San Fransisco.
NRC.
1989. National Research Council Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 7th
Edition. Natl. Acad. Sci., Washington, D. C.
Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Vitamin. Volume I. Edisi ke-5. Institut
Pertanian Bogor. Press, Bogor. Piliang, W. G. & S.
Djojosoebagio. 2000. Fisiologi Nutrisi.
Ruckebusch,
Y and P. Thivend, 1980. Digestive Physiologi and Metabolism in in Ruminant. Avi
Publishing Co. Westport, Connecticut.
Toharmat,
T & T. Sutardi. 1985. Kebutuhan mineral makro untuk produksi Susu pada sapi
perah laktasi Dihubungkan dengan kondisi faalnya. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Vrzgula,
L., Sokol, J. 1990: Interpretacia enzymatickeho profilu. In: Vrzgula L. a kol.:
Poruchy latkoveho metabolizmu hospodarskych zvierat a ich prevencia. 2th ed.,
Priroda Bratislava, pp. 479-481
Williamson
dan Payne G. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Diterjemahkan
oleh Djiwa Darmaja. Yogyakarta : UGM Press.
Comments
Post a Comment