KEBUTUHAN DAN MANFAAT SUPLEMENTASI VITAMIN E (Tokoferol) PADA UNGGAS
#VITAMIN E (Tokoferol) #UNGGAS #TERNAK #MANFAAT #FUNGSI
A. Latar
Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau
proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin ternak dan makhluk hidup lainnya tidak
akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh ternak.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam
tubuh unggas dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, ternak
unggas dapat mengalami suatu penyakit. Unggas
hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh unggas akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah
avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak
boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh
unggas.
Terdapat banyak vitamin yang dibutuhkan oleh ternak
unggas untuk dapat berproduksi dengan baik dan salah satunya adalah vitamin E. Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut
dalam lemak. Artinya, vitamin ini
terdapat dalam
2
|
Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolida
membran sel dan memegang peranan biologi utama dalam melindungi asam lemak tak
jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas. Unggas tidak dapat mensintesis vitamin E dalam
tubuhnya, sehingga harus memperolehnya dari makanan. Ketersediaan vitamin E dalam pakan yang
diberikan kepada ternak unggas sangat penting diperhatikan. Oleh karena itu disusunlah makalah ini untuk
mengetahui manfaat vitamin E dan jumlah kebutuhannya bagi unggas.
B. Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.
Sejarah vitamin E;
2.
Struktur kimia dan sifat vitamin E;
3.
Sumber dan kebutuhan vitamin E bagi
unggas;
4.
Metabolisme vitamin E;
5.
Manfaat Vitamin E bagi Unggas; dan
6. akibat yang ditimbulkan bila unggas kelebihan
dan kekurangan vitamin E.
3
|
A. Sejarah Vitamin E
Penemu
vitamin E adalah Evans dan Bishop dari USA pada tahun 1936 dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Susunan kimia vitamin E terdiri atas nukleus khroman dan rantai samping isoprenoid. Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol, jadi istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek
sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan.
Terdapat
enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang
memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan pangan
didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa. Perbedaannya
terletak pada gugus R1, R2 dan R3. α-tokoferol adalah bentuk vitamin E yang
paling aktif atau paling efektif. Derivat
yang lain adalah delta, zeta, epsilon
dan eta (Widodo, W. 2012).
B.
4
|
Struktur kima tokoferol
alfa diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia α
–tokoferol
Vitamin
E adalah golongan vitamin yang larut dalam lemak. Artinya, vitamin ini terdapat dalam bagian
makanan yang berminyak, dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh empedu, di
hati, karena tidak larut dalam air.
Vitamin E bersifat tidak
larut dalam air, sukar larut dalam alkali,
etanol ( 95% ), ether, aseton dan
minyak nabati, sangat mudah larut dalam kloroform.
Stabilitas kimia Vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Minyak tak
jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedele, minyak
biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi
jika minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan. Bila minyak-minyak tersebut tengik sebelum
makanan dimakan, maka berarti telah terjadi kerusakan vitamin E dalam minyak
dan dalam makanan yang mengandung minyak tersebut. Garam-garam
besi, seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol. Nitrogen
klorida dan klor
dioksida pada konsentrasi yang biasa digunakan untuk memutihkan tepung akan
merusak sebagian besar tokoferol yang
terdapat dalam tepung. Pembuatan
tepung menjadi roti akan merusak 47% tokoferol
yang terdapat dalam tepung
(Widodo, W. 2012).
5
|
C.
Sumber Vitamin E dan Kebutuhannya bagi Unggas
Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang
berminyak atau sayuran. Bahan
pakan yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak
biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada,
kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan rumput berwarna
hijau (Youngson R., 2005). Minyak kapas, minyak jagung, dan
minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01 – 0,05 persen. Vitamin E
lebih banyak terdapat pada pakan segar yang
belum diolah (Anonim,
2007).
Vitamin E
alami dari tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Biji bunga matahari: satu ons biji bunga matahari kering
mengandung 7,4 miligram vitamin E dan 165 kalori. Biji bunga matahari dalam bentuk minyak atau
margarine yang tiap sendoknya mengandung 5,6 miligram vitamin E dan 120 kalori.
2. Kacang-kacangan: dari segala jenis kacang, adalah
sumber vitamin E terbaik.
3. Minyak sayur: selain
sebagi sumber energi, minyak sayur mengandung 4,8 miligram vitamin E.
4. Sereal dan granola: bahan makanan dari gandum yang kaya
serat alami mengandung 2,3 miligram vitamin E dan 54 kalori setiap dua sendok
makan (Anonim, 2009).
6
|
Kebutuhan
vitamin E pada unggas disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah kebutuhan vitamin E pada Unggas.
No
|
Unggas
|
Kebutuhan (IU)
|
1.
|
Ayam broiler
|
|
-
Starter
|
10
|
|
-
Finisher
|
10
|
|
2.
|
Ayam
Petelur
|
|
-
Starter
|
10
|
|
-
Grower
|
5
|
|
-
Layer
|
5
|
|
3.
|
Puyuh
|
|
-
Grower
|
12
|
|
-
Breeder
|
25
|
Sumber: Widodo, W. (2012)
D.
Metabolisme Vitamin E
Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat
lemak dan dalam kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan diserap oleh usus
digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui sistim
limfatik dan saluran darah. Di hati, tokoferol
disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma
darah, tokoferol bergabung dengan lipoprotein, terutama VLDL (Very Low
Density Lipoprotein) (Suhardjo
dan Kusharto, 1992)
Kira-kira 40 – 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh usus.
Peningkatan jumlah yang dikonsumsi akan menurunkan persentase yang diserap.
Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan adiposa, otot dan hati. Secara normal, kadar vitamin E dalam
plasma darah adalah antara 0,5 – 1,2 mg/ml.
7
|
Asam lemak tidak
jenuh ganda (PUFA/Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat
menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini
berkaitan kemungkinan dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah
teroksidasi. Oleh karena itu kebutuhan vitamin E
akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA. Dengan demikian, peningkatan konsumsi
PUFA yang tidak diikuti dengan peningkatan asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan
secara gradual α-tokoferol dalam
plasma (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Di dalam hati,
α-tokoferol diikat oleh α-TPP (α-tokoferol
transfer protein). Setelah menjalankan fungsinya sebagai
antioksidan, tokoferol dapat
teroksidasi menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal
ini dapat direduksi kembali menjadi
tokoferol oleh kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya vitamin C
dan glutation.
Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam
beberapa organ, antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin E diekskresikan dari tubuh bersama
dengan empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih
dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat
berkonjugasi dengan glukoronat
(Widodo, W. 2012).
E.
8
|
Fungsi-fungsi metabolik vitamin E di
dalam tubuh antara lain adalah sebagai berikut:
1. sebagai antioksidan;
2. dalam pernapasan jaringan normal, berperan
membantu fungsi sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susunan lipida
di dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi;
3. dalam reaksi fosforilasi normal, terutama
ikatan energi fosfat, seperti kreatin fosfat dan adenosin fosfat;
4. dalam metabolisme asam nukleat;
5. dalam sintesis vitamin C;
6. dalam metabolisme asam amino bersulfur
7. metabolisme membran.
Fungsi
utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang membuang
radikal bebas dan molekul oksigen.
Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi
membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E
dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan masing-masing.
Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi
dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan
mengkonjugasinya menjadi glukuronat
ketika ekskresi di ginjal.
9
|
Pada sintesis heme, senyawa yang mengandung besi merupakan bagian penting dari
banyak protein, keberadaannya tergantung pada 2 enzim yang sudah disintesis dan
diregulasi oleh vitamin E. paling sedikit satu heme mengandung protein bersifat seperti scavenger dan menetralkan pembentukan peroksida melalui oksidasi
asam lemak tak jenuh pada kekurangan vitamin E atau antioksidan lain. Selain itu, Vitamin E berfungsi untuk mencegah
kerusakan asam lemak yang merupakan bagian dari struktur membran atau bagian
yang melengkapi sel membran untuk meningkatkan stabilitas dan kekuatan struktur
(Guthrie, Helen, Andrews, 1975).
Disamping itu, vitamin E juga
mencegah pembentuka atau akumulasi yang berlebihan lipid hidroperoksida yang
dapat menimbulkan kerusakan pada sel. Vitamin E dibutuhkan juga untuk perkembangan
yng normal embrio ayam dan kalkun juga embrio itik (Rangga Tabbu, C. 2010).
10
|
Vitamin E berperan sebagai kofaktor
untuk sitokrom reduktase pada otot
rangka dan otot jantung. Vitamin
E juga berfungsi sebagai anti oksidan, yaitu mencegah otooksidasi pada asam-asam
lemak tak jenuh serta menghambat timbulnya peroksidasi dari lipida pada membran
sel. Selain itu juga berfungsi dalam
reaksi fosforilasi, metabolisme asam nukleat, sintesis asam askorbat dan
sintesis ubiquinon, reproduksi, mencegah ensefalomalasia
dan distorsi otot (Widodo, W. 2012).
Hasil penelitian Iriyanti, N. et all. (2005), bahwa penambahan vitamin
E sebesar 30 mg/kg dalam ransum ayam kampung ternyata dapat meningkatkan
fertilitas dari 76,6% menjadi 87,07%. Penelitian
Rusmana, D. Et all. (2008), menyatakan bahwa suplementasi 200 ppm vitamin E
dalam ransum dapat meningkatkan respon titer antibodi setelah vaksinasi ND
serta meningkatkan respon titer antibodi IBD pada broiler. Selain itu, Lin et all. (2005), mengatakan bahwa
penambahan vitamin E 80 mg/kg 80 mg/kg dalam pakan dapat meningkatkan produksi
telur, fertilitas, dan daya tetas telur.
11
|
F.
Defisiensi Vitamin E
Defisiensi vitamin E terjadi bila
asupan kurang atau absorbsi terganggu. Malabsorbsi lemak juga dapat menimbulkan defisiensi
vitamin E, karena pembawa
vitamin ini adalah lemak. Defisiensi vitamin E dapat mempengaruhi beberapa sistem organ yang
berbeda. Manifestasi kekurangan vitamin E sangat beragam, terkait dengan
fungsinya sebagai pelindung membran sel terhadap SOR yang terbentuk selama metabolisme
atau karena pengaruh lingkungan. Secara umum defisiensi ini mempengaruhi 3
sistem yaitu neuromuskuler, vaskuler, dan reproduksi.
Kelainan yang timbul pada sistem neuromuskuler adalah ataksia, kelemahan otot, penurunan
refleks-refleks, neuropati perifer,
serta degenerasi saraf dan otot. Defisiensi berat
yang terjadi lama dapat berakibat kebutaan, irama jantung abnormal, dan penyakit
jantung. Defisiensi vitamin E pada beberapa hewan percobaan dapat mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran
kapiler, peningkatan
jumlah dan agregasi trombosit, pada
manusia dapat menimbulkan fragilitas eritrosit, penurunan jumlah eritrosit,
serta anemia.
Berbagai tanda defisiensi vitamin
E ini merupakan akibat adanya disfungsi membran disebabkan degradasi oksidatif
dari membran fosfolipid polyunsaturated (peroksidasi lipid) dan/atau
terganggunya proses seluler penting yang lain, sehingga menyebabkan kerusakan sel dan
nekrosis.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh tidak
bertenaga, aktifitas seksual menurun, deposit lemak yang tidak normal di otot,
perubahan degenerasi di hati dan otot (Rangga Tabbu, C. 2010).
12
|
Sebagai sustu antioksidan intraseluler yang larut dalam
lemak, maka fungsi utama vitamin E adalah melindungi membran sel. Dalam hal ini, defisiensi vitamin E akan
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan perubahan pada permeabilitas
kapiler. Defisiensi vitamin E pada ayam
bibit dapat mengakibatkan adanya peningkatan mortalitas embrio pada stadium
awal masa inkubasi (biasanya sekitar hari ke-4). Kondisi ini biasanya erat hubungannya dengan
kerusakan pembuluh darah. Pada ayam muda
yang sedang tumbuh, defisiensi Vitamin E dapat menimbulkan ensefalomalasia, diatesis eksudatifa, dan distrofi muskular (miopati) nutrisional. Defisiensi vitamin E pada kalkun dapat
mngakibatkan pembesaran pada persendian tarso
metatarsus dan distrofi muskular
pada ventrikulus.
Gejejala Klinik: Pada
ayam dewasa yang mengkonsumsi vitamin E dosis sangat rendah selama waktu yang
panjang tidak ditemukan adanya gejala tertentu.
Meskipun demikian, daya tetas telur ayam bibit yang menderita defisiensi
vitamin E akan menurun secara nyata.
Embrio yang berasal dari ayam bibit yang diberi pakan dengan kandungan
vitamin E rendah dapat mati sekitar hari ke-4 masa inkubasi (derajat keparahan
defisiensi vitamin E). Ayam bibit jantan
yang menderita kekurangan vitamin E dalam waktu yang panjang dapat mengalami
degenerasi testikular.
13
|
Salah satu kasus yang sering terjadi akibat defisiensi
vitamin E pada unggas muda adalah enchepalomalacia.
Diduga penyebab utama Encephalomalacia
adalah defisiensi nutrisi yaitu vitamin E dan Se. Selain itu bahan pakan yang
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (tepung ikan dan minyak nabati) juga
dapat menjadi penyebab Encephalomalacia. Enchepalomalacia
pada unggas muda dapat menyebabkan kerusakan pada sistem syaraf. Tanda – tanda klinis sudah muncul pada di
minggu – minggu pertama setelah menetas. enchepalomalacia biasa nya akan
menyerang unggas muda yaitu berumur 2 – 4 minggu, berlangsung 3 – 7 hari dan
berakhir dengan kematian.
Encephalomalacia (crazy
chick desease) atau pelunakan pada
otak yaitu pada selubung myelin sel syaraf. Bagian otak yang mengalami
kerusakan paling parah, berurutan mulai dari cerebelum,korpus striatum, medula
oblongata, dan mesensefalon. Encephalomalacia meliputi polimalacia yang merupakan pelunakan
yang terjadi pada lapisan abu – abu (subtansi grisea) dan leucomalacia yang merupakan pelunakan yang terjadi pada subtansi
putih (subtansi alba).
14
|
Perubahan patologi anatomi (PA) berupa pendarahan pada
otot yang disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah timus, ginjal, jaringan otot,
dan lambung. Diamater membesar karena
rangsangan air dan memperlihatkan pendarahan – pendarahan kecil di pembuluh
darah. Pada otak akan mengalami udema
dan hemoragi yang di sertai dengan nekrose dan degenerasi syaraf. Pemeriksaan mikroskopis lesi jaringan dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi kasus dugaan defisiensi vitamin E, terutama
untuk encephalomalacia dan diatesis eksudatif. Encephalomalacia
sangat mirip gejala nya dengan penyakit unggas yang menyerang sistem syaraf
yang lain, seperti Avian
Encephalomyelitis (AE), Newcastle
Disease (ND) dan defisiensi vitamin
Pencegahan dan pengendalian pada kasus Encephalomalacia belum mencapai tingkat
yang sangat parah, maka dengan pemberian vitamin E dalam pakan dapat berhasil
mengobati Encephalomalacia. Namun Kebanyakan
kasus Encephalomlacia tidak terlalu
memberikan respon terhadap terapi vitamin E (tergantung kerusakan cerebrum).
15
|
G. Overdosis Vitamin E
Efek overdosis vitamin
terjadi ketika dosisnya jauh melebihi kebutuhan per hari unggas. Pada
umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman. Dalam
beberapa kasus, kelebihan vitamin E menimbulkan gangguan pada kinerja sistem imun terhadap infeksi. Gejala yang akan dirasakan adalah sakit pada bagian kepala, lemah dan selalu lelah, disertai gangguan penglihatan. Untuk itu, jumlah vitamin E dalam tubuh harus berada
dalam batasan yang ketat.
Toksisitas vitamin E sangat langka
dan suplemen tokoferol dianggap aman.
Meskipun vitamin E tidak beracun jika terlalu banyak diminum tetapi dapat menyebabkan beberapa masalah. Misalnya, dapat
mengganggu pembekuan darah (menjadi anti-koagulan)
jika dikonsumsi dalam dosis yang sangat besar. Apa yang terjadi adalah terlalu banyak vitamin E akan
membanjiri vitamin K dalam tubuh (yang diproduksi di usus besar) dan ini akan
mencegah agregasi platelet.
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
makalah ini adalah:
1. Vitamin E dikenal dengan istilah tokoferol. Jenis tokoferol ada 6 yaitu, α (alfa), ß
(beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas
bervariasi menentukan nilai vitamin E dari suatu bahan pakan.
2. Vitamin E bersifat tidak larut dalam
air, sukar larut dalam alkali, etanol (95% ), ether, aseton dan minyak nabati,
sangat mudah larut dalam kloroform.
3. Kebutuhan Vitamin E berbeda sesuai
jenis dan fase hidup unggas. Bahan pakan yang paling
banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada,
kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan rumput berwarna
hijau.
4. Vitamin E sebagian besar diserap
dalam usus, apabila terdapat lemak dan dalam kondisi tubuh yang mempermudah
penyerapan lemak.
5. Fungsi utama vitamin E di dalam
tubuh unggas adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan
molekul oksigen. Secara partikular,
vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh.
6. Defisiensi vitamin E pada ayam bibit
dapat mengakibatkan adanya peningkatan mortalitas embrio pada stadium awal masa
inkubasi, pada ayam muda yang sedang
tumbuh, dapat menimbulkan ensefalomalasia,
diatesis eksudatifa, dan distrofi
muskular (miopati) nutrisional, dan pada
kalkun mngakibatkan pembesaran pada persendian tarso metatarsus dan distrofi muskular pada ventrikulus.
7.
17
|
DAFTAR PUSTAKA
Basri
Y. 1997. Penambahan Vitamin
E pada Pakan Buatan dalam Usaha
Meningkatkan Potensi Reproduksi
Induk Ikan Gurame (Osphronemus gouramy laccepede). Tesis. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Fadilah,
R., A. Polana, S. Alam dan E. Parwanto. 2010. Sukses Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Pertama.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Iriyanti,
N., Zuprizal, Tri.Y, Soenarjo. K. 2007. Penggunaan Vitamin E dalam Pakan
terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur ayam Kampung. Vol. 9.
No.1. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada.
Kismiati, S.
1999. Fertilitas Telur
dan Mortalitas Embrio
Ayam Kedu Hitam
pada Interval Inseminasi Yang Berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan
Tropis: Edisi Khusus: 51-55.
Lin, Y.F.,
H.L.Tsai, Y.C. Lee,
and S.J. Chang.
2005. Maternal vitamin E supplementation affects
the antioxidant capability
and oxidative status
of hatching chicks. J. Nutr. 135: 2457-461
Rangga Tabbu. C. 2010. Penyakit Ayam & Penanggulangannya. Cetakan kedua Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Rusmana,
D., Wiranda G.P. Agus. S. Slamet. B. 2008. Minyak Ikan Lemburu dan Suplementasi
Vitamin E dalam Ransum Ayam Broiler sebagai Imunomodulator. Vol 10. No.2.
Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor.
Suhardjo
dan Kusharto, 1992. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Penerbit Kanisius. Kerjasama PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Widodo,
W. 2012. Nutrisi dan Pakan Unggas
Kontekstual. UMM. http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2009/ 01/15.
Comments
Post a Comment